MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak bisa dipungkiri, masyarakat Sumatera Utara yang hendak mengikuti program vaksinasi saat ini terpaksa harus sabar menunggu. Itu disebabkan, ketersediaan stok vaksin Covid-19 sudah menipis.
Informasi yang diperoleh Sumut Pos, adapun pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya, saat ini tengah kekosongan stok vaksin Corona. Kondisi itu sudah terjadi sejak dua pekan belakangan ini, Lantas apa sikap Gubernur sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Edy Rahmayadi, akan kondisi tersebut?
Menjawab wartawan perihal ini lagi, Edy menyebut, bahwa vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan saat ini tengah proses pengiriman dari Jakarta.
“Vaksin nanti dikirim dari Jakarta. Lagi proses pengiriman. Vaksin belum tau saya jumlahnya, rencana sebanyak-banyaknya,” kata dia, Senin (26/7).
Ketersediaan vaksin ini sudah barang tentu untuk mendukung program vaksinasi di Indonesia terkhusus Sumut, tetap bisa berjalan sesuai target yang telah direncanakan pemerintah pusat.
Apalagi saat ini di Sumut, diakui Edy, realisasi vaksinasi baru mencapai 13 persen. Oleh sebab itu, Sumut masih membutuhkan banyak vaksin Covid-19. Tujuannya, demi tercapai kekebalan imunitas kelompok (herd immunity).
“Kita kan sekarang baru 13 persen. Berarti masih butuh banyak lagi,” ujarnya.
Adapun salah seorang warga, Ardanik, mengaku gagal untuk disuntik dosis vaksin tahap kedua pada minggu lalu. Menurut keterangan pihak Puskesmas Patumbak, saat ini stok vaksin tersebut sedang kosong. “Ya terpaksalah saya langsung pulang. Padahal sesuai jadwal saya harusnya disuntik vaksin yang kedua, setelah 14 hari sebelumnya disuntik yang pertama. Kata petugasnya stok vaksin lagi tidak ada,” kata warga berdomisili di Jalan Pelajar Ujung, Desa Patumbak Kampung, Kecamatan Patumbak tersebut.
Dua pekan sebelumnya, bahkan di Kota Pematang Siantar, kejadian serupa dialami sejumlah pegawai PD Pasar Siantar. Mereka rata-rata gagal menjalani suntik vaksin Covid-19 tahap kedua, lantaran stok vaksin lagi kosong. Pegawai-pegawai tersebut mengaku resah, mengingat apakah ada efek samping untuk tubuh bilamana penyuntikkan vaksin kedua lama mereka dapatkan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Aris Yudhariansyah sebelumnya mengatakan, Gubsu Edy Rahmayadi telah menyurati Kemenkes RI terkait pemenuhan kebutuhan vaksin di Sumut. Dalam surat itu, ungkap Aris, Gubsu Edy meminta agar pemerintah pusat mengirimkan dua juta dosis vaksin Covid-19. “Pak Gubernur sudah mengirimkan surat ke Kemenkes, kita minta dua juta dosis vaksin. Sekarang masih diproses. Kita berharap secepatnya,” katanya menjawab wartawan, Rabu (21/7).
Mantan Kadis Kesehatan Asahan itu pun mengungkapkan bahwa terakhir kali Sumut mendapat kiriman vaksin dari Kemenkes sebanyak 12 ribu vial. Vaksin tersebut kemudian diditribusikan kepada TNI/Polri dan Dinas Kesehatan. “Target kita, kalau vaksin cukup, maka kita bisa melakukan vaksinasi sesuai target kita sebanyak 120 ribu sehari,” ucapnya.
Ia menjelaskan dalam program vaksinasi ini, Sumut menargetkan sekitar 11 juta warganya dapat disuntik vaksin, demi memenuhi herd immunity dalam upaya memutus penyebaran Covid-19.
Hal sama terjadi di Kota Medan. Pemerintah Kota (Pemko) Medan mengakui adanya kendala ataupun mengalami kesulitan dalam proses penyediaan stok vaksin Covid-19 di Kota Medan. Apalagi saat ini, permintaan vaksinasi Covid-19 di Kota Medan terus meningkat.
Bobby mengatakan, bahwa stok vaksin yang dikelola Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan saat ini tinggal sekitar 10.000 dosis vaksin Covid-19 saja. “Dari beberapa waktu lalu kami menginformasikan bahwa Kota Medan untuk jumlah vaksin yang tersedia sudah bisa dikatakan dengan target per hari kita,kadang-kadang tidak cukup. Saya sudah menyampaikan kepada Bapak Gubernur dan Pak Gubernur langsung merespons untuk menelepon Kementerian Kesehatan untuk meminta vaksin untuk Kota Medan.
Target kita itu ada sekitar 10.000 dosis vaksin yang disuntikkan setiap harinya. Namun hari ini, sisa dosis yang kita miliki kurang lebih 10.000 dosis vaksin Covid-19. Artinya kalau dipakai semua untuk dosis pertama ini habis,” jelasnya saat meninjau pelaksanaan Vaksinasi Massal Insan Sektor Jasa Keuangan dan Masyarakat, Provinsi Sumatra Utara, Senin (26/7) di Hotel Santika Medan.
Bobby mengatakan, terbatasnya stok vaksin Covid-19 ini juga dipicu oleh pelaksanaan PPKM Darurat Jawa-Bali beberapa minggu lalu. Hal ini membuat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tersebut diprioritaskan untuk masyarakat di Pulau Jawa dan Bali.
Bobby mengatakan, dengan terbatasnya stok vaksin yang dimiliki Pemko Medan, maka pelaksanaan vaksinasi COVID-19 diprioritaskan kepada mereka yang sebelumnya telah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama. Sedangkan untuk warga yang akan menerima vaksin COVID-19 untuk pertama kalinya harus ditunda. “Penundaan bukan karena kesengajaan atau karena keteledoran. Tapi karena keterbatasan stoknya,” tuturnya.
Bobby memastikan, pasokan vaksin di Medan akan kembali normal pada Agustus 2021 mendatang. “Nanti Agustus setelah datang vaksin dari luar negeri ini baru bisa normal lagi di Bulan Agustus, beberapa minggu ini memang kita agak sulit,” katanya.
Bobby juga menjelaskan, saat ini Pemko Medan terus mengejar target vaksinasi. Sebelumnya, jumlah target yang divaksinasi di Kota Medan sebanyak 1,4 juta orang, namun kini bertambah menjadi 1,9 juta orang. Jumlah tersebut bertambah, karena adanya ketentuan baru dari pemerintah pusat bahwa Ibu menyusui dan anak usia 12-17 tahun telah diperbolehkan untuk di vaksinasi.
“Saat ini jumlah yang divaksin sudah mencapai 50 persen lebih, tentunya ini akan kita genjot agar tercapai target jumlah warga Medan yang mendapatkan vaksin,” ungkapnya.
Bobby juga menekankan pentingnya penanganan Covid-19 dari hulu untuk mencegah terjadinya peningkatan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di sejumlah RS di Kota Medan.”BOR itu, tempat tidur itu, ujung terakhir. Hulunya yang paling penting, adalah bagaimana agar tempat tidur itu tidak terisi,” terang Bobby.
Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan di hulu, sambung Bobby, adalah berupa penerapan prokes, kepatuhan pada PPKM, dan vaksinasi.
Saat ini angka kasus konfirmasi positif di Kota Medan masih cukup tinggi. Pada bulan Juni lalu, jumlah pertambahan kasus positif Covid-19 sekitar 40 hingga 60 kasus per hari.
Lalu pada minggu berikutnya bertambah menjadi 90 hingga 100 kasus. Jumlah tersebut terus bertambah menjadi 200 kasus, dan pada Minggu (25/7) kemarin bertambah menjadi 521 kasus. “Medan masuk dalam PPKM Level 4, karena itu kami imbau lagi agar menerapkan prokes dengan baik. Salah satu penerapan PPKM Level 4 ini adalah untuk menerapkan prokes lebih ketat lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, ketersediaan alias stok vaksin virus Corona (covid-19) di Indonesia saat ini hanya sekitar 22 juta dosis yang sudah tersebar di sejumlah provinsi maupun kabupaten/kota.
Budi mengatakan, 22 juta dosis vaksin itu merupakan sisa dari total vaksin covid-19 siap digunakan yang sudah diterima Indonesia kurang lebih sebanyak 85 juta dosis, semetara 63 juta dosis lainnya telah terpakai. Dengan perkiraan itu, Budi menilai 22 juta dosis vaksin hanya cukup tak sampai sebulan. “Itu stok berapa lama? kira-kira stok tidak sampai satu bulan. Kalau saya merasa stok itu sebenarnya sudah stretch, karena produksi vaksin kita itu 1,5 bulan,” kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/7).
Budi menjelaskan, meski Indonesia sudah kedatangan lebih dari 100 juta dosis vaksin, namun beberapa di antaranya merupakan vaksin bulk atau mentah yang perlu diolah kembali oleh PT Bio Farma (Persero). Oleh sebab itu, jumlah vaksin jadi akan berkurang sedikit dari vaksin bulk yang didatangkan sebelumnya.(prn/map/cnn)