27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Bawa ‘Benda ISIS’, Tetapi Pelaku Dinilai Amatiran

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos Sejumlah petugas Brimob Poldasu menjaga Gereja Katolik Stasi Santa Yosep di Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8). Pasca diteror upaya bom bunuh diri, gereja dikawal ketat aparat kepolisian.
Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Sejumlah petugas Brimob Poldasu menjaga Gereja Katolik Stasi Santa Yosep di Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8). Pasca diteror upaya bom bunuh diri, gereja dikawal ketat aparat kepolisian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Teror bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Masyur menghebohkan Kota Medan, Minggu (28/8) pagi. Pelaku teror bom ini turut membawa barang-barang yang identik dengan ISIS saat menjalankan aksinya. Namun, dugaan aksi teror ini berhubungan dengan ISIS sangat kecil kemungkinannya, karena pelaku terlalu amatiran.

Menurut pengamat dari Universitas Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar, pelaku bom bunuh diri tersebut tidak mungkin merupakan seorang anggota ISIS. Bahkan, Shohibul berani menjamin bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan ISIS maupun komunitas Islam lainnya.

“Terlalu amatiran jika itu dikaitkan dengan ISIS. ISIS itu organisasi bentukan negara-negara besar yang saat ini berkuasa secara ekonomi dan politik serta budaya dunia. Saya jamin 100 persen ini tdak terkait dengan ISIS, apalagi komunitas Islam mana pun,” katanya kepada wartawan, Minggu (28/8).

Shohibul menjelaskan, perlu diketahui siapa yang diuntungkan dan yang dirugikan dalam peristiwa tersebut agar pihak berwajib dapat mengungkap dalangnya. “Itu menjadi langkah awal untuk memetakan anatomi kasus ini,” jelas Shohibul.

Dia juga menilai, ada dugaan sang pelaku sengaja diciptakan untuk tertangkap. “Saya menilai kejadian itu sangat aneh. Orangnya sangat tidak profesional dan terlihat seolah diciptakan untuk tertangkap. Karena itu, lebih penting untuk menelusuri siapa di belakangnya,” katanya.

Shohibul Anshor meyakini, dalang dari peristiwa tesebut berupaya untuk menciptakan isu perpecahan antar umat beragama. Apalagi tersangka diketahui mengantongi simbol ISIS.

“Itu yang membuat dugaan saya semakin kuat untuk mengatakan bahwa pembom itu memang diciptakan untuk tertangkap. Memang sebodoh itulah skenario yang saya pahami dari kejadian ini,” jelasnya.

Dugaan pelaku amatiran juga terungkap dari keterangan Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Pol Nur Fallah. Menurutnya, pelaku bukan meledakkan bom, melainkan petasan. “Diduga petasan itu tidak meledak. Hanya mengeluarkan api dan asap saja. Setelah itu, pelaku ngejar pastor ke mimbar,” kata Fallah di lokasi kejadian.

Disoal mengenai informasi tentang pelaku diduga merakit bom itu di Jalan Brigjend Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Fallah mengaku hingga kini masih mempelajari informasi tersebut.

“Masih mempelajari motifnya apa. Memang ada kabel, kita masih mau melakukan penyelidikan dulu dan mungkin ke depan akan saya sampaikan lebih lanjut,” katanya.

Selain itu, Fallah juga mengatakan, niat pelaku bukan untuk melakukan aksi bom bunuh diri, tetapi ingin membunuh Pastur Albert Pandiangan dengan sebilah pisau. “Namun yang kena hanya bagian tangan. Setelah itu, dikejar oleh umat dan setelah itu ditangkap lalu diamankan dan segera menghubungi pihak kepolisian,” kata Fallah.

Mengenai jumlah pelaku yang lebih dari satu orang, Fallah belum dapat memastikan hal tersebut. Kata dia, sejauh ini masih seorang pelaku yang berhasil diamankan polisi.

Soal ditemukannya simbol-simbol jaringan ISIS dari saku pelaku, Fallah pun belum dapat memastikan kalau pelaku berkaitan dengan ISIS. “Sementara belum bisa kita menentukan sampai ke sana (soal ISIS). Pelaku masih dikembangkan oleh anggota polisi dan dibawa ke lokasi lain yang diduga tempat tinggal bersangkutan,” jelasnya.

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos Sejumlah petugas Brimob Poldasu menjaga Gereja Katolik Stasi Santa Yosep di Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8). Pasca diteror upaya bom bunuh diri, gereja dikawal ketat aparat kepolisian.
Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Sejumlah petugas Brimob Poldasu menjaga Gereja Katolik Stasi Santa Yosep di Jalan Dr Mansyur, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8). Pasca diteror upaya bom bunuh diri, gereja dikawal ketat aparat kepolisian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Teror bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Masyur menghebohkan Kota Medan, Minggu (28/8) pagi. Pelaku teror bom ini turut membawa barang-barang yang identik dengan ISIS saat menjalankan aksinya. Namun, dugaan aksi teror ini berhubungan dengan ISIS sangat kecil kemungkinannya, karena pelaku terlalu amatiran.

Menurut pengamat dari Universitas Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar, pelaku bom bunuh diri tersebut tidak mungkin merupakan seorang anggota ISIS. Bahkan, Shohibul berani menjamin bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan ISIS maupun komunitas Islam lainnya.

“Terlalu amatiran jika itu dikaitkan dengan ISIS. ISIS itu organisasi bentukan negara-negara besar yang saat ini berkuasa secara ekonomi dan politik serta budaya dunia. Saya jamin 100 persen ini tdak terkait dengan ISIS, apalagi komunitas Islam mana pun,” katanya kepada wartawan, Minggu (28/8).

Shohibul menjelaskan, perlu diketahui siapa yang diuntungkan dan yang dirugikan dalam peristiwa tersebut agar pihak berwajib dapat mengungkap dalangnya. “Itu menjadi langkah awal untuk memetakan anatomi kasus ini,” jelas Shohibul.

Dia juga menilai, ada dugaan sang pelaku sengaja diciptakan untuk tertangkap. “Saya menilai kejadian itu sangat aneh. Orangnya sangat tidak profesional dan terlihat seolah diciptakan untuk tertangkap. Karena itu, lebih penting untuk menelusuri siapa di belakangnya,” katanya.

Shohibul Anshor meyakini, dalang dari peristiwa tesebut berupaya untuk menciptakan isu perpecahan antar umat beragama. Apalagi tersangka diketahui mengantongi simbol ISIS.

“Itu yang membuat dugaan saya semakin kuat untuk mengatakan bahwa pembom itu memang diciptakan untuk tertangkap. Memang sebodoh itulah skenario yang saya pahami dari kejadian ini,” jelasnya.

Dugaan pelaku amatiran juga terungkap dari keterangan Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Pol Nur Fallah. Menurutnya, pelaku bukan meledakkan bom, melainkan petasan. “Diduga petasan itu tidak meledak. Hanya mengeluarkan api dan asap saja. Setelah itu, pelaku ngejar pastor ke mimbar,” kata Fallah di lokasi kejadian.

Disoal mengenai informasi tentang pelaku diduga merakit bom itu di Jalan Brigjend Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Fallah mengaku hingga kini masih mempelajari informasi tersebut.

“Masih mempelajari motifnya apa. Memang ada kabel, kita masih mau melakukan penyelidikan dulu dan mungkin ke depan akan saya sampaikan lebih lanjut,” katanya.

Selain itu, Fallah juga mengatakan, niat pelaku bukan untuk melakukan aksi bom bunuh diri, tetapi ingin membunuh Pastur Albert Pandiangan dengan sebilah pisau. “Namun yang kena hanya bagian tangan. Setelah itu, dikejar oleh umat dan setelah itu ditangkap lalu diamankan dan segera menghubungi pihak kepolisian,” kata Fallah.

Mengenai jumlah pelaku yang lebih dari satu orang, Fallah belum dapat memastikan hal tersebut. Kata dia, sejauh ini masih seorang pelaku yang berhasil diamankan polisi.

Soal ditemukannya simbol-simbol jaringan ISIS dari saku pelaku, Fallah pun belum dapat memastikan kalau pelaku berkaitan dengan ISIS. “Sementara belum bisa kita menentukan sampai ke sana (soal ISIS). Pelaku masih dikembangkan oleh anggota polisi dan dibawa ke lokasi lain yang diduga tempat tinggal bersangkutan,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/