Ridlwan juga sudah menganalisis dampaknya pada masyarakat, dari komentar-komentar netizen di twitter. “Di twitter sudah ramai, sudah ada dua kelompok yang saling serang. Ini bahaya kalau merembet luas,” terangnya.
Analisis Ridlwan, bahwa Ivan bukan jaringan teroris sekelas ISIS, diperkuat dengan senjata yang digunakan pelaku. “Senjata ala kadarnya, pisau dan mercon yang diformat seolah-olah bom. Itu amatiran,” katanya.
Pelaku juga ceroboh, tidak menggunakan perhitungan yang matang. Jika memang hendak membunuh pastor, jika pelaku professional, maka cukup menunggu pastor keluar dari gereja. “Jadi, pelaku sangat ceroboh dan tidak profesional. Karena targetnya bukan itu, tapi semata membikin faktor pemicu kemarahan umat Katolik terhadap umat Islam. Ini yang harus dipahami masyarakat luas, agar jangan sampai tujuan pelaku membuat konflik antarumat beragama bisa berhasil,” terangnya.
Karena itu, Ridlwan yakin bahwa ada aktor di balik aksi yang dilakukan Ivan. “Dalangnya hanya ingin mengubah imej Medan sebagai daerah yang pluralis tapi hidup harmonis, menjadi daerah yang punya imej intoleran,” pungkasnya. (sam)