MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berdasarkan data yang dimiliki Subbid Pengelolaan Citra Satelit Cuaca BMKG, hingga tanggal 20 Agustus 2018, terdapat 218 jumlah hotspot atau titik panas di wilayah Sumut, yang rentan tercatat mengalami kebakaran, dengan tingkat kepercayaan lebih dari 50 persen.
Bahkan pada Minggu (26/8) kemarin, terdapat 14 titik panas di Sumut dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen, dengan suhu di atas 40 derajat celcius. Titik panas itu berada di Kabupaten Samosir 7 hotspot, Labuhanbatu Utara 3 hotspot, Labuhanbatu 2 hotspot, dan Labuhanbatu Selatan serta Tobasa masing-masing 1 hotspot.
“Sementara untuk Aceh, tercatat ada sebanyak 124 jumlah titik panas,” kata Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan, Edison Kurniawan, Minggu (26/8).
Di sepanjang tahun 2015, tercatat sebanyak 590 titik panas Provinsi Sumut. Tahun 2016 ada 817 titik panas. Dan 2017 ada 245 titik panas. Sementara di Provinsi Aceh, tahun 2015 ada 218 titik panas, 2016 ada 431 titik panas, dan 270 titik panas.
“Umumnya ada dua penyebab kebakaran hutan dan lahan ini, yakni karena ulah manusia dan kejadian alam,” ujar Edison.
Untuk kejadian alam, kebakaran hutan dan lahan biasanya terjadi karena kombinasi udara yang sangat kering dan gesekan antar pohon, letusan gunung berapi, maupun sambaran petir. “Kebakaran di bawah tanah pada daerah gambut juga dapat menyulut kebakaran pada hutan yang ada di atas tanah pada musim kemarau,” jelasnya.
Namun kebakaran hutan dan lahan paling sering terjadi adalah akibat ulah manusia. Umumnya hal ini dikarenakan pembakaran yang dilakukan untuk membuka lahan baru.
Ia mengatakan, dari analisa kondisi suhu panas di Medan, diketahui suhu panas sudah berlangsung sejak Sabtu (25/8). Berdasarkan data pengamatan temperatur di beberapa Stasiun BMKG di Medan, tercatat suhu udara maksimum pada tanggal tersebut di antaranya di Sampali sebesar 36.4°C, Belawan 33.8°C , Medan Simpang Pos Ngumban Surbakti 37.0°C, Tuntungan 35.8°C dan Kualanamu 35.4°C
Hasil analisis pola angin pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 07.00 Wib menunjukkan, kondisi cuaca tersebut disebabkan massa udara cenderung bergerak ke Laut Filipina dan Teluk Benggala, karena terdapat pusat tekanan Rendah (Low) di wilayah tersebut.