Warga Tolak Bupati Karo
Warga Desa Lingga menolak kehadiran pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo dalam hal ini Bupati Karo Terkelin Brahmana SH bersama jajarannya serta Muspida Karo. Hal ini menyusul adanya rencana Pemkab Karo untuk melayat jasad korban yang rencananya akan dikebumikan besok.
“Kami dengan tegas menolak kehadiran Bupati Karo bersama jajarannya dan Muspida Karo untuk datang ke desa kami besok, terlebih untuk aparat Polres Karo. Sejak adanya penolakan kami atas rencana relokasi mandiri di desa ini, mereka sama sekali tidak berpihak kepada kami. Jelas terlihat adanya diskriminasi,” cetus beberapa warga desa.
Mereka menilai, dalam permasalahan lahan relokasi mandiri itu, Bupati Karo tidak bijak dalam menuntaskan permasalahan tersebut. Terlebih, kata mereka, persoalan tersebut memiliki kerawanan dan tingkat konflik yang sangat tinggi.
“Ketegasan Bupati Karo dalam masalah ini benar-benar tidak ada. Kenapa disaat kami melakukan penolakan, Bupati Karo malah menghilang. Bupati Karo tidak dapat membuat keputusan atas rencana itu,” jelas mereka.
Disebutkan, buntut kemarahan warga sore itu hingga merusak dan membakar pos polisi dan alat berat excavator (beko), diakibatkan atas ketidakadilan pihak berwenang.
“Contohnya, sebelumnya kami telah membuat pengaduan atas dugaan pengrusakan lahan pertanian warga dan jalan menuju pemakaman di lahan tersebut. Namun pengaduan kami tidak diterima oleh Polres Karo. Demikian juga laporan warga atas pengrusakan pagar batas jalan menuju desa yang dilakukan pihak pengembang, juga tidak diterima mereka,” papar mereka.
Lebih jauh diungkapkan, seputar peristiwa pembakaran pos polisi di lahan tersebut, personel Polres Karo juga telah mengamankan sejumlah warga dari dalam kawasan desa. Menurut mereka, para warga yang diamankan mayoritas tidak mengetahui permasalahan.
“Kebanyakan warga yang diamankan sore itu di desa kami, sama sekali tidak mengetahui duduk permasalahan. Mereka baru saja pulang dari ladang, kenapa mereka diangkut oleh polisi ke dalam mobil dan dibawa ke Polres Karo? Ini kan tidak wajar,” cetus mereka. (Moral Sitepu)

