27 C
Medan
Wednesday, February 5, 2025

BBPOM: Tapi… Kami Temukan Vaksin Kedaluarsa

Kasus selanjutnya, pada 23 April 2015. Petugas BBPOM menemukan ATS diduga palsu di RS Padang Lawas. Pihak rumah sakit menyatakan ATS itu diperoleh dari Apotek HJ Padang Lawas. Petugas pun memeriksa apotek itu dan menemukan ATS palsu sebanyak 850.

“Hasil pemeriksaan pemilik Apotek HJ (berinisial WA), bahwa produk ATS injeksi palsu itu diperoleh dari sales freelance di Provinsi Riau. Terhadap WA telah dilakukan proses hukum,” ujar Ali Bata lagi.

Ia menambahkan, meski demikian, BBPOM Medan belum menemukan vaksin palsu di Sumatera Utara pascamaraknya berita penangkapan pelaku pemalsuan berbagai vaksin di Jakarta sekitarnya. “Kalau untuk vaksin lainnya seperti yang disebutkan dipalsukan dalam kasus yang baru ini, belum ada kita temukan. Tim masih bekerja,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin minta agar Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan BBPOM terkait peredaran vaksin palsu ke Kota Medan. Meski sedikit kaget, Eldin mengaku belum mengetahui pasti kabar apakah vaksin palsu sudah beredar di Medan.

Tak hanya itu, Eldin pun mengaku baru mendengar kabar soal vaksin palsu. Oleh karenanya ia belum bisa menjelaskan bagaimana tindakan yang akan dilakukan pemko selanjutnya karena diperlukan koordinasi dengan instansi terkait.

“Oh di Medan apa sudah ada ya? Insya Allah nanti kita coba berkoordinasi dengan BBPOM (Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan),” kata Eldin, Rabu (29/6).

“Yang jelas kita akan turunkan tim untuk itu dan berkoordinasi dengan kepolisian,” tambah Eldin seraya menambahkan pihaknya akan intensifkan pengawasan dan koordinasi dengan BBPOM.

Diberitakan sebelumnya peredaran vaksin palsu sudah sampai kota-kota di 6 provinsi, salah satunya Kota Medan. Polisi juga menyelidiki apakah vaksin palsu juga merambah ke daerah di luar 6 provinsi itu. “Peredaranya di Medan (Sumut), Yogyakarta, Semarang (Jateng), Jakarta, Banten, dan Jawa Barat,” ujar Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Mabes Polri Brigjen Agung Setya, di Jakarta, Senin (27/6).

Menurut Agung, pihaknya sedang menyelidiki apakah vaksin oplosan itu juga beredar di daerah lain. “Belum bisa disebutkan lagi lokasi peredarannya. Ini lagi kita kembangkan,” kata Agung.

Asal muasal kemasan vaksin palsu diselidiki polisi. Terungkap, vaksin palsu dikemas dalam botol-botol bekas yang dikumpulkan para pelaku dari rumah sakit. “Ya, terutama untuk botol bekas. Ini mereka kumpulkan dari rumah sakit,” kata Agung.

Agung belum dapat memastikan apakah ada atau tidak oknum rumah sakit yang bermain dalam kasus vaksin palsu ini. “Kami lihat nanti seperti apa, apakah tukang sampahnya atau siapa. Kami lihat nanti,” ujar Agung.

Peredaran vaksin palsu sudah dimulai sejak 2013. Harga vaksin palsu lebih miring Rp200 ribu sampai Rp400 ribu. Sedangkan harga vaksin asli mencapai Rp900 ribu. Pembuat vaksin palsu meraup keuntungan hingga ratusan juta per bulan. (prn/ris/ije)

Kasus selanjutnya, pada 23 April 2015. Petugas BBPOM menemukan ATS diduga palsu di RS Padang Lawas. Pihak rumah sakit menyatakan ATS itu diperoleh dari Apotek HJ Padang Lawas. Petugas pun memeriksa apotek itu dan menemukan ATS palsu sebanyak 850.

“Hasil pemeriksaan pemilik Apotek HJ (berinisial WA), bahwa produk ATS injeksi palsu itu diperoleh dari sales freelance di Provinsi Riau. Terhadap WA telah dilakukan proses hukum,” ujar Ali Bata lagi.

Ia menambahkan, meski demikian, BBPOM Medan belum menemukan vaksin palsu di Sumatera Utara pascamaraknya berita penangkapan pelaku pemalsuan berbagai vaksin di Jakarta sekitarnya. “Kalau untuk vaksin lainnya seperti yang disebutkan dipalsukan dalam kasus yang baru ini, belum ada kita temukan. Tim masih bekerja,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin minta agar Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan BBPOM terkait peredaran vaksin palsu ke Kota Medan. Meski sedikit kaget, Eldin mengaku belum mengetahui pasti kabar apakah vaksin palsu sudah beredar di Medan.

Tak hanya itu, Eldin pun mengaku baru mendengar kabar soal vaksin palsu. Oleh karenanya ia belum bisa menjelaskan bagaimana tindakan yang akan dilakukan pemko selanjutnya karena diperlukan koordinasi dengan instansi terkait.

“Oh di Medan apa sudah ada ya? Insya Allah nanti kita coba berkoordinasi dengan BBPOM (Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan),” kata Eldin, Rabu (29/6).

“Yang jelas kita akan turunkan tim untuk itu dan berkoordinasi dengan kepolisian,” tambah Eldin seraya menambahkan pihaknya akan intensifkan pengawasan dan koordinasi dengan BBPOM.

Diberitakan sebelumnya peredaran vaksin palsu sudah sampai kota-kota di 6 provinsi, salah satunya Kota Medan. Polisi juga menyelidiki apakah vaksin palsu juga merambah ke daerah di luar 6 provinsi itu. “Peredaranya di Medan (Sumut), Yogyakarta, Semarang (Jateng), Jakarta, Banten, dan Jawa Barat,” ujar Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Mabes Polri Brigjen Agung Setya, di Jakarta, Senin (27/6).

Menurut Agung, pihaknya sedang menyelidiki apakah vaksin oplosan itu juga beredar di daerah lain. “Belum bisa disebutkan lagi lokasi peredarannya. Ini lagi kita kembangkan,” kata Agung.

Asal muasal kemasan vaksin palsu diselidiki polisi. Terungkap, vaksin palsu dikemas dalam botol-botol bekas yang dikumpulkan para pelaku dari rumah sakit. “Ya, terutama untuk botol bekas. Ini mereka kumpulkan dari rumah sakit,” kata Agung.

Agung belum dapat memastikan apakah ada atau tidak oknum rumah sakit yang bermain dalam kasus vaksin palsu ini. “Kami lihat nanti seperti apa, apakah tukang sampahnya atau siapa. Kami lihat nanti,” ujar Agung.

Peredaran vaksin palsu sudah dimulai sejak 2013. Harga vaksin palsu lebih miring Rp200 ribu sampai Rp400 ribu. Sedangkan harga vaksin asli mencapai Rp900 ribu. Pembuat vaksin palsu meraup keuntungan hingga ratusan juta per bulan. (prn/ris/ije)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/