25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Selo Dikembangkan Lagi, tapi dengan Malaysia

SELO: Prototype mobil listrik buatan asli Indonesia "Selo" di pamerkan dalam acara Palembang Auto show Sumeks Session 2 di gelar di hotel Aryaduta Palembang, beberapa waktu lalu.
SELO: Prototype mobil listrik buatan asli Indonesia “Selo” di pamerkan dalam acara Palembang Auto show Sumeks Session 2 di gelar di hotel Aryaduta Palembang, beberapa waktu lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Hasrat Ricky Elson membangun mobil listrik untuk Indonesia masih terus menyala. Dia berencana melanjutkan proyek tersebut. Namun kali ini dilakukan bersama investor dari Malaysia. Agar tetap bermanfaat bagi Indonesia, Ricky minta proses pembuatannya dilakukan di dalam negeri.

Saat dihubungi kemarin (1/9), Ricky membenarkan rencana pengembangan next generation Selo (nama mobil listrik yang pernah dibuat Ricky). Namun, dia belum bisa berbicara banyak karena rencana itu masih dimatangkan. Dia juga tak mau menyebut kapan pengerjaan proyek itu kembali dilakukan.

“Soal kontrak masih rahasia. Kami sih mengalir saja, kalau bisa pengerjaannya cepat ya Alhamdulilah,” ujar pria asal Padang, Sumatera Barat itu mengaku sebagai engineer dirinya harus terus berkarya.

Mobil listrik yang telah dibuatnya dua tahun lalu untuk Indonesia bukan sekedar untuk lihat. “Kami juga tidak bisa terus meratapi masalah, seperti ijin yang tak kunjung ada dan sebagainya,” kata Ricky.

Rencana pengembangan mobil listrik itu sebenarnya diungkap Ricky dalam status facebooknya berjudul, “Jangan Bilang Ini Tak Cinta. Seperti judulnya, status itu mengambarkan kegalauan Ricky meneruskan proyek mobil listrik di dalam negeri.

Di satu sisi dia tidak ingin dianggap tak nasionalis dengan ‘menjual diri’ ke negara tetangga. Namun di sisi lain ada tawaran dari seseorang dari Kuala Lumpur, Malaysia yang ingin mengembangkan mobil listrik bersama Ricky dan timnya. Pembicaraan antara Ricky dan seseorang di Kuala Lumpur itu bahkan disebut sejak delapan bulan lalu.

Jika proyek itu terlaksana, Ricky tetap ingin pengerjaannya dilakukan di Indonesia. Tujuannya tentu agar masih ada yang bisa disumbangkan untuk tanah airnya. “Kami harus tetap melanjutkan karya ini. Meski ini jalan berputar untuk negri kami kelak, Meski pahit,” tulis pria kelahiran 11 Juni 1980 itu.

Ricky Elson merupakan ahli dalam teknologi motor penggerak listrik. Dia pernah merancang beberapa mobil listrik, termasuk Selo. Mobil karya Ricky dan timnya juga pernah dipamerkan di KTT APEC, 2013 silam.

Melihat kemampuan Ricky, Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan memintanya mengembangkan mobil listrik yang lain. Ketika itu Ricky dikolaborasikan dengan praktisi lainnya. Mulai Kementerian Riset dan Teknologi, lembaga penelitian dan hingga beberapa universitas.

Sayangnya proyek itu menemui sejumlah hambatan. Gairah pengembangan mobil listrik di Indonesia pun makin hari surut seiring perkara yang membelit Dasep Ahmadi.

Pria yang mengembangkan sejumlah kendaraan listrik itu kini menjadi tersangka dan ditahan oleh Kejaksaan Agung. Dasep dijerat perkara pembuatan prototype mobil listrik untuk sejumlah perusahaan BUMN.

Sementara itu, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristekdikti Muhamad Dimyati mengatakan, masyarakat perlu membedakan antara riset nasional yang didanai uang negara dengan riset nasional yang murni dilakukan individu-individu.

Khusus untuk mobil listrik Selo yang dibuat dan dikembangkan oleh Ricky Elson, merupakan hasil riset pribadi. Sehingga Ricky sebagai peneliti, berhak melakukan kerjasama dengan pihak manapun. Termasuk pihak-pihak dari luar negeri. Kerjasama antara periset nasional dengan industri luar negeri, sudah jamak terjadi selama ini.

Namun meskipun begitu, Dimyati mengatakan apakah benar bahwa penelitian mobil listrik Selo oleh Ricky itu benar-benar tanpa menggunakan APBN. Kalaupun tidak menggunakan uang APBN, apakah selama penelitiannya sama sekali tidak menggunakaan atau memanfaatkan fasilitas negara.

Dimyati menjelaskan sebagai anak bangsa, Ricky tidak akan begitu saja melepas karyanya itu pihak asing.  “Tidak akan semudah itu. Pasti ada rasa cinta tanah air,” jelasnya. Menurutnya perkara ini bakal lebih mengutamakan aspek etika ketimbang urusan hak sebagai inovator atau peneliti.

Ada dugaan Ricky membuka diri bekerja sama dengan luar negeri karena tidak mendapatkan respon baik dari pemerintah. Dimyati lantas meluruskan dugaan itu. “Respon seperti apa yang diminta. Apakah Ricky pernah mengkomunikasikan penelitiannya itu kepada Kemenristekdikti,” katanya.

Ia menjelaskan Kemenristekdikti memiliki beragam skenario kerjasama dengan peneliti untuk mengembangkan hasil riset. Salah satunya adalah pendirian techno-park di banyak tempat. Dengan adanya techno-park ini, peneliti bisa mengembangkan karya penelitiannya. Bahkan di taman teknologi itu, karya peneliti bisa dikelola hingga berwujud barah produksi masal. “Kadang ada rasa tidak sabar juga,” jelas dia. (gun/wan/JPG)

SELO: Prototype mobil listrik buatan asli Indonesia "Selo" di pamerkan dalam acara Palembang Auto show Sumeks Session 2 di gelar di hotel Aryaduta Palembang, beberapa waktu lalu.
SELO: Prototype mobil listrik buatan asli Indonesia “Selo” di pamerkan dalam acara Palembang Auto show Sumeks Session 2 di gelar di hotel Aryaduta Palembang, beberapa waktu lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Hasrat Ricky Elson membangun mobil listrik untuk Indonesia masih terus menyala. Dia berencana melanjutkan proyek tersebut. Namun kali ini dilakukan bersama investor dari Malaysia. Agar tetap bermanfaat bagi Indonesia, Ricky minta proses pembuatannya dilakukan di dalam negeri.

Saat dihubungi kemarin (1/9), Ricky membenarkan rencana pengembangan next generation Selo (nama mobil listrik yang pernah dibuat Ricky). Namun, dia belum bisa berbicara banyak karena rencana itu masih dimatangkan. Dia juga tak mau menyebut kapan pengerjaan proyek itu kembali dilakukan.

“Soal kontrak masih rahasia. Kami sih mengalir saja, kalau bisa pengerjaannya cepat ya Alhamdulilah,” ujar pria asal Padang, Sumatera Barat itu mengaku sebagai engineer dirinya harus terus berkarya.

Mobil listrik yang telah dibuatnya dua tahun lalu untuk Indonesia bukan sekedar untuk lihat. “Kami juga tidak bisa terus meratapi masalah, seperti ijin yang tak kunjung ada dan sebagainya,” kata Ricky.

Rencana pengembangan mobil listrik itu sebenarnya diungkap Ricky dalam status facebooknya berjudul, “Jangan Bilang Ini Tak Cinta. Seperti judulnya, status itu mengambarkan kegalauan Ricky meneruskan proyek mobil listrik di dalam negeri.

Di satu sisi dia tidak ingin dianggap tak nasionalis dengan ‘menjual diri’ ke negara tetangga. Namun di sisi lain ada tawaran dari seseorang dari Kuala Lumpur, Malaysia yang ingin mengembangkan mobil listrik bersama Ricky dan timnya. Pembicaraan antara Ricky dan seseorang di Kuala Lumpur itu bahkan disebut sejak delapan bulan lalu.

Jika proyek itu terlaksana, Ricky tetap ingin pengerjaannya dilakukan di Indonesia. Tujuannya tentu agar masih ada yang bisa disumbangkan untuk tanah airnya. “Kami harus tetap melanjutkan karya ini. Meski ini jalan berputar untuk negri kami kelak, Meski pahit,” tulis pria kelahiran 11 Juni 1980 itu.

Ricky Elson merupakan ahli dalam teknologi motor penggerak listrik. Dia pernah merancang beberapa mobil listrik, termasuk Selo. Mobil karya Ricky dan timnya juga pernah dipamerkan di KTT APEC, 2013 silam.

Melihat kemampuan Ricky, Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan memintanya mengembangkan mobil listrik yang lain. Ketika itu Ricky dikolaborasikan dengan praktisi lainnya. Mulai Kementerian Riset dan Teknologi, lembaga penelitian dan hingga beberapa universitas.

Sayangnya proyek itu menemui sejumlah hambatan. Gairah pengembangan mobil listrik di Indonesia pun makin hari surut seiring perkara yang membelit Dasep Ahmadi.

Pria yang mengembangkan sejumlah kendaraan listrik itu kini menjadi tersangka dan ditahan oleh Kejaksaan Agung. Dasep dijerat perkara pembuatan prototype mobil listrik untuk sejumlah perusahaan BUMN.

Sementara itu, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristekdikti Muhamad Dimyati mengatakan, masyarakat perlu membedakan antara riset nasional yang didanai uang negara dengan riset nasional yang murni dilakukan individu-individu.

Khusus untuk mobil listrik Selo yang dibuat dan dikembangkan oleh Ricky Elson, merupakan hasil riset pribadi. Sehingga Ricky sebagai peneliti, berhak melakukan kerjasama dengan pihak manapun. Termasuk pihak-pihak dari luar negeri. Kerjasama antara periset nasional dengan industri luar negeri, sudah jamak terjadi selama ini.

Namun meskipun begitu, Dimyati mengatakan apakah benar bahwa penelitian mobil listrik Selo oleh Ricky itu benar-benar tanpa menggunakan APBN. Kalaupun tidak menggunakan uang APBN, apakah selama penelitiannya sama sekali tidak menggunakaan atau memanfaatkan fasilitas negara.

Dimyati menjelaskan sebagai anak bangsa, Ricky tidak akan begitu saja melepas karyanya itu pihak asing.  “Tidak akan semudah itu. Pasti ada rasa cinta tanah air,” jelasnya. Menurutnya perkara ini bakal lebih mengutamakan aspek etika ketimbang urusan hak sebagai inovator atau peneliti.

Ada dugaan Ricky membuka diri bekerja sama dengan luar negeri karena tidak mendapatkan respon baik dari pemerintah. Dimyati lantas meluruskan dugaan itu. “Respon seperti apa yang diminta. Apakah Ricky pernah mengkomunikasikan penelitiannya itu kepada Kemenristekdikti,” katanya.

Ia menjelaskan Kemenristekdikti memiliki beragam skenario kerjasama dengan peneliti untuk mengembangkan hasil riset. Salah satunya adalah pendirian techno-park di banyak tempat. Dengan adanya techno-park ini, peneliti bisa mengembangkan karya penelitiannya. Bahkan di taman teknologi itu, karya peneliti bisa dikelola hingga berwujud barah produksi masal. “Kadang ada rasa tidak sabar juga,” jelas dia. (gun/wan/JPG)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/