30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Lebih Dikenal karena Sepeda dan Motor Tua

Sahur Bersama Pembina Ontel dan BMP Sumut, Safwan Khayat

Hobi mengkoleksi sepeda ontel dan sepeda motor tua ternyata banyak manfaatnya. Itulah yang dirasakan dan dialami Safwan Khayat, Waka Polres Tebing Tinggi.

SOPIAN, Tebing Tinggi

Tepat pukul 04.00 WIB, Tim Liputan Makan sahur bersama tokoh dan penjabat sampai di depan kediaman rumah Pembina Sepeda Ontel dan Bikers Mitra Polri (BMP) Sumatera Utara Drs Kompol Safwan Khayat MHum. Pria tinggi besar itu menyapa dengan ramah, Minggu (14/8).

Mengenakan baju koko kehijauan, sarung corak kotak-kota dan peci, pria berkaca mata itu  mempersilakan masuk ke rumah dinas Waka Polres. Ruangan depan banyak terpampang foto-foto kegiatan sepeda ontel yang dimuat di Sumut Pos. Sambil duduk, kemudian istri tercinta datang menyajikan teh manis panas.

Jelang makan sahur, Safwan bercerita tentang kecintaannya terhadap kendaraan tua. Dalam hal ini, sepeda motor tua BMW Rk27  BK 6666 BMW buatan tahun 1966. Sepeda motor lawas warna hitam itu sengaja diparkir di ruangan tengah.
“Sepeda motor ini punya nilai sejarah bagi saya. Dahulu sekitar 1980-an, saya berminat mengotak atik sepeda motor tua. Rasa ingin memiliki sepeda motor BMW ini pun muncul dibenak pemikiran saya,” kata Safwan.

Karena kuatnya keinginan memiliki sepeda motor tua keluaran Jerman itu, Safwan sampai memanfaatkan jaringannya di kepolisian di penjuru Indonesia hingga layanan jual beli di dunia maya untuk mencari BMW tua yang dijual.
“Ternyata, keinginan itu terwujud. Ada sepeda motor BMW yang dijual Rp100 juta karena istri pemiliknya akan melahirkan. Setelah terjadi tawar menawar via telepon, harga disepakati Rp70 juta,” papar Safwan.

Semua bagian sepeda motor lalu dicat sesuai model asli, untuk mempertahankan kesan jadul (jaman dulu)-nya. Bahkan tangki minyak segaja dibuat meggunakan drum minyak goreng yang sengaja ditempah di bengkel. “Sepeda motor BMW ini masih atas nama Tan Anhok, warga Medan yang menjadi distributor BMW jaman dulunya. Untuk tidak menghilangkan kesan ontelnya, masih dipasangi dengan menggunakan klakson ontel, bunyinyapun nengnong,” kata Safwan.

Sekarang, sepeda motor tua itu menjadi benda kesayangannya secara pribadi.

Sedangkan hobinya bersepeda ontel, masih tetap ditekuni. Safwan masih aktif sebagai pembina sepeda ontel Sumut. Dengan kecintaanya kepada kendaraan tua dan kedekatannya dengan para pemilik hobi yang sama, sebagai anggota Polri Safwan lebih dekat menyapa sekaligus menjalin tali silaturamhi. Bahkan warga lainnya pun tidak sungkan menyapa saat dia mengendarai kendaraan tua. Masyarakat akan akan menyapa dan bertanya keunikan barang tua tersebut.

“Pernah seorang anak-anak, menyapa saya saat bersepeda, eh Pak Waka (Wakapolres Tebing Tinggi) lewat pakai ontel. Justru dari sepeda ontelnya mereka kenal saya, kalau menggunakan mobil mungkin mereka tidak akan kenal dan memanggil saya,” kekeh Safwan.

Dikatakannya, menggunakan kendaraan tua membuat pengendaranya luar biasa dikenal. “Filosofinya sepeda motor tua dan sepeda ontel sebenarnya media agar komunikasi agar saya bisa berkomunikasi, bersilaturahmi, dekat  dan menyatu dengan masyarakat,” tukasya.

Setelah waktu menunjukan pukul 04.30 WIB, Ramzida Yulis Nasution, istri tercinta Safwan, mengajak sahur bersama. Di meja makan telah tersedia menu sederhana namun rendah lemak. Seperti, nasi putih, sambal cabai merah, sayur tauge ikan asin, capcai cumi-cumi, sambal teri dan tidak ketinggalan menu tempe goreng tepung dan emping melinjo.
Di ruang makan telah menunggu Ramzida Yulis, Sahla Khayat SPsi, Ulfa Khayat yang kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Arfah Khayat yang masih duduk dibangku SMK Negeri 8 Kota Medan.
Usai makan sahur, kembali tim liputan makan sahur diajak duduk kembali di ruang tengah, menunggu waktu Salat Subuh. Usai salat, tim liputan sahur berpamitan meninggalkan kediaman rumah dinas Waka Polres Tebing Tinggi.(*)

Sahur Bersama Pembina Ontel dan BMP Sumut, Safwan Khayat

Hobi mengkoleksi sepeda ontel dan sepeda motor tua ternyata banyak manfaatnya. Itulah yang dirasakan dan dialami Safwan Khayat, Waka Polres Tebing Tinggi.

SOPIAN, Tebing Tinggi

Tepat pukul 04.00 WIB, Tim Liputan Makan sahur bersama tokoh dan penjabat sampai di depan kediaman rumah Pembina Sepeda Ontel dan Bikers Mitra Polri (BMP) Sumatera Utara Drs Kompol Safwan Khayat MHum. Pria tinggi besar itu menyapa dengan ramah, Minggu (14/8).

Mengenakan baju koko kehijauan, sarung corak kotak-kota dan peci, pria berkaca mata itu  mempersilakan masuk ke rumah dinas Waka Polres. Ruangan depan banyak terpampang foto-foto kegiatan sepeda ontel yang dimuat di Sumut Pos. Sambil duduk, kemudian istri tercinta datang menyajikan teh manis panas.

Jelang makan sahur, Safwan bercerita tentang kecintaannya terhadap kendaraan tua. Dalam hal ini, sepeda motor tua BMW Rk27  BK 6666 BMW buatan tahun 1966. Sepeda motor lawas warna hitam itu sengaja diparkir di ruangan tengah.
“Sepeda motor ini punya nilai sejarah bagi saya. Dahulu sekitar 1980-an, saya berminat mengotak atik sepeda motor tua. Rasa ingin memiliki sepeda motor BMW ini pun muncul dibenak pemikiran saya,” kata Safwan.

Karena kuatnya keinginan memiliki sepeda motor tua keluaran Jerman itu, Safwan sampai memanfaatkan jaringannya di kepolisian di penjuru Indonesia hingga layanan jual beli di dunia maya untuk mencari BMW tua yang dijual.
“Ternyata, keinginan itu terwujud. Ada sepeda motor BMW yang dijual Rp100 juta karena istri pemiliknya akan melahirkan. Setelah terjadi tawar menawar via telepon, harga disepakati Rp70 juta,” papar Safwan.

Semua bagian sepeda motor lalu dicat sesuai model asli, untuk mempertahankan kesan jadul (jaman dulu)-nya. Bahkan tangki minyak segaja dibuat meggunakan drum minyak goreng yang sengaja ditempah di bengkel. “Sepeda motor BMW ini masih atas nama Tan Anhok, warga Medan yang menjadi distributor BMW jaman dulunya. Untuk tidak menghilangkan kesan ontelnya, masih dipasangi dengan menggunakan klakson ontel, bunyinyapun nengnong,” kata Safwan.

Sekarang, sepeda motor tua itu menjadi benda kesayangannya secara pribadi.

Sedangkan hobinya bersepeda ontel, masih tetap ditekuni. Safwan masih aktif sebagai pembina sepeda ontel Sumut. Dengan kecintaanya kepada kendaraan tua dan kedekatannya dengan para pemilik hobi yang sama, sebagai anggota Polri Safwan lebih dekat menyapa sekaligus menjalin tali silaturamhi. Bahkan warga lainnya pun tidak sungkan menyapa saat dia mengendarai kendaraan tua. Masyarakat akan akan menyapa dan bertanya keunikan barang tua tersebut.

“Pernah seorang anak-anak, menyapa saya saat bersepeda, eh Pak Waka (Wakapolres Tebing Tinggi) lewat pakai ontel. Justru dari sepeda ontelnya mereka kenal saya, kalau menggunakan mobil mungkin mereka tidak akan kenal dan memanggil saya,” kekeh Safwan.

Dikatakannya, menggunakan kendaraan tua membuat pengendaranya luar biasa dikenal. “Filosofinya sepeda motor tua dan sepeda ontel sebenarnya media agar komunikasi agar saya bisa berkomunikasi, bersilaturahmi, dekat  dan menyatu dengan masyarakat,” tukasya.

Setelah waktu menunjukan pukul 04.30 WIB, Ramzida Yulis Nasution, istri tercinta Safwan, mengajak sahur bersama. Di meja makan telah tersedia menu sederhana namun rendah lemak. Seperti, nasi putih, sambal cabai merah, sayur tauge ikan asin, capcai cumi-cumi, sambal teri dan tidak ketinggalan menu tempe goreng tepung dan emping melinjo.
Di ruang makan telah menunggu Ramzida Yulis, Sahla Khayat SPsi, Ulfa Khayat yang kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Arfah Khayat yang masih duduk dibangku SMK Negeri 8 Kota Medan.
Usai makan sahur, kembali tim liputan makan sahur diajak duduk kembali di ruang tengah, menunggu waktu Salat Subuh. Usai salat, tim liputan sahur berpamitan meninggalkan kediaman rumah dinas Waka Polres Tebing Tinggi.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/