28 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

Djarot dan Nurhajizah Diperhitungkan

Untuk mantan Wagubsu Nurhajizah Marpaung, kata Shohibul, belum teruji elektabilitasnya di kancah dunia politik. Semenjak berhenti dari militer (TNI), Nurhajizah maju di Asahan namun tidak diketahui kelanjutannya seperti apa. Dengan kata lain, hasilnya tidak memuaskan. “Nurhajizah menjadi Wagubsu karena lobi partai. Dia tidak pernah dilihat suatu wilayah penguasaan dari keahlian maupun pengaruh politiknya. Walaupun beberapa daerah seperti Asahan, Batubara dan Tanjung Balai yang kemungkinan dekat dengan kulturnya, tidak menjamin akan didukung di sana,” sebut Shohibul.

Diutarakannya, seharusnya Nurhajizah ini pada posisi menjaga jaringannya di Partai Hanura. Akan tetapi, entah kenapa malah loncat ke partai lain (Nasdem). “Figuritasnya pun tidak begitu dikenal oleh masyarakat dan berbagai kalangan. Pada semasa menjabat Wagubsu, sepertinya dia tidak lepas dari bayang-bayang Tengku Erry. Artinya, tidak ada kesempatan yang cukup baik untuk memperkenalkan sosoknya di publik secara nasional,” ungkapnya.

Lebih jauh Shohibul mengatakan, meski ada dua sosok baru yang bakal diusung dalam dapil tersebut kemungkinan tidak akan ada hal baru. Pertama, persaingan internal partai akan dieksekusi oleh pimpinan partai. Sebab, mereka tahu siapa yang harus direkrut ke DPR RI hingga kepemihakan dalam kebijakan partai,” cetusnya.

Kedua, sambung dia, pilihan partai sekuler akan memperebutkan orang-orang sekuler. Sedangkan, partai religius akan memperebutkan konstituen religius. Pun begitu, memang akan ada penyimpangan bahwa orang sekuler dipilih oleh orang religius. “Ketiga, money politic akan menjadi bentuk pelanggaran terbesar. Namun semangat demokrasi dan law enforcement yang lemah membuat tak akan begitu penting proses hukum,” tukasnya.

Sementara dari data yang dihimpun Sumut Pos, sejumlah tokoh yang duduk sebagai anggota DPR RI pada Pileg 2014 lalu, akan ikut bertarung kembali pada Pileg 2019. Sebut saja Junimart Girsang (PDI Perjuangan), Delia Pratiwi Sitepu dan Anton Sihombing (Golkar), Ansory Siregar (PKS), Samsudin Siregar (Hanura), Martin Hutabarat (Gerindra), Hinca Panjaitan (Demokrat), Rudi Hartono Bangun (NasDem, eks kader Demokrat) dan Nasril Bahar (PAN). Mereka semua sangat berpeluang untuk kembali duduk di Senayan.

Selain nama-nama bacaleg petahana itu dan Djarot Syaiful Hidayat serta Nurhajizah Marpaung, ada juga pendatang baru yang layak diperhutungkan, yakni Ahmad Doli Kurnia Tanjung (Plt Ketua Golkar Sumut/pengurus DPP Golkar), dan Sugiat Santoso (Wakil Ketua Partai Gerindra Sumut). Kehadiran Ahmad Doli Kurnia maju dari Dapil Sumut III juga bukan kebetulan. Ia diamanahkan partai untuk mendulang kursi dari wilayah tersebut. Dimana periode 2014-2019 Golkar berhasil mendapat dua kursi dari situ. Pun begitu, Doli mengaku bakal terjadi persaingan ketat di dapil tersebut.

Untuk mantan Wagubsu Nurhajizah Marpaung, kata Shohibul, belum teruji elektabilitasnya di kancah dunia politik. Semenjak berhenti dari militer (TNI), Nurhajizah maju di Asahan namun tidak diketahui kelanjutannya seperti apa. Dengan kata lain, hasilnya tidak memuaskan. “Nurhajizah menjadi Wagubsu karena lobi partai. Dia tidak pernah dilihat suatu wilayah penguasaan dari keahlian maupun pengaruh politiknya. Walaupun beberapa daerah seperti Asahan, Batubara dan Tanjung Balai yang kemungkinan dekat dengan kulturnya, tidak menjamin akan didukung di sana,” sebut Shohibul.

Diutarakannya, seharusnya Nurhajizah ini pada posisi menjaga jaringannya di Partai Hanura. Akan tetapi, entah kenapa malah loncat ke partai lain (Nasdem). “Figuritasnya pun tidak begitu dikenal oleh masyarakat dan berbagai kalangan. Pada semasa menjabat Wagubsu, sepertinya dia tidak lepas dari bayang-bayang Tengku Erry. Artinya, tidak ada kesempatan yang cukup baik untuk memperkenalkan sosoknya di publik secara nasional,” ungkapnya.

Lebih jauh Shohibul mengatakan, meski ada dua sosok baru yang bakal diusung dalam dapil tersebut kemungkinan tidak akan ada hal baru. Pertama, persaingan internal partai akan dieksekusi oleh pimpinan partai. Sebab, mereka tahu siapa yang harus direkrut ke DPR RI hingga kepemihakan dalam kebijakan partai,” cetusnya.

Kedua, sambung dia, pilihan partai sekuler akan memperebutkan orang-orang sekuler. Sedangkan, partai religius akan memperebutkan konstituen religius. Pun begitu, memang akan ada penyimpangan bahwa orang sekuler dipilih oleh orang religius. “Ketiga, money politic akan menjadi bentuk pelanggaran terbesar. Namun semangat demokrasi dan law enforcement yang lemah membuat tak akan begitu penting proses hukum,” tukasnya.

Sementara dari data yang dihimpun Sumut Pos, sejumlah tokoh yang duduk sebagai anggota DPR RI pada Pileg 2014 lalu, akan ikut bertarung kembali pada Pileg 2019. Sebut saja Junimart Girsang (PDI Perjuangan), Delia Pratiwi Sitepu dan Anton Sihombing (Golkar), Ansory Siregar (PKS), Samsudin Siregar (Hanura), Martin Hutabarat (Gerindra), Hinca Panjaitan (Demokrat), Rudi Hartono Bangun (NasDem, eks kader Demokrat) dan Nasril Bahar (PAN). Mereka semua sangat berpeluang untuk kembali duduk di Senayan.

Selain nama-nama bacaleg petahana itu dan Djarot Syaiful Hidayat serta Nurhajizah Marpaung, ada juga pendatang baru yang layak diperhutungkan, yakni Ahmad Doli Kurnia Tanjung (Plt Ketua Golkar Sumut/pengurus DPP Golkar), dan Sugiat Santoso (Wakil Ketua Partai Gerindra Sumut). Kehadiran Ahmad Doli Kurnia maju dari Dapil Sumut III juga bukan kebetulan. Ia diamanahkan partai untuk mendulang kursi dari wilayah tersebut. Dimana periode 2014-2019 Golkar berhasil mendapat dua kursi dari situ. Pun begitu, Doli mengaku bakal terjadi persaingan ketat di dapil tersebut.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru