25 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Pasrah, Tak Ada Lagi yang Tersisa…

Kondisi proses pemadaman sisa api di puing-puing puluhan bangunan yang terbakar Kamis (26/7) di Pasar Batangtoru, Tapsel. (F: Samman Siahaan/Metro Tabagsel)

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Kebakaran hebat di Pasar Batangtoru, Kelurahan Wek II, Kecamatan Batangtoru pada Kamis (25/7) pagi kemarin, menyisakan duka, sekaligus kehilangan mata pencaharian bagi para korban. Betapa tidak, dari 30 bangunan yang ludes, 21 diantaranya adalah rumah toko berbagai jenis usaha.

Meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka, kerugian yang mencapai puluhan miliar rupiah itu akan terasa berbeda pada pekan pasar di Jumat kali ini. Tidak ada usaha yang bisa dijalankan, ataupun rutinitas jual-beli, seperti biasanya di hari-hari dan pada pekan sebelumnya.

Usaha-usaha yang dilalap api pada kebakaran kemarin, hampir semuanya merupakan penduduk lokal yang telah lama berusaha di situ. Sebagaimana bangunan-bangunan ruko itu, sebagian besar merupakan bangunan tua dengan konstruksi kayu.

Seperti usaha Sabar Pohan. Usaha kelontong sekaligus grosir ini sudah 20 tahun dijalankan empunya, Sabar Pohan (43).

Kebakaran ini menghanguskan semua bangunan sekaligus usaha grosir serta gudang penyimpanan barang-barangnya. Tidak ada yang tersisa yang bisa diperdagangkannya lagi, untuk melanjutkan usaha yang dilakoni selama ini.

“Bagaimanalah mau berharap lagi, pasrah saja. Setelah ini dimulai lagi dari semula,” ungkapnya datar dari dalam tempat tinggalnya yang berjarak tiga bangunan dari lokasi usahanya itu.

Sebenarnya, bagian dapur rumahnya juga sempat dijilati api. Hingga pada bagian atapnya yang kemudian merapuh.

Dari usaha ini, ia menghidupi empat anaknya. Dan kini, telah habis tak tersisa. Penyebab kebakaran itu sendiri, Sabar menduga berasal dari rumah di belakang ruko tempat usahanya. Sebab katanya, begitu api berkobar, ia masih lagi sempat membuka rukonya dan berusaha menyelamatkan apa yang bisa diambil.

“Tapi masyarakat menahan, jangan biarkan saja. Iya, daripada membahayakan nyawa, apalagi bangunan kayu dan udah tua, jatuh dari atas kita nggak tahu. Kalau apinya kemungkinan dari belakang, kulkasku ada di depan,” kata Sabar.

Ini juga menjadi sangkalan pada dugaan sebelumnya, yang menyebut api berasal dari korsleting listrik di kulkas dalam toko Sabar Pohan. (san/msg/sp)

Kondisi proses pemadaman sisa api di puing-puing puluhan bangunan yang terbakar Kamis (26/7) di Pasar Batangtoru, Tapsel. (F: Samman Siahaan/Metro Tabagsel)

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Kebakaran hebat di Pasar Batangtoru, Kelurahan Wek II, Kecamatan Batangtoru pada Kamis (25/7) pagi kemarin, menyisakan duka, sekaligus kehilangan mata pencaharian bagi para korban. Betapa tidak, dari 30 bangunan yang ludes, 21 diantaranya adalah rumah toko berbagai jenis usaha.

Meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka, kerugian yang mencapai puluhan miliar rupiah itu akan terasa berbeda pada pekan pasar di Jumat kali ini. Tidak ada usaha yang bisa dijalankan, ataupun rutinitas jual-beli, seperti biasanya di hari-hari dan pada pekan sebelumnya.

Usaha-usaha yang dilalap api pada kebakaran kemarin, hampir semuanya merupakan penduduk lokal yang telah lama berusaha di situ. Sebagaimana bangunan-bangunan ruko itu, sebagian besar merupakan bangunan tua dengan konstruksi kayu.

Seperti usaha Sabar Pohan. Usaha kelontong sekaligus grosir ini sudah 20 tahun dijalankan empunya, Sabar Pohan (43).

Kebakaran ini menghanguskan semua bangunan sekaligus usaha grosir serta gudang penyimpanan barang-barangnya. Tidak ada yang tersisa yang bisa diperdagangkannya lagi, untuk melanjutkan usaha yang dilakoni selama ini.

“Bagaimanalah mau berharap lagi, pasrah saja. Setelah ini dimulai lagi dari semula,” ungkapnya datar dari dalam tempat tinggalnya yang berjarak tiga bangunan dari lokasi usahanya itu.

Sebenarnya, bagian dapur rumahnya juga sempat dijilati api. Hingga pada bagian atapnya yang kemudian merapuh.

Dari usaha ini, ia menghidupi empat anaknya. Dan kini, telah habis tak tersisa. Penyebab kebakaran itu sendiri, Sabar menduga berasal dari rumah di belakang ruko tempat usahanya. Sebab katanya, begitu api berkobar, ia masih lagi sempat membuka rukonya dan berusaha menyelamatkan apa yang bisa diambil.

“Tapi masyarakat menahan, jangan biarkan saja. Iya, daripada membahayakan nyawa, apalagi bangunan kayu dan udah tua, jatuh dari atas kita nggak tahu. Kalau apinya kemungkinan dari belakang, kulkasku ada di depan,” kata Sabar.

Ini juga menjadi sangkalan pada dugaan sebelumnya, yang menyebut api berasal dari korsleting listrik di kulkas dalam toko Sabar Pohan. (san/msg/sp)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/