Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan, sedikitnya 198 jiwa atau 55 KK terpaksa diungsikan selama sepekan. Pasalnya, pihak Pertamina sedang melakukan survei dan polisi sedang melakukan penyelidikan. “Di lokasi juga masih di pasang police line,” kata Kepala BPBA Teuku Ahmad Dadek, Kamis (26/4).
Puluhan pengungsi turut dibantu petugas Dinas Sosial Aceh. Mereka terjun ke lokasi bersama beberapa personel instansi terkait. Katanya, bantuan telah diserahkan ke Badan Penanggulang Bencana Daerah (BPBD). Namun, penyaluran bantuan ke para pengungsi diserahkan pada pemerintah setempat.
Menurut informassi dari Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Aceh, kata Dadek, semburan air berasal dari sumur minyak tersebut, masih sangat berbahaya karena masih terlihat adanya tekanan reservoir yang tinggi. Semburan air tersebut diperkirakan masih mengandung gas dan diharapkan kandungan hidrocarbon di bawah ambang batas flammability limit.
Penanganan sumur ilegal ini, tambah Dadek, akan segera ditangani, berdasarkan masukan dari tim teknis lapangan, upaya pencegahan harus dilakukan dengan membuat zone berlapis sesuai dengan risiko. “Akan merancang barikade dengan merancang dinding tahan bakar atau burn wall dengan ketinggian 1 meter radius 50 meter dari titik api,” sebutnya, mengutip keterangan pakar dari Medco.
Sumur minyak saat ini dalam kondisi natural flow dengan kondisi artesis (masih ada tekanan air ke permukaan), maka alternatif yang akan dilakukan menyiapkan parit.
Fungsinya mengalirkan aliran minyak ke titik yang lebih aman, dengan tetap berlansung dalam pengawasan menggunakan alat mendetektor potensi gas. “Kendala dialami, sumur itu tidak memiliki casing, sehingga tidak bisa memasang alat pencegah semburan liar,” jelasnya lagi.
Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan, sedikitnya 198 jiwa atau 55 KK terpaksa diungsikan selama sepekan. Pasalnya, pihak Pertamina sedang melakukan survei dan polisi sedang melakukan penyelidikan. “Di lokasi juga masih di pasang police line,” kata Kepala BPBA Teuku Ahmad Dadek, Kamis (26/4).
Puluhan pengungsi turut dibantu petugas Dinas Sosial Aceh. Mereka terjun ke lokasi bersama beberapa personel instansi terkait. Katanya, bantuan telah diserahkan ke Badan Penanggulang Bencana Daerah (BPBD). Namun, penyaluran bantuan ke para pengungsi diserahkan pada pemerintah setempat.
Menurut informassi dari Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Aceh, kata Dadek, semburan air berasal dari sumur minyak tersebut, masih sangat berbahaya karena masih terlihat adanya tekanan reservoir yang tinggi. Semburan air tersebut diperkirakan masih mengandung gas dan diharapkan kandungan hidrocarbon di bawah ambang batas flammability limit.
Penanganan sumur ilegal ini, tambah Dadek, akan segera ditangani, berdasarkan masukan dari tim teknis lapangan, upaya pencegahan harus dilakukan dengan membuat zone berlapis sesuai dengan risiko. “Akan merancang barikade dengan merancang dinding tahan bakar atau burn wall dengan ketinggian 1 meter radius 50 meter dari titik api,” sebutnya, mengutip keterangan pakar dari Medco.
Sumur minyak saat ini dalam kondisi natural flow dengan kondisi artesis (masih ada tekanan air ke permukaan), maka alternatif yang akan dilakukan menyiapkan parit.
Fungsinya mengalirkan aliran minyak ke titik yang lebih aman, dengan tetap berlansung dalam pengawasan menggunakan alat mendetektor potensi gas. “Kendala dialami, sumur itu tidak memiliki casing, sehingga tidak bisa memasang alat pencegah semburan liar,” jelasnya lagi.