25 C
Medan
Saturday, September 21, 2024

RSU Bina Kasih Tak Pernah Diagnosa Meningitis

Foto: Bambang/PM Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.
Foto: Bambang/PM
Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Dugaan salah diagnosa yang mengakibatkan Dea Afnita, anak usia 10 tahun, dari awalnya demam malah mengalami kelumpuhan, direspon pihak RS Bina Kasih.

“Dhea masuk rumah sakit ini dalam kondisi demam dan dalam Temp (temperatur) 38 derajat celcius. Jadi bukan penyakit lain. Dia udah sempat dirawat di RSU Bidadari selama dua hari 1 malam, baru dirujuk ke rumah sakit ini,” terang Robert, Jumat (3/4) siang, mengisahkan kronologis awal mula perawatan Dea di tangan mereka.

Dilanjutkan Robert, dr. Handri, selaku dokter spesialis anak yang sempat menangani Dhea saat melihat kondisinya itu, segera memberikannya kepada dokter bedah. Saat di scanning, karena tidak ditemukannya penyakit parah yang membutuhkan pembedahan, Dhea pun kembali ditangani dr Handri untuk dilakukan pemeriksaan dan perawatan.

Hingga seminggu perawatan, Dea tidak juga mengalami perkembangan, dr Handri pun berkordinasi dengan Konsultan Anak RSUP. Adam Malik untuk melakukan rujukan.

Usai berkoordinasi, akhirnya Minggu (21/12) 2014, pihak RSU Bina Kasih merujuk Dea ke RSUP H. Adam Malik dengan melampirkan surat rujukan dan mendiagnoas Dhea dengan penyakit Encepalophaty ec syndrom + demam tifoit + sepsis (kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi).

Selama perawatan, dikatakan Robert pihaknya (RS Bina Kasih) tak pernah memberikan (diagnosa) meningitis kepada pasien.

“Jadi pihak RSU Bina Kasih, gak pernah memberikan (diagnosa) meningitis itu kepada pasien. Itu hanya diperbolehkan oleh Konsultan anak yang berada di RSUP H. Adam Malik. Jadi itu bukan kami yang memberikannya (diagnosa) kepada si Dhea itu bang,” beber Robert.

Foto: Bambang/PM Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.
Foto: Bambang/PM
Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Dugaan salah diagnosa yang mengakibatkan Dea Afnita, anak usia 10 tahun, dari awalnya demam malah mengalami kelumpuhan, direspon pihak RS Bina Kasih.

“Dhea masuk rumah sakit ini dalam kondisi demam dan dalam Temp (temperatur) 38 derajat celcius. Jadi bukan penyakit lain. Dia udah sempat dirawat di RSU Bidadari selama dua hari 1 malam, baru dirujuk ke rumah sakit ini,” terang Robert, Jumat (3/4) siang, mengisahkan kronologis awal mula perawatan Dea di tangan mereka.

Dilanjutkan Robert, dr. Handri, selaku dokter spesialis anak yang sempat menangani Dhea saat melihat kondisinya itu, segera memberikannya kepada dokter bedah. Saat di scanning, karena tidak ditemukannya penyakit parah yang membutuhkan pembedahan, Dhea pun kembali ditangani dr Handri untuk dilakukan pemeriksaan dan perawatan.

Hingga seminggu perawatan, Dea tidak juga mengalami perkembangan, dr Handri pun berkordinasi dengan Konsultan Anak RSUP. Adam Malik untuk melakukan rujukan.

Usai berkoordinasi, akhirnya Minggu (21/12) 2014, pihak RSU Bina Kasih merujuk Dea ke RSUP H. Adam Malik dengan melampirkan surat rujukan dan mendiagnoas Dhea dengan penyakit Encepalophaty ec syndrom + demam tifoit + sepsis (kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi).

Selama perawatan, dikatakan Robert pihaknya (RS Bina Kasih) tak pernah memberikan (diagnosa) meningitis kepada pasien.

“Jadi pihak RSU Bina Kasih, gak pernah memberikan (diagnosa) meningitis itu kepada pasien. Itu hanya diperbolehkan oleh Konsultan anak yang berada di RSUP H. Adam Malik. Jadi itu bukan kami yang memberikannya (diagnosa) kepada si Dhea itu bang,” beber Robert.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/