25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Pulang… Eks Gafatar Sumut Kembali ke Nol

Sementara bekas Ketua Gafatar Deliserdang, Sutrisno mengaku ikut Organisasi Gafatar karena terpikat dengan banyaknya kesibukan yang berbau sosial dan kepedulian tinggi terhadap masyarakat. Sutrisno juga tak menyangka hingga akhirnya Organisasi Gafatar berujung kepada aliran sesat.

“Yang pasti saya ikut karena banyak kegiatan sosial kepada masyarakat,” kata Sutrisno didampingi sang istri, Nurhayati dan kedua putrinya ketika ditemui di Bus Trans Mebidang yang berlabel tujuan ke Markas Komando Batalyon Infanteri 121/Macan Kumbang, Galang, Deliserdang.

Lebih lanjut, Sutrisno bilang juga akan memperbaiki citra nama baik keluarga di tengah masyarakat. Selain itu, ia juga berbaur dengan masyarakat usai menjalani masa penampungan di Mako Yonif 121/MK selama 8 hari. “Harapan saya dan keluarga, tetap kembali ke masyarakat dan akan merubah image yang sudah ada. Di Desa Galangsuka, itu ngontrak. Jadi kami setelah nanti keluar dari penampungan, mau cari kontrakan lagi,” sebut guru bahasa inggris di SMAN 1 Galang ini.

Disinggung statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Deliserdang yang terancam, dia menyebut hal tersebut tak menjadi persoalan baginya. Begitu juga dengan status sang istri yang merupakan guru biologi di SMAN 1 Galang. “Enggak masalah sama saya, kalau memang tidak diakui lagi. Bukan itu saja pekerjaan. Tapi nanti saya akan lapor ke sekolah dulu,” sebutnya.

Lain halnya dengan Yusuf, bekas anggota Gafatar Sumut ketika ditemui di Terminal Penumpang KNIA. Yusuf bilang, masih belum tahu apa yang mau dilakukannya ke depan.

“Saya dari Tebingtinggi. Jadi belum tau mau bagaimana ke depannya,” katanya singkat dan terkesan enggan berbicara lebih jauh.

Sementara Manager Operasional Bus Trans Mebidang, Ruslan mengatakan, dipakainya 8 bus yang dikelolanya itu tak mengganggu jalannya operasional Trans Mebidang.

“Bus kami semua ada 30 unit. Tapi enggak jalan semua, ada 20 yang jalan. Karena kalau jalan semua, padat nanti Kota Medan. Apalagi penumpang juga belum memadai,” ujarnya ketika dikonfirmasi, Rabu (30/3).

Ditanya berapa biaya sewa kedelapan bus itu, dia menyebut tak ada. Artinya, 8 bus Trans Mebidang itu gratis. “Karena itu program pemerintah untuk membawa kawan-kawan kita. Enggak ada pakai bayar, dari negara untuk negara. Tapi satu hari ini saja kok,” terang Ruslan. (ted/bal/ain/adz)

Sementara bekas Ketua Gafatar Deliserdang, Sutrisno mengaku ikut Organisasi Gafatar karena terpikat dengan banyaknya kesibukan yang berbau sosial dan kepedulian tinggi terhadap masyarakat. Sutrisno juga tak menyangka hingga akhirnya Organisasi Gafatar berujung kepada aliran sesat.

“Yang pasti saya ikut karena banyak kegiatan sosial kepada masyarakat,” kata Sutrisno didampingi sang istri, Nurhayati dan kedua putrinya ketika ditemui di Bus Trans Mebidang yang berlabel tujuan ke Markas Komando Batalyon Infanteri 121/Macan Kumbang, Galang, Deliserdang.

Lebih lanjut, Sutrisno bilang juga akan memperbaiki citra nama baik keluarga di tengah masyarakat. Selain itu, ia juga berbaur dengan masyarakat usai menjalani masa penampungan di Mako Yonif 121/MK selama 8 hari. “Harapan saya dan keluarga, tetap kembali ke masyarakat dan akan merubah image yang sudah ada. Di Desa Galangsuka, itu ngontrak. Jadi kami setelah nanti keluar dari penampungan, mau cari kontrakan lagi,” sebut guru bahasa inggris di SMAN 1 Galang ini.

Disinggung statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Deliserdang yang terancam, dia menyebut hal tersebut tak menjadi persoalan baginya. Begitu juga dengan status sang istri yang merupakan guru biologi di SMAN 1 Galang. “Enggak masalah sama saya, kalau memang tidak diakui lagi. Bukan itu saja pekerjaan. Tapi nanti saya akan lapor ke sekolah dulu,” sebutnya.

Lain halnya dengan Yusuf, bekas anggota Gafatar Sumut ketika ditemui di Terminal Penumpang KNIA. Yusuf bilang, masih belum tahu apa yang mau dilakukannya ke depan.

“Saya dari Tebingtinggi. Jadi belum tau mau bagaimana ke depannya,” katanya singkat dan terkesan enggan berbicara lebih jauh.

Sementara Manager Operasional Bus Trans Mebidang, Ruslan mengatakan, dipakainya 8 bus yang dikelolanya itu tak mengganggu jalannya operasional Trans Mebidang.

“Bus kami semua ada 30 unit. Tapi enggak jalan semua, ada 20 yang jalan. Karena kalau jalan semua, padat nanti Kota Medan. Apalagi penumpang juga belum memadai,” ujarnya ketika dikonfirmasi, Rabu (30/3).

Ditanya berapa biaya sewa kedelapan bus itu, dia menyebut tak ada. Artinya, 8 bus Trans Mebidang itu gratis. “Karena itu program pemerintah untuk membawa kawan-kawan kita. Enggak ada pakai bayar, dari negara untuk negara. Tapi satu hari ini saja kok,” terang Ruslan. (ted/bal/ain/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/