Dia mengimbau kepada umat Islam Indonesia dan dunia untuk tidak membeli dan mengonsumsi barang serta produk dari perusahaan yang mendukung dan mendonasikan keuntungannya kepada Israel. Sebab, dengan membeli dan mengonsumsi produk mereka sama artinya dengan memberikan peluru untuk membantai saudara-saudara di Palestina.
“Tak kalah penting adalah mengingatkan kepada pemerintah Indonesia, bahwa kita rakyat Indonesia pernah berutang kepada bangsa Palestina saat masa kemerdekaan. Bangsa Palestina adalah negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Karena itu, sudah sepantasnya Indonesia terus berkomitmen mendukung kemerdekaan bangsa Palestina dari penjajah yahudi Israel. Hal ini juga sesuai dengan amanah UUD 1945 yang menyatakan, kemerdekaan adalah hak segala bangsa maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, aksi militer Israel sudah tak bisa ditolerir lagi. Mereka juga menganiaya penjaga masjid, mengeluarkan jamaah salat dari masjid dan menutup semua pintu masjid. Bahkan, pada hari Selasa (18/7) lalu Imam Masjid Al Aqsa Sheik Ikrima Sabri ditembak usai memimpin salat Isya. Untuk itu, sambungnya, diserukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia juga dunia untuk lawan dan bangkit.
Sementara, Koordinator Lapangan massa, Widodo menyebutkan, dalam aksi ini berhasil mengumpulkan sumbangan dana dari massa yang hadir. Jumlahnya mencapai Rp200 juta lebih.
“Dana ini nantinya akan disalurkan melalui Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), salah satu lembaga yang berhubungan langsung dalam penyaluran bantuan untuk warga Palestina,” sebut Widodo.
Dia menuturkan, antusias warga untuk menyumbang sangat luar biasa. Bahkan menurutnya, banyak yang menyumbang tanpa ingin diketahui siapa dan darimana identitasnya. “Kami mengucapkan terima kasih atas kepedulian umat Islam di Sumut khusunya pada aksi ini. Karena, telah peduli terhadap saudara-saudara di Palestina,” tuturnya.
Dalam aksi yang dilakukan ribuan umat Islam tersebut berlangsung damai dan dikawal ketat oleh petugas kepolisian. Meski berpanas-panasan, massa rela bertahan dan tertib menyuarakan aspirasinya. Setelah selesai, massa kemudian membubarkan diri. (ris/adz)