25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Dokter Stefanus Meninggal Diduga Serangan Jantung Usai Bekerja 2×24 Jam Nonstop

Seharian kemarin rumah sakit yang berada di CBD Emerald, Boulevard Bintaro Jaya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, itu menjadi sorotan. Penyebabnya adalah kasus kematian mendadak Stefanus Senin lalu.

Informasi yang beredar di media sosial menyebutkan, Stefanus meninggal karena kelelahan lantaran menjalani tugas jaga di bagian ICU dan instalasi bedah selama empat atau lima hari berturut-turut agar para dokter senior bisa libur Lebaran. Benarkah demikian?

Klarifikasi datang dari Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) dr Kuntjoro Adi Purjanto MKes.

Dia mengatakan, pihak RS Pondok Indah Bintaro Jaya sudah menyampaikan keterangan terkait jam kerja Stefanus ke Persi. ”Saya tidak mendalami penyebab dia meninggal,” ucapnya.

Namun, menurut informasi yang dia terima, dalam rentang 24–25 Juni, Stefanus tidak menghadapi beban kerja yang terlalu berat.

Sebab, dia hanya melayani satu pasien di ICU dan satu pasien operasi sedang.

Ketika Stefanus bekerja, pihak rumah sakit juga menyiapkan dua ahli anestesi purnawaktu yang siap dipanggil jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang masuk ke Persi menyebutkan bahwa Stefanus adalah dokter paro waktu di RS Pondok Indah Bintaro Jaya. ”Atas kejadian ini, jajaran Persi menyampaikan belasungkawa,” tuturnya.

Sementara itu, pihak RS Pondok Indah Bintaro Jaya maupun RS Pondok Indah Group belum bersedia dimintai komentar.

Public Relation RS Pondok Indah Group Hestia Amriyani sampai tadi malam tidak bisa dihubungi. Beberapa kali ditelepon, keterangannya dialihkan.

Hingga tadi malam penyebab pasti meninggalnya Stefanus memang masih simpang siur. Namun, belakangan muncul dugaan bahwa Stefanus meninggal gara-gara serangan jantung.

Kabar serangan jantung itu disampaikan Ketua Program Studi SP2 dari Divisi Anestesia Ambulatoria dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran UI dr Arif H.M.

Marsaban SpAn-KAP. Dia menjelaskan bahwa Stefanus tidak bekerja tiga hari atau bahkan lima hari nonstop seperti kabar yang beredar. ”Beliau bekerja 2 x 24 jam,” katanya.

Arif menduga kematian Stefanus akibat serangan penyakit jantung bernama Brugada Syndrome. Penyakit itu merupakan kelainan genetik pada pembuluh darah di koroner.

Dia mengatakan, penyakit genetik tersebut banyak dialami laki-laki. ”Penderita bisa mengalami serangan jantung tiba-tiba saat tidur,” ujarnya.

Kabar Stefanus tidak bekerja lima hari juga disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) dr Andi Wahjumingsih Attas SpAn. Dia mengatakan, meninggalnya Stefanus tidak terkait dengan overdosis jam kerja.

Seharian kemarin rumah sakit yang berada di CBD Emerald, Boulevard Bintaro Jaya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, itu menjadi sorotan. Penyebabnya adalah kasus kematian mendadak Stefanus Senin lalu.

Informasi yang beredar di media sosial menyebutkan, Stefanus meninggal karena kelelahan lantaran menjalani tugas jaga di bagian ICU dan instalasi bedah selama empat atau lima hari berturut-turut agar para dokter senior bisa libur Lebaran. Benarkah demikian?

Klarifikasi datang dari Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) dr Kuntjoro Adi Purjanto MKes.

Dia mengatakan, pihak RS Pondok Indah Bintaro Jaya sudah menyampaikan keterangan terkait jam kerja Stefanus ke Persi. ”Saya tidak mendalami penyebab dia meninggal,” ucapnya.

Namun, menurut informasi yang dia terima, dalam rentang 24–25 Juni, Stefanus tidak menghadapi beban kerja yang terlalu berat.

Sebab, dia hanya melayani satu pasien di ICU dan satu pasien operasi sedang.

Ketika Stefanus bekerja, pihak rumah sakit juga menyiapkan dua ahli anestesi purnawaktu yang siap dipanggil jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Informasi yang masuk ke Persi menyebutkan bahwa Stefanus adalah dokter paro waktu di RS Pondok Indah Bintaro Jaya. ”Atas kejadian ini, jajaran Persi menyampaikan belasungkawa,” tuturnya.

Sementara itu, pihak RS Pondok Indah Bintaro Jaya maupun RS Pondok Indah Group belum bersedia dimintai komentar.

Public Relation RS Pondok Indah Group Hestia Amriyani sampai tadi malam tidak bisa dihubungi. Beberapa kali ditelepon, keterangannya dialihkan.

Hingga tadi malam penyebab pasti meninggalnya Stefanus memang masih simpang siur. Namun, belakangan muncul dugaan bahwa Stefanus meninggal gara-gara serangan jantung.

Kabar serangan jantung itu disampaikan Ketua Program Studi SP2 dari Divisi Anestesia Ambulatoria dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran UI dr Arif H.M.

Marsaban SpAn-KAP. Dia menjelaskan bahwa Stefanus tidak bekerja tiga hari atau bahkan lima hari nonstop seperti kabar yang beredar. ”Beliau bekerja 2 x 24 jam,” katanya.

Arif menduga kematian Stefanus akibat serangan penyakit jantung bernama Brugada Syndrome. Penyakit itu merupakan kelainan genetik pada pembuluh darah di koroner.

Dia mengatakan, penyakit genetik tersebut banyak dialami laki-laki. ”Penderita bisa mengalami serangan jantung tiba-tiba saat tidur,” ujarnya.

Kabar Stefanus tidak bekerja lima hari juga disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) dr Andi Wahjumingsih Attas SpAn. Dia mengatakan, meninggalnya Stefanus tidak terkait dengan overdosis jam kerja.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/