25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Interpreter Kepala Negara yang Menjadi Konsul Termuda

Tugas Andre sebagai full time interpreter akhirnya didapat pada 20 Januari 2011. Andre yang kala itu bersiap untuk bertugas ke Jenewa, Swiss, tiba-tiba dipanggil ke Cikeas (kediaman Presiden SBY). ”Dari sana saya akhirnya sepenuhnya menjadi interpreter bapak presiden,” terangnya.

 

Andre hafal betul soal kebiasaan SBY saat berbicara dengan pemimpin negara lain. Menurut dia, SBY sering lupa jika yang diajak bicara adalah pejabat asing. Saat asyik berbicara, tanpa sadar dia menggunakan bahasa Indonesia dengan cepat. Akibatnya, penerjemah sering keteteran. Kalau sudah begitu, penerjemah jadi sering salah. Buntutnya, dia kena tegur sang presiden.

 

”Misalnya, saat Pak SBY membicarakan soal pengungsi Papua dengan pemerintah Australia pada 2008. Dalam pertemuan itu dia mengutarakan bahwa Indonesia percaya kepada Australia untuk mengambil keputusan terbaik. Tapi, interpreter masih mengandalkan pointer yang dirancang sebelumnya dan bilang Indonesia meminta pengungsi Papua dipulangkan. Akibat kesalahan itu, Pak SBY langsung marah besar,” cerita dia.

 

Selain kisah sukses, ada peristiwa yang memalukan dirinya sebagai interpreter. Meski bukan kesalahan fatal, hal itu membuat publik mengkritiknya. ”Saya ingat saat itu Pak SBY bertemu Presiden Austria Heinz Fischer. Ternyata, suara saya dari booth (tempat interpreter) tidak keluar. Nah, Pak SBY tampak kesal karena komunikasinya tidak lancar. Saya lalu disuruh keluar. Spontan saya keceplosan bilang mati gua, karena bapak (SBY, Red) marah. Besoknya ada berita di koran yang menyebutkan bahwa penerjemah SBY takut karena tak bisa menerjemahkan,” bebernya.

 

Selain pengakuan dari SBY, Andre pernah mendapat apresiasi dari Duta Besar Indonesia di Moskow Djauhari Oratmangun. Menurut Djauhari, nasionalisme Andre cukup tinggi.

 

”Saya ingat betul bagaimana dia bersedia membagi booth untuk menyelundupkan anak buah saya mengikuti summit. Tempat sempit itu dipenuhi tiga orang, tapi dia tetap menjalankan tugas dengan baik dan lancar,” terang Andre menirukan komentar Djauhari. (*/c5/c9/ari/jpnn/val)

Tugas Andre sebagai full time interpreter akhirnya didapat pada 20 Januari 2011. Andre yang kala itu bersiap untuk bertugas ke Jenewa, Swiss, tiba-tiba dipanggil ke Cikeas (kediaman Presiden SBY). ”Dari sana saya akhirnya sepenuhnya menjadi interpreter bapak presiden,” terangnya.

 

Andre hafal betul soal kebiasaan SBY saat berbicara dengan pemimpin negara lain. Menurut dia, SBY sering lupa jika yang diajak bicara adalah pejabat asing. Saat asyik berbicara, tanpa sadar dia menggunakan bahasa Indonesia dengan cepat. Akibatnya, penerjemah sering keteteran. Kalau sudah begitu, penerjemah jadi sering salah. Buntutnya, dia kena tegur sang presiden.

 

”Misalnya, saat Pak SBY membicarakan soal pengungsi Papua dengan pemerintah Australia pada 2008. Dalam pertemuan itu dia mengutarakan bahwa Indonesia percaya kepada Australia untuk mengambil keputusan terbaik. Tapi, interpreter masih mengandalkan pointer yang dirancang sebelumnya dan bilang Indonesia meminta pengungsi Papua dipulangkan. Akibat kesalahan itu, Pak SBY langsung marah besar,” cerita dia.

 

Selain kisah sukses, ada peristiwa yang memalukan dirinya sebagai interpreter. Meski bukan kesalahan fatal, hal itu membuat publik mengkritiknya. ”Saya ingat saat itu Pak SBY bertemu Presiden Austria Heinz Fischer. Ternyata, suara saya dari booth (tempat interpreter) tidak keluar. Nah, Pak SBY tampak kesal karena komunikasinya tidak lancar. Saya lalu disuruh keluar. Spontan saya keceplosan bilang mati gua, karena bapak (SBY, Red) marah. Besoknya ada berita di koran yang menyebutkan bahwa penerjemah SBY takut karena tak bisa menerjemahkan,” bebernya.

 

Selain pengakuan dari SBY, Andre pernah mendapat apresiasi dari Duta Besar Indonesia di Moskow Djauhari Oratmangun. Menurut Djauhari, nasionalisme Andre cukup tinggi.

 

”Saya ingat betul bagaimana dia bersedia membagi booth untuk menyelundupkan anak buah saya mengikuti summit. Tempat sempit itu dipenuhi tiga orang, tapi dia tetap menjalankan tugas dengan baik dan lancar,” terang Andre menirukan komentar Djauhari. (*/c5/c9/ari/jpnn/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/