MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kapten Sandy merupakan sosok yang dikenal baik oleh keluarga besarnya. Sebagai anak yang berprestasi sejak kecil, dirinya memutuskan sendiri untuk menjadi penerbang. Padahal, tidak silsilah latar belakang penerbang dari keluarga besarnya.
Sriyono (57) sebagai pakde dari istri korban bertemu terakhir sehari sebelum puasa. Bersama istrinya, dr Nana, Kapten Sandy berkunjung untuk silahturahmi sambil membawakan oleh-oleh bandeng khas Semarang.
“Dia bercerita bahwa dia akan naik tingkat menjadi mayor, Februari nanti. Sandy juga meraih hasil terbaik di pendidikannya,” jelas Wiwik, istri dari Sriyono. Kapten Penerbang dari Skuadron 32 Abdul Rahman Saleh, Malang itu telah menyelesaikan pendidikannya selama enam bulan di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Kapten Sandy meninggalkan istri dan kedua orang anak. Yakni, Putri (3,5) dan Zahira (1,5). “Tadi saya telepon istrinya, tidak bisa berkata banyak dan berbicara sambil terbata-bata. Dia hanya minta satu sebaiknya jenazah (Kapten Sandy, red.) dibawa ke Semarang,” ujar Sriyono (57) di kediamannya Jalan Kyai Haji Taisir No. 10 A, Jakarta kemaren.
Sriyono juga mengungkapkan keluarga pasrah atas kejadian ini dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT untuk yang terbaik terhadap Kapten Sandy. “Kami masih menunggu info resmi dari TNI AU terkait kondisi Sandy belum dikabarkan,” pungkasnya. (lus/jpnn/rbb)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kapten Sandy merupakan sosok yang dikenal baik oleh keluarga besarnya. Sebagai anak yang berprestasi sejak kecil, dirinya memutuskan sendiri untuk menjadi penerbang. Padahal, tidak silsilah latar belakang penerbang dari keluarga besarnya.
Sriyono (57) sebagai pakde dari istri korban bertemu terakhir sehari sebelum puasa. Bersama istrinya, dr Nana, Kapten Sandy berkunjung untuk silahturahmi sambil membawakan oleh-oleh bandeng khas Semarang.
“Dia bercerita bahwa dia akan naik tingkat menjadi mayor, Februari nanti. Sandy juga meraih hasil terbaik di pendidikannya,” jelas Wiwik, istri dari Sriyono. Kapten Penerbang dari Skuadron 32 Abdul Rahman Saleh, Malang itu telah menyelesaikan pendidikannya selama enam bulan di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Kapten Sandy meninggalkan istri dan kedua orang anak. Yakni, Putri (3,5) dan Zahira (1,5). “Tadi saya telepon istrinya, tidak bisa berkata banyak dan berbicara sambil terbata-bata. Dia hanya minta satu sebaiknya jenazah (Kapten Sandy, red.) dibawa ke Semarang,” ujar Sriyono (57) di kediamannya Jalan Kyai Haji Taisir No. 10 A, Jakarta kemaren.
Sriyono juga mengungkapkan keluarga pasrah atas kejadian ini dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT untuk yang terbaik terhadap Kapten Sandy. “Kami masih menunggu info resmi dari TNI AU terkait kondisi Sandy belum dikabarkan,” pungkasnya. (lus/jpnn/rbb)