25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Ternyata Jadi Gubernur Lebih Pusing Lagi

BERSAMA: Gubsu Edy Rahmayadi dan Wagubsu Musa Rajeckshah (tengah) foto bersama wartawan dalam acara silaturahmi di
Gedung Bina Graha Komplek Kantor Bappeda Sumut, Selasa (25/9).( Foto : Ist /Sumutpos)

SUMUTPOS.CO – SEJAK dilantik 5 September lalu di Istana Negara oleh Presiden Jokowi Widodo (Jokowi), baru kali ini Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah sempat bertatap muka langsung dengan insan pers di Kota Medan.

Sekitar dua ratusan wartawan baik yang bertugas di kantor Gubsu dan DPRD Sumut, hadir dalam acara yang penuh rasa keakraban dan kekeluargaan di Gedung Bina Graha Komplek Kantor Bappeda Sumut, Selasa (25/9) pagi. Kegiatan yang difasilitasi Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu ini, bertujuan sebagai awal perkenalan antara awak media dengan   pemimpin Sumut yang baru.

Dengan gaya komunikasi khasnya, Gubsu Edy sesekali menciptakan suasana ‘pecah’ melalui candaannya. Meski begitu cukup banyak juga ia berbicara dengan raut wajah serius dalam pertemuan itu.

Saat membuka curahan hatinya, Edy Rahmayadi menyampaikan akan melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala daerah bersama wakilnya, Musa Rajekshah atau Ijeck, dengan sepenuh hati dan siap bekerja keras demi mewujudkan Sumut bermartabat. Salah satu caranya, menurut dia, dengan meminta dukungan penuh awak media yang ada di Sumut.

“Assalamualaikum, saya berterima kasih kepada Anda semua, dan saya minta kepada para wartawan untuk mau mendukung dan memajukan Sumut lebih baik,” ujarnya.

Belakangan hari ini, diakui Edy, heboh pemberitaan tentang dirinya menampar seorang suporter saat sedang menyaksikan laga PSMS di Stadion Teladan Medan. Tindakannya itu, menurut Edy, bukan dengan maksud melakukan kekerasan kepada siapapun. Bahkan ia menyadari bahwa sangat menyukai anak kecil.

“Mana mungkin saya melakukan kekerasan kepada anak-anak, saya paling senang kepada anak-anak. Memang tangan saya ini keras, saya sehari saja push up 40 kali masih sanggup, kalau gak percaya kalian pegang tangan saya. Tetapi saya melakukannya kemarin itu, memarahi anak itu karena menggunakan flayer dan itu dilarang oleh FIFA,” ujarnya.

Mantan Pangkostrad ini juga turut mengomentari keterkaitan dirinya dengan wawancara khusus kepada Kompas TV, pada Senin malam kemarin. Ia mengatakan bahwa perkataan yang dilontarkan oleh wartawan tersebut tidaklah tepat, dan tidak merujuk kepada masalah.

“Saya sedang banyak tugas, saya sedang pusing, masa kalian tanya semuanya apa gak tambah pusing saya. Ada wartawan Kompas yang datang, coba mana orangnya berdiri? Nah kau orangnya, itu tanggungjawab kau dan dosa kau. Karena saya bukan hanya satu pikiran saya, semua saya pikirkan,” ungkapnya.

Namun ia menyampaikan, bahwa semua yang terucap itu bukan karena datang dari sanubari terdalam, melainkan hanya sekadar ucapan. Dirinya menegaskan tidak suka menjadi orang yang pendendam. “Gak mungkin saya apai wartawan, karena wartawan adalah mata dan telinga bagi Gubenur Sumut, tetapi saya sebetulnya butuh kalian semua untuk Sumut yang lebih bermartabat,” ujar Ketua Umum PSSI itu.

Edy mengaku tidak main-main dalam mengemban jabatan sebagai gubernur. Dikarenakan dirinya mengaku tidak memanfaatkan gaji seorang gubernur untuk memajukan provinsi ini. Ia mengatakan, dalam mengemban jabatan saat ini, dirinya malah tidak tahu menahu masalah gaji, dikarenakan berani meninggalkan jabatan saat menjadi TNI.

“Seharusnya saya mau meninggalkan jabatan Pangkostrad tahun 2020, tapi karena saya tau kalau lama di sana saya bakalan makin pusing. Dan saya mau balik ke Sumut dan membenahi semuanya, agar berubah menjadi lebih baik lagi. Dan baru tau saya kalau gaji jadi Gubernur itu ternyata hanya Rp 8 juta, dan teman saya di Jakarta pun baru tau ternyata gaji (gubernur) hanya Rp8 juta, tapi saya tidak pedulikan, yang saya mau sekarang membenahi semuanya,” kata suami Nawal Lubis itu.

Selain menyampaikan curahan hatinya, kesempatan itu Edy juga membuat para tamu dan hadirin yang datang tertawa. Kata dia, ternyata lebih pusing dan lebih sulit menjadi seorang kepala daerah ketimbang mengemban jabatan Pangkostrad.

“Dulu waktu mau berhenti jadi Pangkostrad saya pusing juga, tetapi ternyata waktu menjabat sebagai Gubernur Sumut ternyata lebih pusing sulit. Kalau gak percaya tanya dengan Ijeck, dia pun sekarang semakin pusing,” katanya Edy yang langsung disambut tawa oleh wartawan.

Dirinya juga menyinggung terkait baru lima hari mengemban jabatan sebagai Gubsu, tetapi sudah di demo.

“Saya baru lima hari jadi gubernur tapi sudah di demo, yang demo para nelayan dan saya juga tidak tau apa nelayan ini yang mau didemokan, katanya pemakaian pukat trwal itu, saya juga tidak tau apa itu pukat trwal dan bagaimana cara pakainya,” kata dia.

Selama ini dirinya selalu diisukan bahwa memiliki pasukan khusus saat menjadi gubernur, tetapi itu semua ia  bantah. Begitu juga soal sikapnya yang tegas dan terkesan arogan di mata orang lain, ia menyampaikan bahwa semua itu hanya sebatas ucapan saja.

“Saya tidak punya intel, dan dengan sikap saya yang tegas dan arogan, kalau tidak begini apa mau kalian Sumut ini lembek terus? Saya begini, yakinlah saya ini hanya ucapan saja, saya mohon para awak media membantu saya dalam menjalankan tugas dan memberikan masukan  terkait apa saja yang terjadi pada Sumut. Dan gaya saya begini, tanyalah dengan mamak saya yang melahirkan saya kenapa begini,” ujarnya yang kembali disambut canda tawa.

Selanjutnya mantan Pangdam I/BB mengungkapkan cerita saat dirinya meninjau banjir yang menerpa Kota Medan. Ia pun sudah memberikan instruksi kepada seluruh stakeholder terkait, dalam hal penanganan banjir di ibukota Provinsi Sumut. “Saya sudah perintahkan semuanya, untuk segera cari solusi banjir ini. Jangan hanya menyalahkan Tuhan, masa Tuhan mau dilawan karena turunkan hujan. Saya perintahkan kepada mereka untuk selesaikan dalam waktu satu minggu cari solusinya, aku suruh orang itu untuk masuk ke sungai, kalau tidak selesai siap lah,” beber Edy.

Di samping itu dirinya dan Ijeck akan melakukan pembenahan terhadap ASN yang terlibat korupsi. Tidak hanya itu, pada waktu mendatang dia akan membuat perombakan di jajaran staf ahli.

“Untuk masalah bawahan saya yang terlibat korupsi akan saya tindaklanjuti, agar dia tidak terlibat lagi. Saya juga akan rombak semuanya nanti, saya akan bawa orang-orang kelas berat, bukan badannya yang berat ya, tapi pemikirannya yang berat, jadi biar cepat selesai Sumut ini dari mereka yang tidak bekerja dengan baik dan tegas,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengatakan banyak hal yang menjadi masukan untuk Sumut ke depan. Wakil Gubernur meminta media untuk memberikan masukan hal-hal baik yang bisa dilakukannya. “Visi apa yang saya kampanyekan akan saya jalankan, media harus bantu untuk mewujudkan itu, Sumatera Utara tidak akan maju tanpa media,” ujarnya.

Terkait dengan program perlindungan perempuan dan anak, Musa Rajekshah mengatakan Ranperda untuk itu akan disahkan menjadi peraturan daerah. “Kita harapkan media, LSM, dan pemerhati untuk memberikan masukan, generasi di depan kalau mendapatkan perlakuan yang tidak baik, bagaimana kita akan menghasilkan generasi yang baik” ujarnya. (prn/azw)

BERSAMA: Gubsu Edy Rahmayadi dan Wagubsu Musa Rajeckshah (tengah) foto bersama wartawan dalam acara silaturahmi di
Gedung Bina Graha Komplek Kantor Bappeda Sumut, Selasa (25/9).( Foto : Ist /Sumutpos)

SUMUTPOS.CO – SEJAK dilantik 5 September lalu di Istana Negara oleh Presiden Jokowi Widodo (Jokowi), baru kali ini Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah sempat bertatap muka langsung dengan insan pers di Kota Medan.

Sekitar dua ratusan wartawan baik yang bertugas di kantor Gubsu dan DPRD Sumut, hadir dalam acara yang penuh rasa keakraban dan kekeluargaan di Gedung Bina Graha Komplek Kantor Bappeda Sumut, Selasa (25/9) pagi. Kegiatan yang difasilitasi Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu ini, bertujuan sebagai awal perkenalan antara awak media dengan   pemimpin Sumut yang baru.

Dengan gaya komunikasi khasnya, Gubsu Edy sesekali menciptakan suasana ‘pecah’ melalui candaannya. Meski begitu cukup banyak juga ia berbicara dengan raut wajah serius dalam pertemuan itu.

Saat membuka curahan hatinya, Edy Rahmayadi menyampaikan akan melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala daerah bersama wakilnya, Musa Rajekshah atau Ijeck, dengan sepenuh hati dan siap bekerja keras demi mewujudkan Sumut bermartabat. Salah satu caranya, menurut dia, dengan meminta dukungan penuh awak media yang ada di Sumut.

“Assalamualaikum, saya berterima kasih kepada Anda semua, dan saya minta kepada para wartawan untuk mau mendukung dan memajukan Sumut lebih baik,” ujarnya.

Belakangan hari ini, diakui Edy, heboh pemberitaan tentang dirinya menampar seorang suporter saat sedang menyaksikan laga PSMS di Stadion Teladan Medan. Tindakannya itu, menurut Edy, bukan dengan maksud melakukan kekerasan kepada siapapun. Bahkan ia menyadari bahwa sangat menyukai anak kecil.

“Mana mungkin saya melakukan kekerasan kepada anak-anak, saya paling senang kepada anak-anak. Memang tangan saya ini keras, saya sehari saja push up 40 kali masih sanggup, kalau gak percaya kalian pegang tangan saya. Tetapi saya melakukannya kemarin itu, memarahi anak itu karena menggunakan flayer dan itu dilarang oleh FIFA,” ujarnya.

Mantan Pangkostrad ini juga turut mengomentari keterkaitan dirinya dengan wawancara khusus kepada Kompas TV, pada Senin malam kemarin. Ia mengatakan bahwa perkataan yang dilontarkan oleh wartawan tersebut tidaklah tepat, dan tidak merujuk kepada masalah.

“Saya sedang banyak tugas, saya sedang pusing, masa kalian tanya semuanya apa gak tambah pusing saya. Ada wartawan Kompas yang datang, coba mana orangnya berdiri? Nah kau orangnya, itu tanggungjawab kau dan dosa kau. Karena saya bukan hanya satu pikiran saya, semua saya pikirkan,” ungkapnya.

Namun ia menyampaikan, bahwa semua yang terucap itu bukan karena datang dari sanubari terdalam, melainkan hanya sekadar ucapan. Dirinya menegaskan tidak suka menjadi orang yang pendendam. “Gak mungkin saya apai wartawan, karena wartawan adalah mata dan telinga bagi Gubenur Sumut, tetapi saya sebetulnya butuh kalian semua untuk Sumut yang lebih bermartabat,” ujar Ketua Umum PSSI itu.

Edy mengaku tidak main-main dalam mengemban jabatan sebagai gubernur. Dikarenakan dirinya mengaku tidak memanfaatkan gaji seorang gubernur untuk memajukan provinsi ini. Ia mengatakan, dalam mengemban jabatan saat ini, dirinya malah tidak tahu menahu masalah gaji, dikarenakan berani meninggalkan jabatan saat menjadi TNI.

“Seharusnya saya mau meninggalkan jabatan Pangkostrad tahun 2020, tapi karena saya tau kalau lama di sana saya bakalan makin pusing. Dan saya mau balik ke Sumut dan membenahi semuanya, agar berubah menjadi lebih baik lagi. Dan baru tau saya kalau gaji jadi Gubernur itu ternyata hanya Rp 8 juta, dan teman saya di Jakarta pun baru tau ternyata gaji (gubernur) hanya Rp8 juta, tapi saya tidak pedulikan, yang saya mau sekarang membenahi semuanya,” kata suami Nawal Lubis itu.

Selain menyampaikan curahan hatinya, kesempatan itu Edy juga membuat para tamu dan hadirin yang datang tertawa. Kata dia, ternyata lebih pusing dan lebih sulit menjadi seorang kepala daerah ketimbang mengemban jabatan Pangkostrad.

“Dulu waktu mau berhenti jadi Pangkostrad saya pusing juga, tetapi ternyata waktu menjabat sebagai Gubernur Sumut ternyata lebih pusing sulit. Kalau gak percaya tanya dengan Ijeck, dia pun sekarang semakin pusing,” katanya Edy yang langsung disambut tawa oleh wartawan.

Dirinya juga menyinggung terkait baru lima hari mengemban jabatan sebagai Gubsu, tetapi sudah di demo.

“Saya baru lima hari jadi gubernur tapi sudah di demo, yang demo para nelayan dan saya juga tidak tau apa nelayan ini yang mau didemokan, katanya pemakaian pukat trwal itu, saya juga tidak tau apa itu pukat trwal dan bagaimana cara pakainya,” kata dia.

Selama ini dirinya selalu diisukan bahwa memiliki pasukan khusus saat menjadi gubernur, tetapi itu semua ia  bantah. Begitu juga soal sikapnya yang tegas dan terkesan arogan di mata orang lain, ia menyampaikan bahwa semua itu hanya sebatas ucapan saja.

“Saya tidak punya intel, dan dengan sikap saya yang tegas dan arogan, kalau tidak begini apa mau kalian Sumut ini lembek terus? Saya begini, yakinlah saya ini hanya ucapan saja, saya mohon para awak media membantu saya dalam menjalankan tugas dan memberikan masukan  terkait apa saja yang terjadi pada Sumut. Dan gaya saya begini, tanyalah dengan mamak saya yang melahirkan saya kenapa begini,” ujarnya yang kembali disambut canda tawa.

Selanjutnya mantan Pangdam I/BB mengungkapkan cerita saat dirinya meninjau banjir yang menerpa Kota Medan. Ia pun sudah memberikan instruksi kepada seluruh stakeholder terkait, dalam hal penanganan banjir di ibukota Provinsi Sumut. “Saya sudah perintahkan semuanya, untuk segera cari solusi banjir ini. Jangan hanya menyalahkan Tuhan, masa Tuhan mau dilawan karena turunkan hujan. Saya perintahkan kepada mereka untuk selesaikan dalam waktu satu minggu cari solusinya, aku suruh orang itu untuk masuk ke sungai, kalau tidak selesai siap lah,” beber Edy.

Di samping itu dirinya dan Ijeck akan melakukan pembenahan terhadap ASN yang terlibat korupsi. Tidak hanya itu, pada waktu mendatang dia akan membuat perombakan di jajaran staf ahli.

“Untuk masalah bawahan saya yang terlibat korupsi akan saya tindaklanjuti, agar dia tidak terlibat lagi. Saya juga akan rombak semuanya nanti, saya akan bawa orang-orang kelas berat, bukan badannya yang berat ya, tapi pemikirannya yang berat, jadi biar cepat selesai Sumut ini dari mereka yang tidak bekerja dengan baik dan tegas,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengatakan banyak hal yang menjadi masukan untuk Sumut ke depan. Wakil Gubernur meminta media untuk memberikan masukan hal-hal baik yang bisa dilakukannya. “Visi apa yang saya kampanyekan akan saya jalankan, media harus bantu untuk mewujudkan itu, Sumatera Utara tidak akan maju tanpa media,” ujarnya.

Terkait dengan program perlindungan perempuan dan anak, Musa Rajekshah mengatakan Ranperda untuk itu akan disahkan menjadi peraturan daerah. “Kita harapkan media, LSM, dan pemerhati untuk memberikan masukan, generasi di depan kalau mendapatkan perlakuan yang tidak baik, bagaimana kita akan menghasilkan generasi yang baik” ujarnya. (prn/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/