Akbar memiliki harapan sekolah kepemimpinan politik bangsa itu bisa menghasilkan kader yang berpotensi menjadi pemimpin, termasuk menjadi calon presiden. Secara persuasif, sekolah itu akan mendorong setiap anggota untuk bisa masuk menjadi bagian dari partai politik. ’’Apa pun partainya, saya tidak mempermasalahkan. Semoga salah satu di antara mereka nanti bisa muncul menjadi calon pemimpin bangsa,’’ ujarnya.
Ditanya lebih lanjut soal romansa sebagai menteri, Akbar menyebutkan, banyak pihak yang mengira dirinya pernah menjabat menteri selama tiga kali periode. Masing-masing adalah menteri pemuda dan olahraga (1988–1993), menteri perumahan rakyat (1993–1998), dan saat reformasi menjadi menteri sekretaris negara pada setahun era kepemimpinan Presiden BJ Habibie.
’’Sebenarnya saya empat kali jadi menteri. Saya dua kali menjabat Menpera. Nah, yang periode kedua memang hanya singkat, 20 hari, lalu ada krisis,’’ jelas Akbar.
Selama lebih dari sepuluh tahun menjadi menteri, Akbar menyatakan, masing-masing jabatan punya kesan tersendiri. Saat menjadi Menpera, kesan mendalam adalah saat dirinya ikut berkontribusi terhadap kebijakan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
’’Waktu itu kami punya konsep 1, 3, 6. Yakni, pembangunan satu rumah mewah, tiga rumah menengah, dan enam rumah sederhana untuk dilaksanakan pelaku pembangunan,’’ ungkapnya.
Saat peringatan 50 tahun kemerdekaan RI pada 1995, Akbar berhasil meresmikan pembangunan perumahan secara serentak nasional. Ketika itu, peresmian dilakukan langsung oleh Presiden Soeharto bersama Ibu Tien.
’’Dari target repelita saat itu untuk membangun 500 ribu rumah, bisa tercapai sekitar 600 ribu. Alhamdulillah,’’ katanya.
Semasa menjadi Menpora, kebanggaan terbesar Akbar adalah pencapaian para atlet di dua Olimpiade. Di Seoul, Korea Selatan, 1988, tim putri atlet panahan Indonesia, Lilies Handayani, Nurfitriyana, dan Kusuma Wardhani, berhasil meraih medali perak. Itu adalah medali pertama Indonesia dalam ajang Olimpiade.
Empat tahun kemudian, di Barcelona, Spanyol, giliran pasangan Alan Budikusuma dan Susi Susanti dari cabang bulu tangkis menyumbangkan dua medali emas. ’’Itu semua berkat Tuhan lah sehingga menjadi kesan yang mendalam buat saya,’’ ucapnya.
Kini tidak banyak menteri era Orba yang masih eksis. Akbar menyebutkan, komunikasi secara formal antarmenteri era Orba juga tidak dilakukan. Namun, dalam beberapa kesempatan, para menteri era Orba pernah bertemu. ’’Kalau ada event, sering ketemu karena memang tidak ada asosiasi yang menghimpun. Beda kalau ibu-ibunya (istri para menteri, Red) itu masih aktif ketemu karena ada asosiasinya,’’ ungkapnya. (jpg/adz)