30 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

SBY Dapat Laporan Jokowi Mau Dibunuh

AFP PHOTO / ADEK BERRY Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono berjalan dii depan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema.
AFP PHOTO / ADEK BERRY
Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono berjalan dii depan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mendapat informasi resmi tentang ancaman jelang Pemilu 2014. Salah satunya laporan sejumlah pihak yang khawatir Jokowi akan dibunuh.

SBY tidak menganggap enteng isu tersebut dan langsung meminta pengamanan kepada kepolisian.

“Saya tidak mengambil enteng isu ini, lebih bagus negara proteksi, kepolisian mengambil pengamanan langsung secara fisik terhadap tokoh-tokoh itu,” ujar SBY dalam sidang kabinet paripurna, di Kantornya, Selasa (1/4).

SBY mengakui belakangan ini suhu politik di Indonesia semakin memanas menjelang Pemilu. Para capres dari sejumlah parpol saling menyerang di dalam kampanyenya. SBY menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar.

“Saya selalu update kapolri sejauh ini berjalan normal dan wajar, suhu menghangat, kampanye yang disampaikan juga panas, itu wajar. Tahun lalu juga begitu, bahkan di luar negeri ada kericuhan dan korban jiwa. Saya harap kampanye ini berjalan dengan baik,” ujarnya.

SBY mengakui dunia politik itu keras dan juga terkadang jahat. Oleh karena itu, negara harus menjamin keamanan terhadap proses penyelenggaraan Pemilu ini.

“Politik itu keras dan kadang-kadang jahat, oleh karena itu negara memberi perhatian penuh, karena ini musim pemilu,” ujarnya.

Sebelumnya beredar kabar ada ancaman pembunuhan terhadap Jokowi, setelah dia maju sebagai capres. PDIP mengaku Jokowi disadap dan mendapat serangkaian teror.

 

DIKAWAL 12 POLISI

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) membenarkan mendapatkan tambahan pengamanan setelah menjadi bakal calon presiden. Bantuan pengamanan diberikan oleh Polda Metro Jaya, tetapi dia membantah kalau dirinya yang meminta bantuan tersebut.

“Kalau pengamanan kita-kan sudah diberi dari Polda. Sudah ada dulu 6, ditambah lagi jadi 12. Sudah memang diberi,” jelasnya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (1/4).

Jokowi menambahkan, sebenarnya bantuan tersebut tidak berpengaruh dengan kegiatannya. Mengenai adanya ancaman pada dirinya, Jokowi tidak merasa ancaman itu ada, Jokowi merasa biasa-biasa saja.

“Tidak kemana-mana saya biasa aja. Kok merasa hehehe. Biasa aja lah, biasa. Tapi saya diberi dari Polda dari Polri. Ya dipake,” katanya.

Mengenai maksud bantuan tambahan yang diberikan kepadanya, Jokowi mengungkapkan, hanya untuk keamanan semata. Sehingga, tidak ada alasan untuk menolak bantuan dari Polda.

“Ya untuk keamanan gitu aja. Ditambah kemarin. Untuk pengamanan ya saya terima aja. Tapi apa saya berubah, saya biasa aja,” tutupnya.

Jokowi tidak khawatir jika memang benar ancaman itu menghampiri dirinya. Dia mengatakan merasa aman karena selama ini selalu mendapat pengamanan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

“Satpol PP yang jaga saya banyak, ada 7000 Satpol PP,” kata Jokowi usai upacara peringatan HUT Satpol PP DKI Jakarta ke-64, dan HUT Satlinmas ke-52, di lapangan Silang Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (27/3) lalu.

 

SUDUTKAN PRABOWO

Merebaknya isu rencana pembunuhan terhadap capres PDIP, Joko Widodo (Jokowi) diduga sebagai upaya menggiring wacana untuk menyudutkan Prabowo Subianto. Hal ini dimaksudkan, agar capres Partai Gerindra itu, dituding sebagai aktor intelektualnya.

“Setelah mencermati makin derasnya isu pembunuhan terhadap Jokowi itu, saya menduga ada upaya menggiring wacana bahwa Prabowo Subianto sebagai aktor intelektualnya. Saya yakin isu ini sengaja dikembangkan untuk menyudutkan Prabowo,” kata Sekjen DPP Partai Republik, Heru B Arifin dalam rilis, Selasa (1/4).

Menurutnya, ada pihak ketiga yang dengan sengaja ingin menggagalkan kemenangan Prabowo pada dalam Pilpres 2014 nanti.

“Ada sejumlah indikator penting yang diciptakan, agar Prabowo gagal menjadi presiden. Prabowo ‘digergaji’ dari luar dan dalam,” ungkapnya.

Ada beberapa faktor untuk sengaja terus mengembuskan isu tersebut. Pertama, sabotase PDIP. Dengan begitu ada yang sengaja menciptakan, agar Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri mengkhianati perjanjian Batu Tulis yang disepakatinya dengan Prabowo pada 2009.

“Sesuai perjanjian, seharusnya PDIP mendukung Prabowo sebagai capres pada Pemilu 2014 ini. Itu komitmen politik yang harus dipatuhi PDIP. Tapi dengan berbagai alasan, ada yang menggiring agar PDIP mengingkari perjanjian ini,” ungkap Heru.

Faktor kedua, yakni memunculkan Jokowi sebagai capres dan mengkhianati komitmen yang dibangun antara Prabowo dan Jokowi. “Yang membawa Jokowi maju sebagai Gubernur DKI adalah Prabowo. Komitmennya agar Jokowi mendukung Prabowo sebagai capres. Ada pihak-pihak yang kemudian memutarbalikkan fakta-fakta ini, sehingga Jokowi menciderai komitmennya sendiri,” ujarnya.

Faktor ketiga, ancaman pembunuhan Jokowi untuk menyudutkan Prabowo dengan alasan sebagai pihak yang ingin balas dendam akibat dikhianati. “Skenario pembunuhan ini ternyata dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu agar semua orang menuding Prabowo sebagai pelakunya. Motifnya balas dendam akibat dikhianati Megawati dalam perjanjian Batu Tulis dan dikhianati Jokowi,” imbuh Heru.

Heru sangat berharap ancaman pembunuhan terhadap Jokowi tidak terjadi. Ia meyakini kabar ini dikembangkan untuk mengadu domba kepentingan dalam negeri, agar asing bisa leluasa mengatur pemerintahan ke depan. “Ini bagian dari konspirasi asing untuk terus menguasai Indonesia,” tandasnya.

Seperti diberitakan, Presiden SBY dalam rapat paripurna kabinet, telah menginstruksikan aparat kepolisian untuk bekerja serius menjaga keamanan selama pelaksanaan Pemilu 2014. Tidak hanya bagi caleg parpol, melainkan juga bagi capres. Hal itu dilakukan, agar caleg dan capres bisa menyampaikan visi misi dan debat dengan suasana aman, serta bebas dari ancaman dan intimidasi.(bbs/net/bd)

AFP PHOTO / ADEK BERRY Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono berjalan dii depan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema.
AFP PHOTO / ADEK BERRY
Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono berjalan dii depan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mendapat informasi resmi tentang ancaman jelang Pemilu 2014. Salah satunya laporan sejumlah pihak yang khawatir Jokowi akan dibunuh.

SBY tidak menganggap enteng isu tersebut dan langsung meminta pengamanan kepada kepolisian.

“Saya tidak mengambil enteng isu ini, lebih bagus negara proteksi, kepolisian mengambil pengamanan langsung secara fisik terhadap tokoh-tokoh itu,” ujar SBY dalam sidang kabinet paripurna, di Kantornya, Selasa (1/4).

SBY mengakui belakangan ini suhu politik di Indonesia semakin memanas menjelang Pemilu. Para capres dari sejumlah parpol saling menyerang di dalam kampanyenya. SBY menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar.

“Saya selalu update kapolri sejauh ini berjalan normal dan wajar, suhu menghangat, kampanye yang disampaikan juga panas, itu wajar. Tahun lalu juga begitu, bahkan di luar negeri ada kericuhan dan korban jiwa. Saya harap kampanye ini berjalan dengan baik,” ujarnya.

SBY mengakui dunia politik itu keras dan juga terkadang jahat. Oleh karena itu, negara harus menjamin keamanan terhadap proses penyelenggaraan Pemilu ini.

“Politik itu keras dan kadang-kadang jahat, oleh karena itu negara memberi perhatian penuh, karena ini musim pemilu,” ujarnya.

Sebelumnya beredar kabar ada ancaman pembunuhan terhadap Jokowi, setelah dia maju sebagai capres. PDIP mengaku Jokowi disadap dan mendapat serangkaian teror.

 

DIKAWAL 12 POLISI

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) membenarkan mendapatkan tambahan pengamanan setelah menjadi bakal calon presiden. Bantuan pengamanan diberikan oleh Polda Metro Jaya, tetapi dia membantah kalau dirinya yang meminta bantuan tersebut.

“Kalau pengamanan kita-kan sudah diberi dari Polda. Sudah ada dulu 6, ditambah lagi jadi 12. Sudah memang diberi,” jelasnya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (1/4).

Jokowi menambahkan, sebenarnya bantuan tersebut tidak berpengaruh dengan kegiatannya. Mengenai adanya ancaman pada dirinya, Jokowi tidak merasa ancaman itu ada, Jokowi merasa biasa-biasa saja.

“Tidak kemana-mana saya biasa aja. Kok merasa hehehe. Biasa aja lah, biasa. Tapi saya diberi dari Polda dari Polri. Ya dipake,” katanya.

Mengenai maksud bantuan tambahan yang diberikan kepadanya, Jokowi mengungkapkan, hanya untuk keamanan semata. Sehingga, tidak ada alasan untuk menolak bantuan dari Polda.

“Ya untuk keamanan gitu aja. Ditambah kemarin. Untuk pengamanan ya saya terima aja. Tapi apa saya berubah, saya biasa aja,” tutupnya.

Jokowi tidak khawatir jika memang benar ancaman itu menghampiri dirinya. Dia mengatakan merasa aman karena selama ini selalu mendapat pengamanan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

“Satpol PP yang jaga saya banyak, ada 7000 Satpol PP,” kata Jokowi usai upacara peringatan HUT Satpol PP DKI Jakarta ke-64, dan HUT Satlinmas ke-52, di lapangan Silang Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (27/3) lalu.

 

SUDUTKAN PRABOWO

Merebaknya isu rencana pembunuhan terhadap capres PDIP, Joko Widodo (Jokowi) diduga sebagai upaya menggiring wacana untuk menyudutkan Prabowo Subianto. Hal ini dimaksudkan, agar capres Partai Gerindra itu, dituding sebagai aktor intelektualnya.

“Setelah mencermati makin derasnya isu pembunuhan terhadap Jokowi itu, saya menduga ada upaya menggiring wacana bahwa Prabowo Subianto sebagai aktor intelektualnya. Saya yakin isu ini sengaja dikembangkan untuk menyudutkan Prabowo,” kata Sekjen DPP Partai Republik, Heru B Arifin dalam rilis, Selasa (1/4).

Menurutnya, ada pihak ketiga yang dengan sengaja ingin menggagalkan kemenangan Prabowo pada dalam Pilpres 2014 nanti.

“Ada sejumlah indikator penting yang diciptakan, agar Prabowo gagal menjadi presiden. Prabowo ‘digergaji’ dari luar dan dalam,” ungkapnya.

Ada beberapa faktor untuk sengaja terus mengembuskan isu tersebut. Pertama, sabotase PDIP. Dengan begitu ada yang sengaja menciptakan, agar Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri mengkhianati perjanjian Batu Tulis yang disepakatinya dengan Prabowo pada 2009.

“Sesuai perjanjian, seharusnya PDIP mendukung Prabowo sebagai capres pada Pemilu 2014 ini. Itu komitmen politik yang harus dipatuhi PDIP. Tapi dengan berbagai alasan, ada yang menggiring agar PDIP mengingkari perjanjian ini,” ungkap Heru.

Faktor kedua, yakni memunculkan Jokowi sebagai capres dan mengkhianati komitmen yang dibangun antara Prabowo dan Jokowi. “Yang membawa Jokowi maju sebagai Gubernur DKI adalah Prabowo. Komitmennya agar Jokowi mendukung Prabowo sebagai capres. Ada pihak-pihak yang kemudian memutarbalikkan fakta-fakta ini, sehingga Jokowi menciderai komitmennya sendiri,” ujarnya.

Faktor ketiga, ancaman pembunuhan Jokowi untuk menyudutkan Prabowo dengan alasan sebagai pihak yang ingin balas dendam akibat dikhianati. “Skenario pembunuhan ini ternyata dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu agar semua orang menuding Prabowo sebagai pelakunya. Motifnya balas dendam akibat dikhianati Megawati dalam perjanjian Batu Tulis dan dikhianati Jokowi,” imbuh Heru.

Heru sangat berharap ancaman pembunuhan terhadap Jokowi tidak terjadi. Ia meyakini kabar ini dikembangkan untuk mengadu domba kepentingan dalam negeri, agar asing bisa leluasa mengatur pemerintahan ke depan. “Ini bagian dari konspirasi asing untuk terus menguasai Indonesia,” tandasnya.

Seperti diberitakan, Presiden SBY dalam rapat paripurna kabinet, telah menginstruksikan aparat kepolisian untuk bekerja serius menjaga keamanan selama pelaksanaan Pemilu 2014. Tidak hanya bagi caleg parpol, melainkan juga bagi capres. Hal itu dilakukan, agar caleg dan capres bisa menyampaikan visi misi dan debat dengan suasana aman, serta bebas dari ancaman dan intimidasi.(bbs/net/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/