Tim Sumut Pos kali ini sahur di rumah Chaidir Ritonga yang berada di Komplek Perumahan Rajawali Indah, Medan Sunggal. Di rumah yang didominasi warna putih itu, Tim Sumut Pos serasa berada di rumah sendiri. Keramahan tuan rumah membuat tim kehilangan rasa canggung.
Apalagi pemandangan di rumah itu cukup menggoda. Di dinding terpajang begitu banyak foto yang bisa dinikmati. Foto keluarga begitu mendominasi. Selain itu ada foto politisi senior, almarhum Burhanuddin Napitupulun
yang tak lain adalah mertua Chaidir.
Ada yang menarik saat Chaidir muncul. Gaya busananya yang nyantai ditambah kaos bertuliskan ‘Super Dad’ memberi kesan yang menggoda. Kesan serius yang selama ini melekat di Chaidir secara langsung hilang. “Assalamu’alaikum, apa kabar?” sapa Chaidir
Setelah mengobrol ringan, kami semua pindah ke meja makan mengingat waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB. Ditemani oleh putra bungsu dan istrinya kami mulai makan sahur dengan beragam menu tersaji di meja makan.
“Anak saya sebenarnya ada 3, tapi putri saya yang pertama dan kedua masih di Jakarta karena masih ada urusan kuliah. Jadi hanya tinggal istri dan putra bungsu kami di sini,” ujarnya.
Pria yang menyelesaikan perkuliahannya di Intitut Pertanian Bogor ini mengaku bahwa cita-cita awalnya bukanlah ingin menjadi politikus. Pasalnya memulai semuanya dari usaha tambak udang di Langsa. Di awal saya tidak memiliki pekerja, semuanya saya kerjakan sendiri. Namun semuanya tampak baik diawal karena usahanya berkembang terus-menerus hingga bisa menyentuh bisnis sektor properti hingga jasa angkutan.
Di usia muda saya sudah mampu membeli sepetak rumah. “Rumah inilah yang saya beli. Saat itu saya masih lajang,” kata Chaidir.
Suami dari Hj Susi Machdarwati Napitupulu ini mengaku bahwa karirnya di dunia politik selama ini diakuinya sangat fluktuatif. Dirinya mengaku mulus untuk maju pada Pemilu 2009 melalui daerah pemilihan Tapanuli Selatan hingga bisa mengantongi capaian suara 30.000 lebih pemilih. Namun nasibnya berbeda dengan ketika mencoba peruntungan ketika hendak maju sebagai Wali Kota Padangsidimpuan 2012 lalu. “Kekalahan saya di Pilkada Sidempuan sedikit banyak cukup mengganggu finansial saya,” ujarnya.
Usai makan, diskusi dilanjutkan dengan membahas peristiwa yang cukup mengenaskan di Sumut yakni kerusuhan di Lapas Klas I Tanjunggusta. “Seharusnya kejadian di Lapas Tanjung Gusta tidak perlu terjadi jika pemerintah dapat berbenah terhadap kondisi Lapas hari ini,” ujarnya.
Disinggung mengenai persiapan dirinya yang maju kembali pada Pemilu 2014 sebagai calon anggota DPRD Sumut dan kandidat Presiden pilihannya. Ia menyampaikan bahwa sesungguhnya dirinya tidak terlalu banyak mempersiapkan banyak hal untuk Pemilu 2014. Pasalnya sejauh ini dirinya masih fokus untuk melakukan sisa-sisa kerjanya di DPRD Sumut periode 2009-2014.
“Saya ingin meninggalkan ‘legacy’ untuk masyarakat Sumut di 2014. Kami di DPRD Sumut sedang memperjuangkan pembagian bagi hasil keuangan pusat dan daerah terhadap hasil perkebunan di Sumatera,” ujarnya.
Sementara ketika disinggung mengenai kandidat Presiden Indonesia di 2014 dia punya alasan sendiri mengapa dia menjagokan kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie. Bagi dirinya ARB merupakan politikus yang berasal dari kalangan pengusaha. Sama seperti dirinya yang memulai dari jalur pengusaha walau dengan skala yang lebih kecil.
“Saya sangat salut dengan pribadi-pribadi yang tertarik dengan wirausahawan. Politikus yang lahir dari kalangan bisnis. Seperti halnya seperti Pak Aburizal dan juga Pak Dahlan Iskan. Kedua orang tersebut merupakan pengusaha sukses di Indonesia,” ujarnya.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 06.25 WIB. Tim Sahur Sumut Pos pun berpamitan pulang. Tim diantar Chaidir hingga naik ke mobil.(*)