31.8 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Air Bawah Danau Toba Naik Picu Kekurangan Oksigen

Foto: Edy Saragih/Metro Siantar/SMG
Petugas dan petani keramba ikan di Pangururan Danau Toba, mengevakuasi bangkai jutaan ekor ikan yang mati.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kematian jutaan ikan mas dan ikan nila yang diternakkan masyarakat di keramba jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba kawasan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumut, diduga kuat lantaran ikan kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen itu terjadi setelah massa air dari dasar perairan naik ke atas, akibat adukan angin. Sementara, lokasi KJA berada pada perairan yang sangat dangkal.

“Kesimpulan sementara itu diambil usai dilakukan uji sampel dan pengukuran bersama pemangku kepentingan lainnya di Pangururan, Samosir. Kenaikan massa air bawah danau juga ditandai dengan warna air danau yang keruh kecoklatan,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumut, Mulyadi Simatupang kepada Sumut Pos, Minggu (25/8).

Dijelaskannya, ada beberapa tim yang turun untuk mengambil sampel dan pengukuran langsung di lokasi kematian ikan. Selain Diskanla, juga turun tim dari Karantina Pusat Kementrian Kelautan Perikanan, serta Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir.

Dari pengukuran langsung di lapangan, diperoleh sejumlah indikator. Pertama, kedalaman KJA yang berkisar 9-12 meter masuk kategori sangat dangkal. Padahal sesuai Perpres 81/2014 tentang RTRW Danau Toba, kriteria zonasi untuk budidaya perikanan kedalamannya minimal 30 meter dan 100 meter.

“Kedua, kandungan oksigen terlarut berkisar 2,6-2,8 ppm, tidak normal (untuk KJA minimal kandungan oksigen terlarut  minimal 5 ppm). Lalu derajat keasaman atau PH = 6 (PH yang baik untuk KJA minimal 7),” katanya.

Sampel ikan yang diambil, dibawa untuk diuji di Laboratorium Pengendalian Mutu Hasil Perikanan di KIM di Belawan. Adapun yang dianalisa yakni unsur kimia meliputi; NH3 (Nitrat), Fosfor, Sulfur, CO2 dan lainnya. “Mudah-mudahan Senin (hari ini, Red) hasilnya sudah bisa kita dapat. Ini dulu perkembangan sementara,” pungkasnya.

Seperti diberitakan, jutaan ekor ikan di KJA milik warga Pintu Sona, Kecamatan Pangururan, Samosir mati mendadak sejak Senin (21/8) lalu. Kematian ikan hingga 180 ton itu mengulang peristiwa kelam awal Mei 2016. Saat itu jutaan ikan di keramba di Haranggaol, Simalungun, kawasan Danau Toba, mati tiba-tiba.

Agar peristiwa ini tak terulang kembali, Pemkab Samosir menyarankan kepada 18 kepala keluarga pemilik KJA, untuk mengosongkan keramba dari aktivitas budi daya ikan selama dua bulan. Sebelum dipakai kembali, jaring dan seluruh peralatan KJA dibersihkan dan disterilkan.

Kadis Lingkungan Hidup Pemkab Samosir, Sudion Tamba mengatakan, tim sudah membawa ikan yang mati untuk diperiksa di laboratorium. Dan pemeriksaan kadar oksigen dalam air (Dissolved Oxygen) berkisar 2,28 Mg/L. Kondisi tersebut sangat jauh di bawah standard mutu air yang ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 82 tahun 2001 minimal 6,0 Mg/L.

“Untuk sementara diperkirakan penyebab matinya ikan ini karena kekurangan oksigen, DO 2,82 Mg/L itu sangat rendah,” ujarnya.

Foto: Edy Saragih/Metro Siantar/SMG
Petugas dan petani keramba ikan di Pangururan Danau Toba, mengevakuasi bangkai jutaan ekor ikan yang mati.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kematian jutaan ikan mas dan ikan nila yang diternakkan masyarakat di keramba jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba kawasan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumut, diduga kuat lantaran ikan kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen itu terjadi setelah massa air dari dasar perairan naik ke atas, akibat adukan angin. Sementara, lokasi KJA berada pada perairan yang sangat dangkal.

“Kesimpulan sementara itu diambil usai dilakukan uji sampel dan pengukuran bersama pemangku kepentingan lainnya di Pangururan, Samosir. Kenaikan massa air bawah danau juga ditandai dengan warna air danau yang keruh kecoklatan,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumut, Mulyadi Simatupang kepada Sumut Pos, Minggu (25/8).

Dijelaskannya, ada beberapa tim yang turun untuk mengambil sampel dan pengukuran langsung di lokasi kematian ikan. Selain Diskanla, juga turun tim dari Karantina Pusat Kementrian Kelautan Perikanan, serta Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir.

Dari pengukuran langsung di lapangan, diperoleh sejumlah indikator. Pertama, kedalaman KJA yang berkisar 9-12 meter masuk kategori sangat dangkal. Padahal sesuai Perpres 81/2014 tentang RTRW Danau Toba, kriteria zonasi untuk budidaya perikanan kedalamannya minimal 30 meter dan 100 meter.

“Kedua, kandungan oksigen terlarut berkisar 2,6-2,8 ppm, tidak normal (untuk KJA minimal kandungan oksigen terlarut  minimal 5 ppm). Lalu derajat keasaman atau PH = 6 (PH yang baik untuk KJA minimal 7),” katanya.

Sampel ikan yang diambil, dibawa untuk diuji di Laboratorium Pengendalian Mutu Hasil Perikanan di KIM di Belawan. Adapun yang dianalisa yakni unsur kimia meliputi; NH3 (Nitrat), Fosfor, Sulfur, CO2 dan lainnya. “Mudah-mudahan Senin (hari ini, Red) hasilnya sudah bisa kita dapat. Ini dulu perkembangan sementara,” pungkasnya.

Seperti diberitakan, jutaan ekor ikan di KJA milik warga Pintu Sona, Kecamatan Pangururan, Samosir mati mendadak sejak Senin (21/8) lalu. Kematian ikan hingga 180 ton itu mengulang peristiwa kelam awal Mei 2016. Saat itu jutaan ikan di keramba di Haranggaol, Simalungun, kawasan Danau Toba, mati tiba-tiba.

Agar peristiwa ini tak terulang kembali, Pemkab Samosir menyarankan kepada 18 kepala keluarga pemilik KJA, untuk mengosongkan keramba dari aktivitas budi daya ikan selama dua bulan. Sebelum dipakai kembali, jaring dan seluruh peralatan KJA dibersihkan dan disterilkan.

Kadis Lingkungan Hidup Pemkab Samosir, Sudion Tamba mengatakan, tim sudah membawa ikan yang mati untuk diperiksa di laboratorium. Dan pemeriksaan kadar oksigen dalam air (Dissolved Oxygen) berkisar 2,28 Mg/L. Kondisi tersebut sangat jauh di bawah standard mutu air yang ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 82 tahun 2001 minimal 6,0 Mg/L.

“Untuk sementara diperkirakan penyebab matinya ikan ini karena kekurangan oksigen, DO 2,82 Mg/L itu sangat rendah,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/