31 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Kreatif, ‘Sulap’ Emperan Toko Kesawan jadi Coffee Shop

COFFEE SHOP: Faldy Alfansa Putra, berpose di depan coffee shop miliknya di kawasan Kesawan Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO-“Beri aku 1.000 orangtua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia”. Salah satu kata mutiara dari pendiri dan bapak Bangsa Indonesia, Ir Soekarno ini, sepertinya layak disematkan kepada Faldy Alfansa Putra, anak muda asal Kota Medan. 

PRAN HASIBUAN, MEDAN

 Bagaimana tidak, pria yang akrab disapa Aldy tersebut mampu ‘menyulap’ salah satu emperan toko di kawasan Kesawan atau Jalan Ahmad Yani Medan, sebagai coffee shop untuk lapak kumpul masyarakat Medan terutama para kawula muda.

 Aldy tidak berjalan sendiri, bersama dua sahabatnya yang punya komitmen bersama merintis usaha kekinian bernama coffee shop sebagai lapak nongkrong kaum urban.

 Langkah ketiga anak muda itu terbilang berani. Apalagi lokasi yang dipilih berada di jantung kota. Usaha kecil dan masih baru pula. Tentu kalah tenar dengan Tip Top dan Merdeka Walk, yang tak jauh dari lapak usaha mereka. Belum lagi, ditambah saat ini masih berlangsung pandemi Covid-19.

  Justru dengan semua asumsi itu, Aldi Cs memberanikan diri memulai usaha yang dinamai Kedai Kopi Angkringan dan Taichan Sate tersebut. Kedainya khusus buka malam hari saja. Maklum, kalau di siang hari lokasi tersebut adalah toko. Sekilas jika lewat, kedai kopi Aldi Cs mungkin tak ada yang istimewa. Tapi rupanya tak sekadar kopi biasa yang disuguhkan.  

  Racikannya ternyata menabuh nikmat, apalagi biji kopinya adalah pilihan, yang sengaja didatangkan dari penghasil kopi legendaris di Sumut dan Aceh. Mantul! Kopi yang diseruput malam hari dalam paduan suasana klasik dan modern kawasan Kesawan itu, ternyata memberi sensasi tersendiri. Kesannya eksklusif. Dan itu rupanya yang membuat pengunjung saban hari kian banyak berkongkow di sana.

 Meja dan tempat duduknya, di konsep minimalis. Ada juga yang lesehan bila ingin lebih santai. Untuk jenis makanan, selain Taichan sate boleh juga dipesan menu lain dari jejeran jajaan makanan yang ada di sana. Selain enak, juga ramah di kantong.

 “Sebenarnya usaha ini kami mulai berbekal hobi menyeruput kopi. Tepatnya awal Mei 2020 pertama kali kami mulai. Tapi karena situasi Covid-19 masih mencekam kala itu, membuat rumah kawan jadi pilihan sebagai tempat usaha,” tutur Aldy membuka cerita kepada Sumut Pos, baru-baru ini.

 Namun pada 10 Juni 2020 karena juga sudah memasuki masa transisi pandemi Covid-19, ia dan temannya beranikan diri pindah ke Kesawan setelah terbangun kesepakatan dengan pemilik toko untuk memanfaatkan emperannya sebagai lapak jualan.

 “Kita sepakatilah misalnya berapa sewa per hari, atau per bulan sama pemilik toko. Istilah orang Medan ‘biar sama-sama enak’. Apalagi toko itu kan penitipan barang peralatan. Nah ketika semua tuntas, sepakat, ya Alhamdulillah kita mulailah 10 Juni kemarin,” ungkap mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

  Seiring dengan banyak pengunjung yang ternyata gemar kulineran, Taichan Sate pun dibuka 16 Juli 2020. Dan akhirnya, banyak juga menu titipan warga sekitar dijual di sana. “Karena ada yang titip, ya kita jualinlah. Kan sama-sama untung,” kata Aldy.

 Diakui dia, awalnya hanya beberapa saja yang membuka usaha di sepanjang emperan toko di kawasan Kesawan. Tapi sekarang sudah ramai. Umumnya, para pengelola adalah kalangan anak muda.

 Apa yang ia dan teman-temannya lakukan tersebut, menurut Aldy tidak lebih dari sekadar upaya bertahan menghadapi sulitnya pandemi Covid-19. “Iya belajar berusaha, belajar mandiri juga daripada habis waktu ke sana-sini tak jelas, habis duit lagi,” ujarnya.

 Aldy sebenarnya salah satu anak yang beruntung. Sebab sang ayah adalah seorang pejabat. Apalagi ia anak bungsu, yang bisa saja mungkin bermanja-manja tanpa harus susah payah mendapatkan uang.

 Tapi justru sebaliknya, ia berupaya tampil mandiri, tanpa melulu tergantung orangtua dan abang-abangnya. Dan sifat berusaha mandiri sebenarnya sudah ditunjukkan Aldy, yang sewaktu kuliah di Palembang, mencoba jadi driver online.

 “Tapi orangtua saat itu kurang mendukung. Eh saya justru balik ke Medan dan akhirnya lulus di USU, jalani hingga tingkat akhir begini, terus Corona datang, iya udah deh coba-coba buka usaha aja ngisi waktu,” sambung Aldy.

  Aldy Cs berpesan, sudah sewajarnya para kawula muda menghabiskan waktu dengan hal-hal positif. Ia dan teman-temannya rupanya sangat prihatin dengan para kawula muda yang terbelenggu narkoba dan pergaulan bebas dewasa ini.

 “Saya dan kami di sini belum jadi contohlah, tapi setidaknya dengan semakin banyak dari kita mengisi waktu untuk hal positif, tentu akan menjadi contoh ke depannya bagaimana para kawula muda bergerak maju tanpa harus tereksploitasi oleh kemajuan zaman,” pungkas dia. Semoga sukses, guys! (*)

COFFEE SHOP: Faldy Alfansa Putra, berpose di depan coffee shop miliknya di kawasan Kesawan Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO-“Beri aku 1.000 orangtua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia”. Salah satu kata mutiara dari pendiri dan bapak Bangsa Indonesia, Ir Soekarno ini, sepertinya layak disematkan kepada Faldy Alfansa Putra, anak muda asal Kota Medan. 

PRAN HASIBUAN, MEDAN

 Bagaimana tidak, pria yang akrab disapa Aldy tersebut mampu ‘menyulap’ salah satu emperan toko di kawasan Kesawan atau Jalan Ahmad Yani Medan, sebagai coffee shop untuk lapak kumpul masyarakat Medan terutama para kawula muda.

 Aldy tidak berjalan sendiri, bersama dua sahabatnya yang punya komitmen bersama merintis usaha kekinian bernama coffee shop sebagai lapak nongkrong kaum urban.

 Langkah ketiga anak muda itu terbilang berani. Apalagi lokasi yang dipilih berada di jantung kota. Usaha kecil dan masih baru pula. Tentu kalah tenar dengan Tip Top dan Merdeka Walk, yang tak jauh dari lapak usaha mereka. Belum lagi, ditambah saat ini masih berlangsung pandemi Covid-19.

  Justru dengan semua asumsi itu, Aldi Cs memberanikan diri memulai usaha yang dinamai Kedai Kopi Angkringan dan Taichan Sate tersebut. Kedainya khusus buka malam hari saja. Maklum, kalau di siang hari lokasi tersebut adalah toko. Sekilas jika lewat, kedai kopi Aldi Cs mungkin tak ada yang istimewa. Tapi rupanya tak sekadar kopi biasa yang disuguhkan.  

  Racikannya ternyata menabuh nikmat, apalagi biji kopinya adalah pilihan, yang sengaja didatangkan dari penghasil kopi legendaris di Sumut dan Aceh. Mantul! Kopi yang diseruput malam hari dalam paduan suasana klasik dan modern kawasan Kesawan itu, ternyata memberi sensasi tersendiri. Kesannya eksklusif. Dan itu rupanya yang membuat pengunjung saban hari kian banyak berkongkow di sana.

 Meja dan tempat duduknya, di konsep minimalis. Ada juga yang lesehan bila ingin lebih santai. Untuk jenis makanan, selain Taichan sate boleh juga dipesan menu lain dari jejeran jajaan makanan yang ada di sana. Selain enak, juga ramah di kantong.

 “Sebenarnya usaha ini kami mulai berbekal hobi menyeruput kopi. Tepatnya awal Mei 2020 pertama kali kami mulai. Tapi karena situasi Covid-19 masih mencekam kala itu, membuat rumah kawan jadi pilihan sebagai tempat usaha,” tutur Aldy membuka cerita kepada Sumut Pos, baru-baru ini.

 Namun pada 10 Juni 2020 karena juga sudah memasuki masa transisi pandemi Covid-19, ia dan temannya beranikan diri pindah ke Kesawan setelah terbangun kesepakatan dengan pemilik toko untuk memanfaatkan emperannya sebagai lapak jualan.

 “Kita sepakatilah misalnya berapa sewa per hari, atau per bulan sama pemilik toko. Istilah orang Medan ‘biar sama-sama enak’. Apalagi toko itu kan penitipan barang peralatan. Nah ketika semua tuntas, sepakat, ya Alhamdulillah kita mulailah 10 Juni kemarin,” ungkap mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

  Seiring dengan banyak pengunjung yang ternyata gemar kulineran, Taichan Sate pun dibuka 16 Juli 2020. Dan akhirnya, banyak juga menu titipan warga sekitar dijual di sana. “Karena ada yang titip, ya kita jualinlah. Kan sama-sama untung,” kata Aldy.

 Diakui dia, awalnya hanya beberapa saja yang membuka usaha di sepanjang emperan toko di kawasan Kesawan. Tapi sekarang sudah ramai. Umumnya, para pengelola adalah kalangan anak muda.

 Apa yang ia dan teman-temannya lakukan tersebut, menurut Aldy tidak lebih dari sekadar upaya bertahan menghadapi sulitnya pandemi Covid-19. “Iya belajar berusaha, belajar mandiri juga daripada habis waktu ke sana-sini tak jelas, habis duit lagi,” ujarnya.

 Aldy sebenarnya salah satu anak yang beruntung. Sebab sang ayah adalah seorang pejabat. Apalagi ia anak bungsu, yang bisa saja mungkin bermanja-manja tanpa harus susah payah mendapatkan uang.

 Tapi justru sebaliknya, ia berupaya tampil mandiri, tanpa melulu tergantung orangtua dan abang-abangnya. Dan sifat berusaha mandiri sebenarnya sudah ditunjukkan Aldy, yang sewaktu kuliah di Palembang, mencoba jadi driver online.

 “Tapi orangtua saat itu kurang mendukung. Eh saya justru balik ke Medan dan akhirnya lulus di USU, jalani hingga tingkat akhir begini, terus Corona datang, iya udah deh coba-coba buka usaha aja ngisi waktu,” sambung Aldy.

  Aldy Cs berpesan, sudah sewajarnya para kawula muda menghabiskan waktu dengan hal-hal positif. Ia dan teman-temannya rupanya sangat prihatin dengan para kawula muda yang terbelenggu narkoba dan pergaulan bebas dewasa ini.

 “Saya dan kami di sini belum jadi contohlah, tapi setidaknya dengan semakin banyak dari kita mengisi waktu untuk hal positif, tentu akan menjadi contoh ke depannya bagaimana para kawula muda bergerak maju tanpa harus tereksploitasi oleh kemajuan zaman,” pungkas dia. Semoga sukses, guys! (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/