31.7 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Dokter Stefanus Meninggal Diduga Serangan Jantung Usai Bekerja 2×24 Jam Nonstop

dr Stefanus Taofik SpAn, dokter spesialis anestesi.

SUMUTPOS.CO – Meninggalnya dr Stefanus Taofik SpAn, dokter spesialis anestesi, dikaitkan dengan beban kerja yang terlalu tinggi (overworked). Benarkah demikian?

Tim Jawa Pos, Mataram-Jakarta

Awan duka menggelayuti sebuah kediaman di Jalan Purbasari Nomor 2, Mayura, Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Itulah rumah keluarga almarhum dr Stefanus Taofik SpAn.

Belasan karangan bunga dukacita yang berjajar di depan dan samping rumah dua lantai tersebut menambah aura belasungkawa.

Siang kemarin (28/6) puluhan pelayat tampak mulai mendatangi rumah duka untuk unjuk belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.

Sekaligus memberikan penghormatan untuk jenazah Stefanus yang sebelumnya diterbangkan dari Jakarta dan tiba sekitar pukul 11.00 Wita di Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah.

Selain saling sapa, obrolan para pelayat berkutat seputar penyebab meninggalnya Stefanus yang masih berusia 35 tahun.

”Yang kami tahu, anak kami tercinta ini kelelahan,” ujar Herman Susilo Taofik, ayahanda Stefanus, kepada Lombok Post (Jawa Pos Group) kemarin.

Tak banyak kata yang keluar dari keluarga terdekat Stefanus. Rasa duka dan kaget atas kabar tak terduga meninggalnya putra tercinta masih terasa kuat.

”Kami keluarga besar Herman Susilo Taofik sedang berduka. Mohon maaf tidak bisa bicara banyak,” kata salah seorang saudara Stefanus. Rencananya, jenazah Stefanus dikebumikan pada Jumat (30/6) di Pemakaman Bintaro, Mataram, pukul 14.20 Wita.

Berdasar informasi dari kalangan keluarga, pada Senin (26/6) sekitar pukul 09.00, Stefanus sempat menghubungi keluarga dan mengaku merasa kelelahan.

Keesokan harinya, Selasa (27/6) pukul 18.33 WIB, Stefanus ditemukan meninggal di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit (RS) Pondok Indah Bintaro Jaya Tangerang Selatan.

Stefanus adalah anak kedua di antara lima bersaudara. Dia menamatkan pendidikan dokternya di Unika Atma Jaya, lalu meraih gelar spesialis anestesi di Universitas Udayana.

Saat ini bapak satu anak berusia dua tahun tersebut juga menjadi konsultan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Sementara itu, kemarin layanan medis di RS Pondok Indah Bintaro Jaya tetap berjalan seperti biasa.

Hanya, kegiatannya cenderung sepi karena masih masa libur Lebaran. Operasi masih berfokus pada layanan kesehatan saja.

dr Stefanus Taofik SpAn, dokter spesialis anestesi.

SUMUTPOS.CO – Meninggalnya dr Stefanus Taofik SpAn, dokter spesialis anestesi, dikaitkan dengan beban kerja yang terlalu tinggi (overworked). Benarkah demikian?

Tim Jawa Pos, Mataram-Jakarta

Awan duka menggelayuti sebuah kediaman di Jalan Purbasari Nomor 2, Mayura, Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Itulah rumah keluarga almarhum dr Stefanus Taofik SpAn.

Belasan karangan bunga dukacita yang berjajar di depan dan samping rumah dua lantai tersebut menambah aura belasungkawa.

Siang kemarin (28/6) puluhan pelayat tampak mulai mendatangi rumah duka untuk unjuk belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.

Sekaligus memberikan penghormatan untuk jenazah Stefanus yang sebelumnya diterbangkan dari Jakarta dan tiba sekitar pukul 11.00 Wita di Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah.

Selain saling sapa, obrolan para pelayat berkutat seputar penyebab meninggalnya Stefanus yang masih berusia 35 tahun.

”Yang kami tahu, anak kami tercinta ini kelelahan,” ujar Herman Susilo Taofik, ayahanda Stefanus, kepada Lombok Post (Jawa Pos Group) kemarin.

Tak banyak kata yang keluar dari keluarga terdekat Stefanus. Rasa duka dan kaget atas kabar tak terduga meninggalnya putra tercinta masih terasa kuat.

”Kami keluarga besar Herman Susilo Taofik sedang berduka. Mohon maaf tidak bisa bicara banyak,” kata salah seorang saudara Stefanus. Rencananya, jenazah Stefanus dikebumikan pada Jumat (30/6) di Pemakaman Bintaro, Mataram, pukul 14.20 Wita.

Berdasar informasi dari kalangan keluarga, pada Senin (26/6) sekitar pukul 09.00, Stefanus sempat menghubungi keluarga dan mengaku merasa kelelahan.

Keesokan harinya, Selasa (27/6) pukul 18.33 WIB, Stefanus ditemukan meninggal di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit (RS) Pondok Indah Bintaro Jaya Tangerang Selatan.

Stefanus adalah anak kedua di antara lima bersaudara. Dia menamatkan pendidikan dokternya di Unika Atma Jaya, lalu meraih gelar spesialis anestesi di Universitas Udayana.

Saat ini bapak satu anak berusia dua tahun tersebut juga menjadi konsultan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Sementara itu, kemarin layanan medis di RS Pondok Indah Bintaro Jaya tetap berjalan seperti biasa.

Hanya, kegiatannya cenderung sepi karena masih masa libur Lebaran. Operasi masih berfokus pada layanan kesehatan saja.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/