26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Terseret Panama Papers, Luhut Mendadak ke Istana

FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Pandjaitan.
FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Pandjaitan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Megaskandal penggelapan pajak yang tertuang dalam dokumen Panama Papers, banyak menyeret tokoh-tokoh dan pejabat publik dunia, salah satunya Indonesia. Setelah Ketua BPK Harry Azhar Azis, kali ini, Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang ikut terseret. Presiden Jokowi pun memanggil Luhut ke Istana Negara, Senin (25/4). Pemanggilan itu disebut-sebut terkait namanya yang terseret dalam data Panama Papers.

Luhut datang sendiri ke Istana. Luhut tiba sekitar pukul 09.45 WIB dan langsung masuk ke kompleks Istana. Pertemuan berlangsung sekitar satu jam. Selain membahas soal Panama Papers, Luhut melaporkan mengenai rencana kunjungannya ke Tiongkok.

Usai pertemuan singkat dengan presiden, Luhut mengakui salah satu yang dibahas dalam pertemuan itu memang mengenai Panama Papers. “Udah tadi dibahas,” katanya singkat.

Luhut mengklarifikasi pemberitaan terkait namanya yang terseret dalam dokumen Panama Papers. Selain membantah menjabat direktur Mairfay International Ltd, dia pun menyebut tidak ada kaitan dengan perusahaan offshore tersebut.

“Saya tidak pernah terlibat di dalam itu (Panama Papers). Saya tidak tahu Mayfair International Ltd. itu,” ujar Luhut saat memberikan keterangan di Kantor Menkopolhukam, Jakarta, Senin (25/4).

Luhut menyatakan dalam menjalankan usaha selalu menaati peraturan perundang-undangan, termasuk ketaaan membayar pajak.

“Pada kesempatan ini saya ingin menegaskan kembali bahwa dalam menjalankan usaha saya selalu mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Luhut.

Dia bersyukur atas rezeki dan kesuksesan yang diberikan Tuhan. “Saya juga merasa Indonesia sudah memberi banyak kepada saya,” ujar jenderal purnawirawan TNI berbadan tegap ini.

Sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan dan rasa terima kasih kepada Indonesia, Luhut membangun sekolah dan perguruan tinggi DEL di kampung halamannya, dekat Danau Toba.

Sekolah ini memberikan beasiswa kepada anak-anak pintar dan cerdas namun tidak mampu, untuk bersekolah dan mendapatkan kualitas pendidikan yang terbaik. “Setiap tahun lebih dari Rp30 miliar saya keluarkan untuk mensubsidi sekolah dan perguruan tinggi ini,” kata dia.

Lebih lanjut Luhut mengatakan saat ini ingin fokus bekerja dan memberikan kontribusi semaksimal mungkin untuk kemajuan Indonesia.

Luhut mengatakan dirinya sangat memegang nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia juga mengklaim merupakan salah satu orang yang taat dalam melakukan kewajibannya sebagai warga negara, yaitu membayar pajak.

Tidak pernah terpikirkan sedikit pun terpikir dalam benaknya untuk melakukan penggelapan pajak. Apalagi dengan membuat perusahaan cangkang di luar negeri untuk menghindari pajak. Bahkan, dia mengaku tidak memiliki satu pun perusahaan di luar negeri.

Untuk mempertegas pernyataannya, dia menyebutkan alamat rumahnya berbeda dengan alamat yang tercatat di Panama Papers. Dalam dokumen yang terungkap di Panama Papers, Mayfair International Ltd beralamat di Kawasan Mega Kuningan Nomor 11. Sedangkan rumah Luhut Nomor 18.

Luhut mengaku baru mengetahui bahwa perusahaan cangkang itu baru berdiri tahun 2006. “Kenyataannya, pada tahun 2006 saya belum memiliki uang, jadi untuk apa saya mendirikan perusahaan seperti itu,” ujarnya.

Setelah dilakukan penyelidikan, lanjut Luhut, ada dugaan bahwa bisa saja perusahaan itu dibuat tanpa sepengetahuan dirinya. “Untuk membuat perusahaan cangkang seperti itu tidak diperlukan tanda tangan saya.”
Berdasarkan pemberitaan Majalah Tempo, nama Luhut dalam Panama Papers terungkap pada empat berkas. Berkas tersebut memuat akta pendirian Mayfair, penunjukan Luhut sebagai direkturnya, dan saham yang dimiliki PT Buana Inti Energi dan PT Persada Inti Energi. Buana merupakan salah satu anak perusahaan Toba Sejahtera milik Luhut.

Direktur Utama Buana pernah dijabat Luhut.

“Kalau Toba (Toba Bara Sejahtera) memang perusahaan saya. Tapi yang disebut di situ kan persada-persada (Persada Inti Energi), itu saya tidak tahu. Saya tekankan sekali lagi saya tidak pernah punya perusahaan di luar negeri,” ujarnya.

Dia mengakui bahwa pemegang saham Persada Inti Energi, Elizabeth, pernah bekerja sebagai direkur keuangan di salah satu perusahaannya. Namun Elizabeth telah diminta mengundurkan diri pada 2008, karena tidak menjalankan perusahaan dengan prinsip keterbukaan. Sejak saat itu, Luhut mengaku tidak pernah lagi memiliki hubungan dengan Elizabeth.

FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Pandjaitan.
FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Pandjaitan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Megaskandal penggelapan pajak yang tertuang dalam dokumen Panama Papers, banyak menyeret tokoh-tokoh dan pejabat publik dunia, salah satunya Indonesia. Setelah Ketua BPK Harry Azhar Azis, kali ini, Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang ikut terseret. Presiden Jokowi pun memanggil Luhut ke Istana Negara, Senin (25/4). Pemanggilan itu disebut-sebut terkait namanya yang terseret dalam data Panama Papers.

Luhut datang sendiri ke Istana. Luhut tiba sekitar pukul 09.45 WIB dan langsung masuk ke kompleks Istana. Pertemuan berlangsung sekitar satu jam. Selain membahas soal Panama Papers, Luhut melaporkan mengenai rencana kunjungannya ke Tiongkok.

Usai pertemuan singkat dengan presiden, Luhut mengakui salah satu yang dibahas dalam pertemuan itu memang mengenai Panama Papers. “Udah tadi dibahas,” katanya singkat.

Luhut mengklarifikasi pemberitaan terkait namanya yang terseret dalam dokumen Panama Papers. Selain membantah menjabat direktur Mairfay International Ltd, dia pun menyebut tidak ada kaitan dengan perusahaan offshore tersebut.

“Saya tidak pernah terlibat di dalam itu (Panama Papers). Saya tidak tahu Mayfair International Ltd. itu,” ujar Luhut saat memberikan keterangan di Kantor Menkopolhukam, Jakarta, Senin (25/4).

Luhut menyatakan dalam menjalankan usaha selalu menaati peraturan perundang-undangan, termasuk ketaaan membayar pajak.

“Pada kesempatan ini saya ingin menegaskan kembali bahwa dalam menjalankan usaha saya selalu mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Luhut.

Dia bersyukur atas rezeki dan kesuksesan yang diberikan Tuhan. “Saya juga merasa Indonesia sudah memberi banyak kepada saya,” ujar jenderal purnawirawan TNI berbadan tegap ini.

Sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan dan rasa terima kasih kepada Indonesia, Luhut membangun sekolah dan perguruan tinggi DEL di kampung halamannya, dekat Danau Toba.

Sekolah ini memberikan beasiswa kepada anak-anak pintar dan cerdas namun tidak mampu, untuk bersekolah dan mendapatkan kualitas pendidikan yang terbaik. “Setiap tahun lebih dari Rp30 miliar saya keluarkan untuk mensubsidi sekolah dan perguruan tinggi ini,” kata dia.

Lebih lanjut Luhut mengatakan saat ini ingin fokus bekerja dan memberikan kontribusi semaksimal mungkin untuk kemajuan Indonesia.

Luhut mengatakan dirinya sangat memegang nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia juga mengklaim merupakan salah satu orang yang taat dalam melakukan kewajibannya sebagai warga negara, yaitu membayar pajak.

Tidak pernah terpikirkan sedikit pun terpikir dalam benaknya untuk melakukan penggelapan pajak. Apalagi dengan membuat perusahaan cangkang di luar negeri untuk menghindari pajak. Bahkan, dia mengaku tidak memiliki satu pun perusahaan di luar negeri.

Untuk mempertegas pernyataannya, dia menyebutkan alamat rumahnya berbeda dengan alamat yang tercatat di Panama Papers. Dalam dokumen yang terungkap di Panama Papers, Mayfair International Ltd beralamat di Kawasan Mega Kuningan Nomor 11. Sedangkan rumah Luhut Nomor 18.

Luhut mengaku baru mengetahui bahwa perusahaan cangkang itu baru berdiri tahun 2006. “Kenyataannya, pada tahun 2006 saya belum memiliki uang, jadi untuk apa saya mendirikan perusahaan seperti itu,” ujarnya.

Setelah dilakukan penyelidikan, lanjut Luhut, ada dugaan bahwa bisa saja perusahaan itu dibuat tanpa sepengetahuan dirinya. “Untuk membuat perusahaan cangkang seperti itu tidak diperlukan tanda tangan saya.”
Berdasarkan pemberitaan Majalah Tempo, nama Luhut dalam Panama Papers terungkap pada empat berkas. Berkas tersebut memuat akta pendirian Mayfair, penunjukan Luhut sebagai direkturnya, dan saham yang dimiliki PT Buana Inti Energi dan PT Persada Inti Energi. Buana merupakan salah satu anak perusahaan Toba Sejahtera milik Luhut.

Direktur Utama Buana pernah dijabat Luhut.

“Kalau Toba (Toba Bara Sejahtera) memang perusahaan saya. Tapi yang disebut di situ kan persada-persada (Persada Inti Energi), itu saya tidak tahu. Saya tekankan sekali lagi saya tidak pernah punya perusahaan di luar negeri,” ujarnya.

Dia mengakui bahwa pemegang saham Persada Inti Energi, Elizabeth, pernah bekerja sebagai direkur keuangan di salah satu perusahaannya. Namun Elizabeth telah diminta mengundurkan diri pada 2008, karena tidak menjalankan perusahaan dengan prinsip keterbukaan. Sejak saat itu, Luhut mengaku tidak pernah lagi memiliki hubungan dengan Elizabeth.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/