26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Hidup Kita Diukir, Ditimbang, Dinilai Tuhan

Wahyu 11:1-2 “Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: ”Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsabangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”  

Oleh: PDT. EDISON SINURAT STH 

YOHANES saat berada di pembuangan pulau Patmos, menerima sebatang buluh, seperti tongkat pengukur lalu disuruh untuk mengukur Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Apa maksudnya.

Kitab Wahyu merupakan kitab Nubuatan, berisikan peristiwa-peristiwa yang akan digenapi di akhir zaman, sesuatu yang tadinya masih tertutup sekarangdisingkapkan, dibukakan, diperlihatkan kepada Yohanes pada sekitar tahun 96 Masehi ketika ia diasingkan di sebuah pulau tempat para tahanan berat namanya pulau Patmos. Di Indonesia seperti pulau Nusakambangan.

Kitab ini berisikan banyak lambanglambang, gambaran-gambaran yang harus diartikan secara rohani melalui tuntunan Roh Kudus. Yohanes dipenuhi Roh Kudus ketika mendapatkan pengalaman- pengalaman tersebut.

Bait Suci Allah yang diukur adalah kita, gereja Tuhan secara organisme (1 Korintus 3:16). Sesungguhnya seluruh perjalanan hidup kita diukur, dinilai oleh Tuhan, apakah didapati memenuhi standard atau justru terlalu ringan.

Tuhan mengukur atau menimbang hidup raja Belsyazar yang menggantikan ayahnya raja Nebukadnezar dan didapati terlalu ringan. Kehidupan yang tidak menghormati Tuhan, hidup berpesta pora bersama 1000 orang pejabatnya, berakhir dengan munculnya tulisandidindingistana:“ Mene, mene, tekel ufarsin.” Artinya, masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri; raja ditimbang dengan necara dan didapati terlalu ringan, kerajaan itu dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia. Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar. (Daniel pasal 5).

Sebuah peringatan kepada semua umat manusia yang ada di muka bumi ini, siapa pun kita, suatu saat Allah akan menimbang, mengukur dan menilai hidup kita. Apabila saat ini Tuhan menimbang hidup saya dan saudara dengan necaranya, kira-kira bagaimana hasilnya??? Pada akhirnya, kita akan diperhadapkan pada pengukuran itu.

Di kitab Wahyu, secara spesifik, gereja Tuhan diukur. Mezbah yang diukur adalah kualitas ibadah kita kepada Tuhan meliputi seluruh pujian, penyembahan, doa-doa, ketaatan melakukan Firman- Nya, korban-korban yang kita persembahkan kepada Tuhan. Betapa penting kita harus memperhatikan kualitas atau mutu ibadah kita. Apa yang menjadi motivasi kita mengikut dan melayani Tuhan.

Kalau Allah mengukur, tentu ukuran itu tepat, tidak mungkin salah.

Apa standar pengukuran itu? Mari kita perhatikan Efesus 4:15 “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Kristuslah yang menjadi tolok ukurnya, Kristuslah standar yang harus digenapi. Beberapa nyanyian gereja yang menyatakan sebuah kerinduan untuk menjadi seperti Yesus.

Menjadi seperti Yesus di dalam perkataan, pikiran, perbuatan, perasaan.

Saya tambahkan lagi menjadi sama seperti Yesus di dalam doa-doa, dalam ketaatan kepada Bapa.

Kedewasaan penuh sama seperti Kristus terbangun dari keproaktifan dalam pelayanan. Lima jawatan (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan guru) bertugas untuk memperlengkapi jemaat bagi tugas pelayanan. Artinya jemaat secara progresif menjadi pelayan-pelayan pekerjaan Tuhan, ambil bagian dalam pelayanan.

Jemaat yang dewasa terlihat dari peran sertanya, keterlibatan dalam jemaat local tempat ia beribadah, serta kontribusinya ke luar yaitu melaksanakan amanat agung, memberitakan Injil.

Dalam Kitab Wahyu, bahwa mereka yang diukur itu, adalah yang memenuhi standard Kristus, yang sudah mencapai kedewasaan penuh seperti Kristus, merekalah gereja yang telah terbukti setia dan taat dan disebut sebagai gereja sempurna, yang penuh Roh Kudus dan Firman Allah digambarkan dengan perempuan yang berselubungkan matahari, bulan dan dua belas bintang (Wahyu 12). Dalam penjelasan selanjutnya, mereka akan mendapatkan hak istimewa, tidak akan mengalami aniaya antikrist, tetapi akan dilindungi, dibawa ke sebuah tempat yang aman, jauh dari jangkauan naga si ular tua.

Mereka inilah yang digambarkan sebagai lima anak dara yang bijaksana dalam Matius 25:1-10, yang mempunyai persediaan minyak. Mereka disebut gereja yang dewasa rohani, merekalah yang akan menjadi mempelai Kristus. Sesungguhnya saya rindu masuk dalam kelompok ini.

Yang tidak memenuhi standar, akan mengalami aniaya antikris pada masa kesusahan besar dan harus berhadapan dengan kematian secara mártir. Mereka mati mártir karena mempertahankan kesaksian Kristus dan hukum-hukum Allah dan tidak mau menyembah patung binatang serta menolak tanda antikris (666). Kesusahan besar terjadi pada masa pemerintahan Antikris selama tiga setengah tahun yang berakhir pada kedatangan Yesus Kristus kedua kali ke bumi ini. Hari Maranatha, hari yang mulia, hari Kedatangan Kristus Kedua Kali sudah dekat. Kalau tibalah saatnya hidup kita diukur, ditimbang, dinilai, bagaimanakah hasilnya.(*)

Wahyu 11:1-2 “Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: ”Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsabangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”  

Oleh: PDT. EDISON SINURAT STH 

YOHANES saat berada di pembuangan pulau Patmos, menerima sebatang buluh, seperti tongkat pengukur lalu disuruh untuk mengukur Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Apa maksudnya.

Kitab Wahyu merupakan kitab Nubuatan, berisikan peristiwa-peristiwa yang akan digenapi di akhir zaman, sesuatu yang tadinya masih tertutup sekarangdisingkapkan, dibukakan, diperlihatkan kepada Yohanes pada sekitar tahun 96 Masehi ketika ia diasingkan di sebuah pulau tempat para tahanan berat namanya pulau Patmos. Di Indonesia seperti pulau Nusakambangan.

Kitab ini berisikan banyak lambanglambang, gambaran-gambaran yang harus diartikan secara rohani melalui tuntunan Roh Kudus. Yohanes dipenuhi Roh Kudus ketika mendapatkan pengalaman- pengalaman tersebut.

Bait Suci Allah yang diukur adalah kita, gereja Tuhan secara organisme (1 Korintus 3:16). Sesungguhnya seluruh perjalanan hidup kita diukur, dinilai oleh Tuhan, apakah didapati memenuhi standard atau justru terlalu ringan.

Tuhan mengukur atau menimbang hidup raja Belsyazar yang menggantikan ayahnya raja Nebukadnezar dan didapati terlalu ringan. Kehidupan yang tidak menghormati Tuhan, hidup berpesta pora bersama 1000 orang pejabatnya, berakhir dengan munculnya tulisandidindingistana:“ Mene, mene, tekel ufarsin.” Artinya, masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri; raja ditimbang dengan necara dan didapati terlalu ringan, kerajaan itu dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia. Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar. (Daniel pasal 5).

Sebuah peringatan kepada semua umat manusia yang ada di muka bumi ini, siapa pun kita, suatu saat Allah akan menimbang, mengukur dan menilai hidup kita. Apabila saat ini Tuhan menimbang hidup saya dan saudara dengan necaranya, kira-kira bagaimana hasilnya??? Pada akhirnya, kita akan diperhadapkan pada pengukuran itu.

Di kitab Wahyu, secara spesifik, gereja Tuhan diukur. Mezbah yang diukur adalah kualitas ibadah kita kepada Tuhan meliputi seluruh pujian, penyembahan, doa-doa, ketaatan melakukan Firman- Nya, korban-korban yang kita persembahkan kepada Tuhan. Betapa penting kita harus memperhatikan kualitas atau mutu ibadah kita. Apa yang menjadi motivasi kita mengikut dan melayani Tuhan.

Kalau Allah mengukur, tentu ukuran itu tepat, tidak mungkin salah.

Apa standar pengukuran itu? Mari kita perhatikan Efesus 4:15 “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Kristuslah yang menjadi tolok ukurnya, Kristuslah standar yang harus digenapi. Beberapa nyanyian gereja yang menyatakan sebuah kerinduan untuk menjadi seperti Yesus.

Menjadi seperti Yesus di dalam perkataan, pikiran, perbuatan, perasaan.

Saya tambahkan lagi menjadi sama seperti Yesus di dalam doa-doa, dalam ketaatan kepada Bapa.

Kedewasaan penuh sama seperti Kristus terbangun dari keproaktifan dalam pelayanan. Lima jawatan (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan guru) bertugas untuk memperlengkapi jemaat bagi tugas pelayanan. Artinya jemaat secara progresif menjadi pelayan-pelayan pekerjaan Tuhan, ambil bagian dalam pelayanan.

Jemaat yang dewasa terlihat dari peran sertanya, keterlibatan dalam jemaat local tempat ia beribadah, serta kontribusinya ke luar yaitu melaksanakan amanat agung, memberitakan Injil.

Dalam Kitab Wahyu, bahwa mereka yang diukur itu, adalah yang memenuhi standard Kristus, yang sudah mencapai kedewasaan penuh seperti Kristus, merekalah gereja yang telah terbukti setia dan taat dan disebut sebagai gereja sempurna, yang penuh Roh Kudus dan Firman Allah digambarkan dengan perempuan yang berselubungkan matahari, bulan dan dua belas bintang (Wahyu 12). Dalam penjelasan selanjutnya, mereka akan mendapatkan hak istimewa, tidak akan mengalami aniaya antikrist, tetapi akan dilindungi, dibawa ke sebuah tempat yang aman, jauh dari jangkauan naga si ular tua.

Mereka inilah yang digambarkan sebagai lima anak dara yang bijaksana dalam Matius 25:1-10, yang mempunyai persediaan minyak. Mereka disebut gereja yang dewasa rohani, merekalah yang akan menjadi mempelai Kristus. Sesungguhnya saya rindu masuk dalam kelompok ini.

Yang tidak memenuhi standar, akan mengalami aniaya antikris pada masa kesusahan besar dan harus berhadapan dengan kematian secara mártir. Mereka mati mártir karena mempertahankan kesaksian Kristus dan hukum-hukum Allah dan tidak mau menyembah patung binatang serta menolak tanda antikris (666). Kesusahan besar terjadi pada masa pemerintahan Antikris selama tiga setengah tahun yang berakhir pada kedatangan Yesus Kristus kedua kali ke bumi ini. Hari Maranatha, hari yang mulia, hari Kedatangan Kristus Kedua Kali sudah dekat. Kalau tibalah saatnya hidup kita diukur, ditimbang, dinilai, bagaimanakah hasilnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/