25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Kutipan dari Siswa untuk Beli Kipas Angin

MEDAN-Terkait kekesalan yang disampaikan sejumlah orangtua murid atas pengutipan uang insidental yang dilakukan SMAN 5 terhadap siswa baru sebesar Rp750 ribu disikapi dingin oleh Kepala SMAN 5 Medan.

Sutrisno mengaku jika biaya insidental dilakukan sesuai dengan prosedural dan sudah mendapatkan persetujuan dari orangtua siswa.

“Jika ada orangtua murid yang keberatan jumpai saja saya langsung. Karena sebelum pembayaran ada berkas yang ditandatangani oleh orangtua murid,” terang Sutrisno, saat dikonfirmasi, Kamis (30/8).

Bahkan Sutrisno menjelaskan, jika biaya insidental dimanfaatkan untuk keperluan siswa. Diantaranya yakni pembelian infokus, kipas angin, jerjak pintu.
Bahkan, bilang Sutrisno, bagi siswa yang tidak mampu tidak dibebankan biata insidental.

“Kalau untuk siswa kita yang miskin dan ada keterangan dari lurah mereka tidak dibebankan untuk membayar biaya insidental,”ungkapnya lagi.
Disinggung mengenai adanya informasi dari salah satu alumni SMAN 5 Medan, terkait jumlah siswa kelas satu di dalam kelas yang melampaui batas sesuai petunjuk pelaksanaan (Juklak) diakui oleh Sutrisno.

Dimana sesuai juklak harusnya setiap kelas maksimal diisi 40 siswa.

Namun ada sebanyak sembilan lokal untuk siswa kelas satu pada tahun ajaran 2012-2013 justru diisi sekitar 45 hingga 50 siswa setiap kelasnya. “Saya rasa bukan SMAN 5 saja yang kuotanya berlebih untuk tahun ajaran ini. Namun sekolah lain juga melakukan hal yang sama,”tegasnya.

Sutrisno berdalih lebihnya kuota tersebut, untuk memenuhi keinginan masyarakat yang tinggi agar bisa bersekolah di SMAN 5 Medan. “Kita kan harus memenuhi keinginan masyarakat yang tinggi untuk bersekolah disini. Mereka minta izin agar bisa bersekolah, nggak mungkin kita tolak,”ucapnya mengakhiri. (uma)

MEDAN-Terkait kekesalan yang disampaikan sejumlah orangtua murid atas pengutipan uang insidental yang dilakukan SMAN 5 terhadap siswa baru sebesar Rp750 ribu disikapi dingin oleh Kepala SMAN 5 Medan.

Sutrisno mengaku jika biaya insidental dilakukan sesuai dengan prosedural dan sudah mendapatkan persetujuan dari orangtua siswa.

“Jika ada orangtua murid yang keberatan jumpai saja saya langsung. Karena sebelum pembayaran ada berkas yang ditandatangani oleh orangtua murid,” terang Sutrisno, saat dikonfirmasi, Kamis (30/8).

Bahkan Sutrisno menjelaskan, jika biaya insidental dimanfaatkan untuk keperluan siswa. Diantaranya yakni pembelian infokus, kipas angin, jerjak pintu.
Bahkan, bilang Sutrisno, bagi siswa yang tidak mampu tidak dibebankan biata insidental.

“Kalau untuk siswa kita yang miskin dan ada keterangan dari lurah mereka tidak dibebankan untuk membayar biaya insidental,”ungkapnya lagi.
Disinggung mengenai adanya informasi dari salah satu alumni SMAN 5 Medan, terkait jumlah siswa kelas satu di dalam kelas yang melampaui batas sesuai petunjuk pelaksanaan (Juklak) diakui oleh Sutrisno.

Dimana sesuai juklak harusnya setiap kelas maksimal diisi 40 siswa.

Namun ada sebanyak sembilan lokal untuk siswa kelas satu pada tahun ajaran 2012-2013 justru diisi sekitar 45 hingga 50 siswa setiap kelasnya. “Saya rasa bukan SMAN 5 saja yang kuotanya berlebih untuk tahun ajaran ini. Namun sekolah lain juga melakukan hal yang sama,”tegasnya.

Sutrisno berdalih lebihnya kuota tersebut, untuk memenuhi keinginan masyarakat yang tinggi agar bisa bersekolah di SMAN 5 Medan. “Kita kan harus memenuhi keinginan masyarakat yang tinggi untuk bersekolah disini. Mereka minta izin agar bisa bersekolah, nggak mungkin kita tolak,”ucapnya mengakhiri. (uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/