MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabar baik bagi perkembangan penanganan Covid-19 di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Sebab, berdasarkan update zonasi risiko daerah yang dikeluarkan Satgas Covid-19 pusat, ada penambahan dua zona hijau di Sumut, menjadi 9 daerah. Sedangkan Kota Medan kembali masuk ke zona merah (risiko tinggi).
Penetapan status zonasi risiko Covid-19 itu sendiri, dilakukan melalui hasil pembobotan skor dan zonasi risiko daerah per tanggal 20 Juni 2021. Peta zonasi risiko daerah tersebut, dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat, berupa epidemiologi, yaitu penurunan jumlah kasus positif, suspek dan sebagainya.
Dari penelusuran yang dilakukan dalam laman https://covid19.go.id/peta-risiko, Kamis (24/6) malam, adapun penambahan dua daerah yang masuk zona hijau tersebut, yakni Kabupaten Samosir dan Kota Pematangsiantar. Pada pekan sebelumnya, zona hijau di Sumut hanya ada 7 daerah yaitu, Nias Barat, Gunung Sitoli, Nias, Paluta, Humbahas, Nias Utara, dan Nias Selatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumut yang diperoleh dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut, untuk zona hijau yakni Pematangsiantar jumlah kasus aktifnya per 24 Juni 2021 tersisa 10 orang. Sedangkan Samosir tersisa 1 orang, Nias Barat 0, Gunung Sitoli 3 orang, Nias 0, Padang Lawas Utara 1 orang, Humbahas 0, Nias Utara 0 dam Nias Selatan 1 orang.
Kemudian untuk zona kuning (risiko rendah) meningkat dari 13 menjadi 16 daerah, yakni Pakpak Bharat, Tebingtinggi, Labuhanbatu, Madina, Serdang Bedagai, Padanglawas, Tapanuli Tengah, Toba, Labuhanbatu Selatan, Sibolga, Tapanuli Selatan, Simalungun, Labuhanbatu Utara, Binjai, Langkat dan Asahan.
Sementara, untuk zona orange (risiko sedang) berkurang dari 13 menjadi 8 daerah yakni, Deliserdang, Karo, Dairi, Batubara, Taput, Sidimpuan, dan Tanjungbalai, dan Tapanuli Utara. Sedangkan Kota Medan kembali ke zona merah (risiko tinggi).
Untuk Kota Medan yang kembali zona merah, jumlah kasus aktifnya saat ini ada 1.287 orang, terdiri dari 17.830 total kasus konfirmasi, 15.968 total kasus kesembuhan dan 575 kasus kematian.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah yang dikonfirmasi terkait Kota Medan kembali berada pada zona merah berdasarkan data di website covid-19.go.id, mengaku belum mengetahuinya. “Kata siapa? Semua data ada di web pusat. Saya belum lihat, lagi fokus vaksin,” pungkas mantan Kepala Dinas Kesehatan Asahan tersebut.
Sementara, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumut yang diperoleh dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut per tanggal 24 Juni 2021, Untuk kasus aktif Covid-19 di Sumut totalnya berjumlah 2.886, terdiri dari 35.200 total kasus konfirmasi, 31.143 kasus kesembuhan dan 1.171 kasus kematian.
Untuk 35.200 kasus konfirmasi itu didapatkan setelah diperoleh 185 kasus baru dari 8 Kabupaten/Kota. Terbanyak adalah Medan dengan 86 orang, Karo 31 orang, Deliserdang 26 orang, Simalungun 25 orang dan Dairi 2 orang.
Selanjutnya 31.143 kasus kesembuhan itu didapatkan setelah diperoleh 166 kasus baru dari 4 Kabupaten/Kota. Terbanyak adalah Medan dengan 48 orang, Simalungun 46 orang, Padangsidimpuan 45 orang dan Deliserdang 27 orang. Lalu untuk 1.171 kasus kematian itu didapatkan setelah diperoleh 7 kasus baru dari 2 Kabupaten/Kota. Terbanyak adalah Langkat dengan 6 orang dan Medan 1 orang.
Sehari Tembus 20 Ribu Kasus
Sementara, kasus harian Covid-19 di Indonesia ukir rekor tertinggi selama pandemi. Kenaikan kasus Covid-19 harian bertambah 20.574 dalam sehari. Angka ini rekor tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Total sudah 2.053.995 orang terinfeksi Covid-19 berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Kamis (24/6).
Angka positivity rate Polymerase Chain Reaction (PCR) harian 44,67 persen. Apa makna dari angka tersebut? Artinya masyarakat yang dites Covid-19 dengan tes PCR semakin besar kemungkinannya untuk positif.
Pemeriksaan berpengaruh pada angka positivity harian. Angka positivity rate yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100. Angka positivity rate orang harian 22,73 persen. Padahal standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah harus di bawah 5 persen. Artinya Indonesia sudah melebihi standar WHO.
Kasus aktif juga naik drastis yakni 11.018 kasus. Jumlah pasien dengan status suspek sebanyak 126.696 orang. Ada 136.896 spesimen yang diperiksa. Dan ada 90.503 orang yang diperiksa dalam sehari dengan metode TCM, PCR, dan antigen. Sebaran positif harian tertinggi terjadi DKI Jakarta, pecah rekor sebanyak 7.505 kasus. Jawa Tengah 4.384 kasus, Jawa Barat 3.053 kasus, Jawa Timur 945 kasus, dan Jogjakarta 791 kasus.
Pasien sembuh harian bertambah 9.201 orang. Paling banyak pasien sembuh terjadi di DKI Jakarta sebanyak 2.438 orang. Dan total angka kesembuhan saat ini sebanyak 1.826.504 orang.
Kasus kematian harian bertambah sebanyak 355 jiwa. Paling banyak kasus kematian harian terjadi di Jawa Barat sebanyak 82 jiwa. Total kini sudah 55.949 jiwa meninggal dunia akibat Covid-19.
Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Ada 3 provinsi di bawah 10 kasus harian. Dan hanya ada 2 provinsi dengan nol kasus.
Prediksi Epidemiolog UI
Sebelumnya Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono pada Jumat (18/6) kepada JawaPos.com memprediksi hitung-hitungan yang dia buat bahwa data Covid-19 sehari bisa menembus angka 20 ribu jika lockdown tak segera dilakukan. Apalagi tantangannya saat ini adalah adanya varian baru yang cepat menular. “Bisa 20 ribuan sehari,” paparnya saat itu.
Saat dikonfirmasi kembali oleh JawaPos.com, Kamis (24/6), perhitungannya terbukti. Tri Yunis bahkan juga menegaskan bahwa rumah sakit dan pelayanan kesehatan juga sudah terbukti kolaps. “Kecepatannya me-lockdown satu wilayah di mana beredar satu varian baru, sangat tergantung pada kecepatan me-lockdown. Kalau tak cepat, ya kita tunggu saja,” tegasnya.
“Sudah terbukti apa kata saya. Semua pelayanan kesehatan sudah penuh. Jadi mau menunggu apalagi,” ungkapnya.
Sepekan lalu Tri Yunis meyakini dalam kurun waktu 1 minggu sampai 1 bulan ke depan, Indonesia bisa kolaps jika pemerintah tidak segera menarik rem darurat. Apakah mungkin seperti India dengan kasus sehari 400 ribu orang?
“Ya kita kan jumlah penduduknya tak seperti India. Tapi kan mengumpul semua di Jawa-Bali. Bayangkan kalau penduduk kita 170 juta di Jawa-Bali, akan meledak sedemikian rupa. Bandung sudah penuh, Kudus sudah massal, Kendal, Jepara, Bangkalan, Jatim akan meledak. Surabaya penuh. Ya akan penuh, karena tak di-lockdown,” tegas Tri Yunis saat itu. (prn/jpc)