26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Astagaa… 99 Anak Miskin Dijual ke Gay

Anak korban gay-Ilustrasi
Anak korban gay-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Enam orang anak dan satu remaja yang menjadi korban dari Mucikari AR, berlatarbelakang keluarga miskin. Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto menduga, kemiskinan itulah yang dimanfaatkan tersangka AR untuk merekrut anak untuk bisa dijual ke seorang gay atau pedofil. Kasus penjualan anak lelaki untuk gay ini dipastikan merupakan sindikat.

Ari Dono menjelaskan, pengungkapan itu dimulai saat Bareskrim melakukan undercover buying pada AR dan enam anak serta, seorang remaja usia 18 tahun di sebuah hotel di Jalan Cipayung Raya, Puncak Bogor. AR menawarkan untuk seorang anak dengan tarif Rp1,2 juta melalui akun Facebook.

”Metode pembayaran juga ditentukan AR sebagai mucikari, yakni dengan down payment 50 persen dari tarif yang disepakati,” jelasnya.

Setelah itu, AR menentukan lokasi hotel di Puncak Bogor. Hotel tersebut dipilih yang dirasa aman dan sudah terbiasa menjadi lokasi transaksi yang dilakukan AR.

”Saat pertemuan itulah, uang sisanya harus dibayarkan. Ternyata, korban mendapat bagian Rp100 ribu hingga Rp150 ribu,” terangnya ditemui di kantor Bareskrim, kemarin.

Dia menegaskan, identitas ketujuh korban sama sekali tidak boleh menyebar ke masyarakat. Yang pasti, para korban ini berasal dari Bogor dan Bandung.

”Keluarga sudah dihubungi dan mereka akan mendapatkan treatment khusus dari Kementerian Sosial (Kemensos),” terangnya.

Dipelajari dari latar belakang keluarga, memang sebagian besar korban merupakan anak dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah. AR mengiming-imingi para korban dengan uang banyak bila memang mau untuk melayani gay atau seorang pedofil.

”Dari tujuh korban ini, salah satunya juga putus sekolah,” paparnya.

Dia menuturkan, kehidupan hedonism atau senang-senang, juga membuat anak tergiur dengan tersangka RA. Selama ini, anak-anak sudah menginginkan untuk ganti handphone dan barang-barang mewah. ”Ini hasil pemeriksaan ya,” tuturnya.

Dalam pemeriksaan Bareskrim, diketahui juga ternyata RA tidak hanya menyediakan tujuh anak. Dia memiliki jaringan dan ada 99 anak yang tergabung dalam jaringan tersebut. ”Anak yang dibawah jaringan RA ini jumlahnya hampir seratus,” ungkapnya.

Saat ini, semua anak itu akan ditelusuri keberadaannya. Tentunya, tidak hanya untuk menjadi saksi, namun juga harus mendapatkan treatment dari Kemensos. ”Kami ingin menyelamatkan mereka,” paparnya.

Apalah AR bekerja sendirian? Dia menjelaskan bahwa Bareskrim mengetahui ada mucikari lain yang membantu AR. Biasanya, kalau AR tidak bisa menyediakan anak yang dipesan, maka akan menghubungi mucikari lain.

”Kami kejar semua yang terlibat,” ujarnya.

AR dipastikan memiliki jaringan yang besar karena latar belakangnya. Kabareskrim menuturkan bahwa AR merupakan residivis yang baru saja keluar penjara dua bulan lalu. Kejahatan yang sebelumnya dilakukan juga sama, yakni memperdagangkan orang. ”Tapi, kasus pertama itu perempuan yang jadi korban,” ungkapnya.

Ari Dono menjelaskan, dampak pada anak yang menjadi korban begitu mengerikan. Sebab, dari pemeriksaan sementara anak-anak itu bahkan ada yang sampai sudah merasa menikmati. ”Tapi, ada pula anak-anak yang masih malu-malu,” tuturnya.

Apakah hanya berhenti pada mucikari? Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Brigjen Agung Setya menuturkan bahwa konsumen dari mucikari anak itu juga akan menjadi target kepolisian. ”Saat ini masih didata siapa saja yang pernah menjadi konsumennya,” ungkapnya.

Namun, sayangnya perbuatan illegal semacam ini sering kali tidak memiliki catatan yang jelas. Hanya dari handphone mucikari, semua itu akan dideteksi. ”Gay dan pedofil yang telah melukai generasi ini akan kami tangkap secepatnya,” ujarnya.

Anak korban gay-Ilustrasi
Anak korban gay-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Enam orang anak dan satu remaja yang menjadi korban dari Mucikari AR, berlatarbelakang keluarga miskin. Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto menduga, kemiskinan itulah yang dimanfaatkan tersangka AR untuk merekrut anak untuk bisa dijual ke seorang gay atau pedofil. Kasus penjualan anak lelaki untuk gay ini dipastikan merupakan sindikat.

Ari Dono menjelaskan, pengungkapan itu dimulai saat Bareskrim melakukan undercover buying pada AR dan enam anak serta, seorang remaja usia 18 tahun di sebuah hotel di Jalan Cipayung Raya, Puncak Bogor. AR menawarkan untuk seorang anak dengan tarif Rp1,2 juta melalui akun Facebook.

”Metode pembayaran juga ditentukan AR sebagai mucikari, yakni dengan down payment 50 persen dari tarif yang disepakati,” jelasnya.

Setelah itu, AR menentukan lokasi hotel di Puncak Bogor. Hotel tersebut dipilih yang dirasa aman dan sudah terbiasa menjadi lokasi transaksi yang dilakukan AR.

”Saat pertemuan itulah, uang sisanya harus dibayarkan. Ternyata, korban mendapat bagian Rp100 ribu hingga Rp150 ribu,” terangnya ditemui di kantor Bareskrim, kemarin.

Dia menegaskan, identitas ketujuh korban sama sekali tidak boleh menyebar ke masyarakat. Yang pasti, para korban ini berasal dari Bogor dan Bandung.

”Keluarga sudah dihubungi dan mereka akan mendapatkan treatment khusus dari Kementerian Sosial (Kemensos),” terangnya.

Dipelajari dari latar belakang keluarga, memang sebagian besar korban merupakan anak dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah. AR mengiming-imingi para korban dengan uang banyak bila memang mau untuk melayani gay atau seorang pedofil.

”Dari tujuh korban ini, salah satunya juga putus sekolah,” paparnya.

Dia menuturkan, kehidupan hedonism atau senang-senang, juga membuat anak tergiur dengan tersangka RA. Selama ini, anak-anak sudah menginginkan untuk ganti handphone dan barang-barang mewah. ”Ini hasil pemeriksaan ya,” tuturnya.

Dalam pemeriksaan Bareskrim, diketahui juga ternyata RA tidak hanya menyediakan tujuh anak. Dia memiliki jaringan dan ada 99 anak yang tergabung dalam jaringan tersebut. ”Anak yang dibawah jaringan RA ini jumlahnya hampir seratus,” ungkapnya.

Saat ini, semua anak itu akan ditelusuri keberadaannya. Tentunya, tidak hanya untuk menjadi saksi, namun juga harus mendapatkan treatment dari Kemensos. ”Kami ingin menyelamatkan mereka,” paparnya.

Apalah AR bekerja sendirian? Dia menjelaskan bahwa Bareskrim mengetahui ada mucikari lain yang membantu AR. Biasanya, kalau AR tidak bisa menyediakan anak yang dipesan, maka akan menghubungi mucikari lain.

”Kami kejar semua yang terlibat,” ujarnya.

AR dipastikan memiliki jaringan yang besar karena latar belakangnya. Kabareskrim menuturkan bahwa AR merupakan residivis yang baru saja keluar penjara dua bulan lalu. Kejahatan yang sebelumnya dilakukan juga sama, yakni memperdagangkan orang. ”Tapi, kasus pertama itu perempuan yang jadi korban,” ungkapnya.

Ari Dono menjelaskan, dampak pada anak yang menjadi korban begitu mengerikan. Sebab, dari pemeriksaan sementara anak-anak itu bahkan ada yang sampai sudah merasa menikmati. ”Tapi, ada pula anak-anak yang masih malu-malu,” tuturnya.

Apakah hanya berhenti pada mucikari? Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Brigjen Agung Setya menuturkan bahwa konsumen dari mucikari anak itu juga akan menjadi target kepolisian. ”Saat ini masih didata siapa saja yang pernah menjadi konsumennya,” ungkapnya.

Namun, sayangnya perbuatan illegal semacam ini sering kali tidak memiliki catatan yang jelas. Hanya dari handphone mucikari, semua itu akan dideteksi. ”Gay dan pedofil yang telah melukai generasi ini akan kami tangkap secepatnya,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/