Sahur Bersama Ketua Komisi C DPRD Medan, Jumadi
Kedatangan Tim Sahur Sumut Pos untuk makan sahur bersama di kediaman anggota DPRD Medan Jumadi di Jalan Bilal Ujung, Gang Bakti No 20, Medan Timur disambut hangat oleh Jumadi dan keluarga.
Adlansyah, Medan
Tak susah mencari rumah Jumadi, sebab warga di sekitar tempat tinggalnya sangat kenal dengan pengusaha Batik Solo itu. Di rumah berwarna krem itu terparkir mobil dinas komisi dengan nomor plat polisi BK 1036 L. Setelah dihubungi, Jumadi keluar dari rumah dan membuka pintu pagar dan mempersilakan Tim Sahur Sumut Pos masuk.
Dengan sambutan salam, Tim Sahur Sumut Pos dipersilahkan duduk di teras rumah sambil menunggu hidangan sahur yang sedang dipersiapkan istrinya, Mulyani. Sebagai hidangan pembuka, teh manis hangat beserta kue dan kurma dihidangkan di atas meja.
Di samping teras rumahnya terlihat pendopo yang dindingnya ditempel dengan lukisan bernuansa Islami.
“Itu ruang ngaji, setiap minggu selalu ramai. Kalau anak-anak ngumpul mereka sering belajar tulis menulis,”kata Jumadi membuka percakapan sembari mempersilakan Tim Sahur Sumut Pos mencicipi hidangan yang sudah tersedia.
Sebelum aktif di Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jumadi aktif di yayasan sosial seperti Yayasan Persatuan Persaudaraan Putera Solo yang ada sembilan cabang di Sumut. Jumadi dipercayakan sebagai Ketua Pusat di Kota Medan.
Semenjak itu, lanjut Jumadi, banyak partai yang ngajak dan mendekati serta menawarkan untuk masuk ke partai.
“Bergabungnya saya awalnya ikut ngaji bersama, kemudian di tahun 2001 gabung dengan PKS dan sempat menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Sumut di tahun 2011. Hal itulah yang membuat ketertarikan saya untuk menjadi anggota dewan untuk membantu kawan-kawan dan masyarakat yang meminta tolong. Sekarang kami lakukan dengan mengadvokasi masyarakat bila ada masalah,”cetusnya.
Ketika jam menujukkan pukul 04.00 WIB, pemberitahuan sahur kepada warga sudah berkumandang dari masjid. Jumadi mempersilakan tim masuk ke dalam menuju ruang makan untuk menyantap hidangan sahur yang sudah disiapkan.
Dengan menu seadanya, kentang goreng, urap, udang goreng, soto ayam serta kerupuk dan buah. Mulyani bersama keenam anaknya, Imam Basori, Nuzuliah Rahma, Syarah Afizoh, Marwah Fatimah, Rahmi Arifah dan Nasikah Balski sudah menunggu di meja makan.
“Kalau menu favorit bapak sayur asem dan soto ayam,” kata Mulyani.
Usai menyantap hidangan sahur, Tim Sahur Sumut Pos pun kembali berbincang di teras rumahnya sembari menunggu waktu Imsak dan waktunya Salat Subuh. Di ruang tamu tampak foto keluarga, dua lemari yang berdiri kokoh berisikan buku-buku dan hiasan guci.
Jumadi kembali berbincang-bincang tentang pengalamannya hingga menjadi anggota dewan.
“Awalnya merantau dari Jawa 1 Desember 1988 ramai-ramai bersama teman-teman dan menumpang ikut nyewa rumah sama bos. Di tahun 89 akhir saya sudah menjadi pengusaha pakaian Batik Solo dengan menjajakan door to door (pintu ke pintu). Sedangkan untuk bahannya kita sengaja mendatangkan dari Solo. Hal yang tak pernah saya lupakan adalah ditipu orang karena saya menjual pakaian secara kredit. Sekarang saya di Medan sudah banyak keluarga, karena langganan saya sudah dianggap seperti keluarga. Setelah itu, saya mandiri dan tinggal sendiri setelah itu menikah dan tinggal sendiri tahun 1994,”cetusnya.
Jumadi yang sampai saat mempunyai jadwal yang padat masih terus melakoni usahanya menjadi pengusaha Batik Solo dan binaan mengaji. “Agak bingung mana yang harus diprioritaskan, karena hobi saya bermasyarakat. Saat ini PKS juga mempunyai binaan kepada tukang becak untuk ngaji setiap Selasa malam dan dengan masyarakat sekitar setiap Selasa malam. Jadi jadwal saya selalu penuh. Sedangka usaha saya tetap berjalan dan yang mengontrol istri saya. Toko kita juga sudah berdiri di depan gang,” katanya sembari mengataka kalau kedekatannya dengan masyarakat selalu tercermin dengan kebersamaan seperti ramai-ramai pergi mandi-mandi menjelang puasa.
Hal tersebut dilakukannya karena momentum pemilihan terhadap anggota dewan yang lima tahun sekali diberikannya agar bisa dirasakan oleh masyarakat.
“Sedangkan Yayasan Putra Solo yang anggotanya seluruh pedagang baju Batik Solo juga mempunyai program anak angkat,”bebernya.
Tak lupa, Jumadi juga memberitahukan kiat-kiat sukses untuk menjadi orang yang berhasil.
“Ada kemauan ada tujuan disyukuri saja. Sedangkan pekerjaan yang kita lakoni dibawa senang saja. Karena kita punya prinsif siang mencari uang dan malam kita tetap berinteraksi dengan masyarakat,” katanya sembari menambahkan kalau sebelum mempunyai gedung yayasan rumah pribadinya menjadi markas untuk rapat yayasan pengajian. Jadi rumah Jumadi selalu ramai dan itu sudah biasa. (*)