MEDAN, SUMUTPOS.CO – Duka Ramadan di Padang Bulan. Lebih dari seratus orang meregang nyawa. Sebuah pesawat militer yang membawa 121 penumpang plus awak jatuh. Pesawat Hercules C-130 menabrak pertokoan dan perumahan, sebuah oukup, serta kendaraan yang sedang parkir. Hingga pukul 01.15 dini hari tadi, sedikitnya 112 kantong jenazah yang membawa mayat dan potongan tubuh berbaris di Rumah Sakit Haji Abdul Malik Medan.
Benturan keras yang kemudian memunculkan api itu terjadi ketika posisi matahari sedang berada tepat di atas langit Medan atau sekira pukul 11.50 WIB. Cuaca sedang panas. Panik langsung mengemuka. Teriakan dan histeria tak bisa dicegah. Warga di seputaran Jalan Jamin Ginting Kilometer 10 terkejut. Mayat-mayat mulai terlihat.
“Kami lagi di ruang istirahat belakang. Lalu, tiba-tiba terdengar suara kayak meledak gitu dan asapnya masuk ke dalam ruangan. Kami kira ledakan itu dari ruko, rupanya pas keluar ternyata dari pesawat yang jatuh. Kami tengok apinya udah besar dan bangunan oukup banyak yang roboh. Kami pun ketakutan dan langsung berlarian keluar,” ungkap Marsinah, seorang terapis di Oukup BS 1, yang selamat dari hantaman gurung besi tersebut.
Selain Oukup BS 1, dua ruko di Golden Vista yang masih dalam pembangunan hancur. Mobil yang diparkir di oukup juga hancur. “Kawan kami kejebak di dalam ruangan. Kalau enggak salah ada delapan orang. Empat orang terapis (Amel, Dewi, Rani, Cindi), satu kasir (Arni), satu penjaga kantin (Siti) dan dua roomboy. Sementara yang selamat berada di belakang dan sebagian lagi kebetulan keluar,” tambah Marsinah.
Setelah mengeluarkan suara benturan begitu kuat, kobaran api dan suara ledakan sehingga menggetarkan sekitar lokasi. ” Awalnya saya mendengar suara pesawat sekitar 10 meter saja di atas kantor saya. Tiba-tiba terdengar suara ledakan dan kepulan asap tebal yang membumbung. Langsung saya pimpin anggota ke lokasi kejadian. Begitu tiba di lokasi, ternyata kobaran api sangat besar. Oleh karena itu, saya hubungi pihak terkait, melalui Polda Sumut,” ujar Direktur Direktorat Sabhara Polda Sumut, Kombes Pol Jihatono yang kantornya tak jauh dari lokasi.
Lebih, perwira polisi dengan pangkat 3 melati di pundaknya itu mengaku tidak dapat berbuat banyak saat kejadian, mengingat kobaran api cukup besar dan merembet. Begitu juga dengan ledakan, disebutnya saat itu masih terjadi. Oleh karena itu, disebutnya kalau pihaknya hanya mengamankan sekitar lokasi kejadian agar tidak didekati masyarakat, sehingga jatuh korban lain dan memudahkan tim penanganan masuk ke lokasi kejadian.
Pesawat tersebut terbang dari Lapangan Udara (Lanud) Soewondo Medan dengan tujuan menuju TanjungPinang. Namun, baru dua menit di udara, pesawat itu mengalami hilang keseimbangan. Bahkan, sang pilot sempat memberi kabar akan kembali ke landasan. Lantaran tak seimbang, pesawat itu pun hilang kendali dan sempat berputar-putar di udara. Selanjutnya menabrak atap bangunan ruko hingga akhirnya jatuh tepat di tempat oukup tersebut. Posisi jatuhnya sangat dekat dengan Otel Beraspati yang merupakan tempat penampungan pengungsi Rohingya.
Kapolda Sumut, Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo yang turun di lokasi pada siang kemarin mengatakan, manifes (daftar nama) sementara penumpang yang diterima pihaknya berjumlah 50 orang. Namun, yang terpenting adalah segera mengevakuasi korban. “Nantinya jasad korban yang berhasil dievakuasi akan dikirim ke RSUP H Adam Malik untuk dikumpulkan dan diidentifikasi,” ujar Eko.
Ia menyatakan, sejauh ini (sekira pukul 14.00 WIB) sudah 21 jasad korban dievakuasi. Kemungkinan masih ada lagi yang berada di bawah puing-puing bangunan. “Proses evakuasi terus dilakukan dan kita akan membangun posko di TKP (tempat kejadian perkara),” sebut Eko.
Disinggung penyebab jatuhnya pesawat militer tersebut, Eko belum bisa memastikan karena masih dalam proses penyelidikan. Ia pun mengimbau bagi masyarakat yang anggota keluarganya menjadi korban bisa mendatangi posko di lokasi kejadian dan rumah sakit.