MEDAN, SUMUTPOS.CO -Kondisi mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU), Imanuel Silaban yang dianiaya Security Kampus, masih dalam pengawasan ketat Tim Dokter RS Asia Columbia. Hingga kini, Imanuel masih dirawat di ruang perawatan intensif. “Kami rawat di ruang perawatan intensif agar penanganannya lebih baik,” ujar dokter yang menangani, dr Sabar Petrus Sembiring saat dihubungi Sumut Pos, Senin (23/10).
Dikatakan dr Sabar, kondisi Imanuel saat ini cuukup stabil. Bahkan, pihaknya akan mengobservasi lagi.”Masih butuh pengawasan untuk intensif dari tim kami,” tambahnya.
Dikataknya, di daerah wajah dan kepala Imanuel ada luka. Pihaknya masih melakukan observasi untuk keadaan itu.”Makanya tim kami berkumpul untuk supaya penanganan paling baik,” lanjut dr Sabar lagi.
Meski demikian, lanjut dr Sabar, kesadaran Imanuel mulai membaik. Sebelumnya sudah diberikan antibiotik dan penghilang rasa sakit kepada Imanel. Begitu juga dengan beberapa obat-obatan dari Dokter Bedah Saraf, juga sudah diberi kepada Imanuel.
Sementara ituk, Gubernur FIB USU, Yosua Yordan Manalu, saat mengatakan, kejadian itu bermula Rabu (18/10) ketika seorang Satpam datang dan masuk ke FIB
“Dari saksi yang ada di lapangan, pada Rabu (18/10), Satpam USU bernama Slamet datang ke Lapangan Futsal FIB, dan Immanuel ada di sana. Sempat terjadi cekcok di antara satpam dengan Nuel. Tapi, tiba-tiba satpam memukul Nuel hingga terjadi perkelahian,” Kata Yosua.
Setelah baku hantam, Slamet meninggalkan lokasi. Selanjutnya Slamet kembali bersama rekannya sekitar pukul 22.10 WIB serta mengajak Nuel berkelahi. Melihat itu, mahasiswa FIB yang berada di lokasi berupaya menahan.“Namun, bentrokkan tidak terelakkan. Dalam hal itu, seorang mahasiswa bernama Niko Simangunsong mendapat luka di bagian badan karena dipukul dengan kursi besi,” ungkapnya.
Pasca bentrokan, Kamis (19/10) sekitar pukul 22.00 WIB, sekitar 40 orang Satpam kembali datang ke depan Kampus FIB sambil membawa pentungan dan balok. Salah seorang Satpam bernama Fandi Martopo menyampaikan kalimat bernada ancaman sambil memegang sebilah parang. “Hari ini kami satpam kalah 1-0, tapi darah harus dibayar darah,” tegas Yosua menirukan ucapan Fandi.
Saat itu dekan FIB, Budi Agustono, melakukan mediasi dan akan membawa masalah itu ke ranah hukum. Namun Fandi tetap mengancam akan membalas perbuatan itu. Sekitar pukul 22.00 WIB, Immanuel keluar dari kampus dengan mengendarai sepeda motor bersama Frima.
Sesaat kemudian, Immanuel kembali ke Kampus karena dikejar sekumpulan Satpam. Namun, Satpam menemukannya dan langsung memukul menggunakan balok yang ujungnya ada paku. Dan juga pakai linggis, rantai, dan pentungan. “Itu dilakukan oleh puluhan satpam secara membabi buta. Immanuel kemudian diseret ke mobil patroli,” kata Yosua.
Mahasiswa mencari keberadaan Immanuel dengan mendatangi pos Satpam dan meminta pertanggung jawaban. Budi Agustono yang hadir melakukan dialog dengan pihak Satpam bersama kepolisian. “Hasilnya buntu, dan belum mengetahui keberadaan Immanuel,” ujarnya.
Tidak lama kemudian, baru diketahui ternyata Immanuel dirawat di RS Bhayangkara sebelu dirujuk ke RS Columbia untuk mendapat perawatan di ICU. Pihak keluarga juga sudah melaporkan kasus kekerasan itu ke Polrestabes Medan. “Sampai sekarang kondisi Immanuel masih sekarat dan dirawat di RS Columbia Medan,” pungkas Yosua. (ain/dvs)