32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Dicari! Penjual Tiket Hercules

DANIL SIREGAR/SUMUT POS - Sejumlah prajurit TNI mengangkat peti jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang jatuh, untuk diterbangkan dari Lanud Soewondo Medan, Kamis (2/7). Sebanyak 21 jenazah diterbangkan ke sejumlah daerah asal di antaranya Yogyakarta, Solo dan Pekanbaru.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Sejumlah prajurit TNI mengangkat peti jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang jatuh, untuk diterbangkan dari Lanud Soewondo Medan, Kamis (2/7). Sebanyak 21 jenazah diterbangkan ke sejumlah daerah asal di antaranya Yogyakarta, Solo dan Pekanbaru.

SUMUTPOS.CO- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) bersikukuh bahwa dugaan penyebab kecelakaan yang paling besar kemungkinannya adalah matinya salah satu di antara empat mesin pesawat. Selain itu, dalam kondisi satu mesinnya mati dengan posisi kecepatan masih rendah, pesawat menabrak antena radio Joy FM milik Sekolah Bethany Medan. Melalui Kadispenau Marsma Dwi Badarmanto, TNI-AU menyebutkan, andai tidak menabrak antena, pesawat bisa naik lagi dan kembali ke landasan Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, Medan.

Argumentasi TNI-AU bisa saja benar. Tapi, berdasar penelusuran Jawa Pos di lapangan, ada temuan fakta yang memungkinkan argumentasi itu tidak selamanya tepat. Kemarin (3/7) Jawa Pos berusaha menelusuri lokasi antena yang tertabrak pesawat. Antena tersebut terletak di bagian belakang sekolah. Posisi antena berdiri di atas bangunan empat lantai.

Tinggi bangunan berkisar 16 meter, sedangkan tinggi antena sekitar 15 meter. Antena tidak terlalu besar. Hanya terbuat dari tiga besi yang masing-masing besarnya seukuran jari jempol orang dewasa. Jika dihitung bersama ketinggian bangunan, tingginya 31 meteran. Berdasar pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), antena itu patah menjadi tiga. Satu bagian sudah diturunkan, satu berdiri tegak, dan satu lagi tergelantung di atas gedung.

“Sebelum menabrak antena, pesawatnya terbang sangat rendah,” cerita Herlina Ginting. Pemilik Glory Sukses Motor yang gedungnya bersebelahan dengan Sekolah Bethany Medan itu melihat jelas pesawat tersebut. Sebab, saat itu dia duduk di bagian depan dilernya.”Pesawatnya terbang hanya beberapa meter di atas bangunan di depan itu,” ucap perempuan 52 tahun tersebut sembari menunjuk gedung berlantai tiga di seberang dilernya. Herlina tidak pernah melihat pesawat terbang serendah itu di sekitar dilernya.”

DANIL SIREGAR/SUMUT POS - Sejumlah prajurit TNI mengangkat peti jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang jatuh, untuk diterbangkan dari Lanud Soewondo Medan, Kamis (2/7). Sebanyak 21 jenazah diterbangkan ke sejumlah daerah asal di antaranya Yogyakarta, Solo dan Pekanbaru.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Sejumlah prajurit TNI mengangkat peti jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang jatuh, untuk diterbangkan dari Lanud Soewondo Medan, Kamis (2/7). Sebanyak 21 jenazah diterbangkan ke sejumlah daerah asal di antaranya Yogyakarta, Solo dan Pekanbaru.

SUMUTPOS.CO- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) bersikukuh bahwa dugaan penyebab kecelakaan yang paling besar kemungkinannya adalah matinya salah satu di antara empat mesin pesawat. Selain itu, dalam kondisi satu mesinnya mati dengan posisi kecepatan masih rendah, pesawat menabrak antena radio Joy FM milik Sekolah Bethany Medan. Melalui Kadispenau Marsma Dwi Badarmanto, TNI-AU menyebutkan, andai tidak menabrak antena, pesawat bisa naik lagi dan kembali ke landasan Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, Medan.

Argumentasi TNI-AU bisa saja benar. Tapi, berdasar penelusuran Jawa Pos di lapangan, ada temuan fakta yang memungkinkan argumentasi itu tidak selamanya tepat. Kemarin (3/7) Jawa Pos berusaha menelusuri lokasi antena yang tertabrak pesawat. Antena tersebut terletak di bagian belakang sekolah. Posisi antena berdiri di atas bangunan empat lantai.

Tinggi bangunan berkisar 16 meter, sedangkan tinggi antena sekitar 15 meter. Antena tidak terlalu besar. Hanya terbuat dari tiga besi yang masing-masing besarnya seukuran jari jempol orang dewasa. Jika dihitung bersama ketinggian bangunan, tingginya 31 meteran. Berdasar pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), antena itu patah menjadi tiga. Satu bagian sudah diturunkan, satu berdiri tegak, dan satu lagi tergelantung di atas gedung.

“Sebelum menabrak antena, pesawatnya terbang sangat rendah,” cerita Herlina Ginting. Pemilik Glory Sukses Motor yang gedungnya bersebelahan dengan Sekolah Bethany Medan itu melihat jelas pesawat tersebut. Sebab, saat itu dia duduk di bagian depan dilernya.”Pesawatnya terbang hanya beberapa meter di atas bangunan di depan itu,” ucap perempuan 52 tahun tersebut sembari menunjuk gedung berlantai tiga di seberang dilernya. Herlina tidak pernah melihat pesawat terbang serendah itu di sekitar dilernya.”

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/