JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tenaga kesehatan menjadi salahsatu dari lima kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19, yang dijadwalkan akan digelar November ini. Bagaimana para nakes menyikapi posisinya sebagai kelompok prioritas?
“Sebagai petugas kesehatan, para perawat memahami cara sebuah vaksin dinyatakan aman. Yakni, jika diakui oleh BPOM (Balai Pengawas Obat dan Makanan). Asal BPOM memberi lampu hijau untuk sebuah vaksin, maka para perawat tidak akan ragu divaksin. Itu sesuai hasil komunikasi kami di grup PPNI,” kata Ketua Umum PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), Harif Fadhillah, S.Kp, SH.M.Kep, dalam diskusi online dengan tema ‘Menguji Transparansi Keamanan Vaksin Covid-19’ yang digelar AJI Indonesia, Rabu (4/11/2020).
Menurut Harif, berdasarkan pengalaman soal vaksin, para nakes tidak mempersoalkan vaksinasi Covid-19 selama BPOM sebagai lembaga berwenang, menyatakan aman. “Jika BPOM menyatakan aman, maka nakes umumnya yes,” cetusnya.
Ia mengakui, pandemi Covid-19 memang tak hanya bisa diatasi dengan vaksinasi, tetapi juga dengan obat dan perilaku. Namun vaksin itu penting sebagai langkah pencegahan dan solusi mengurangi populasi yang terinfeksi virus. Karena itu, para perawat yang tergabung di PPNI mendukung dan mendorong pemerintah menyediakan vaksin yang sudah lolos uji bagi para nakes dan seluruh rakyat Indonesia.
“Tidak masuk akal jika pemerintah dituding gegabah soal vaksin. Karena kelima kelompok prioritas itu, yakni tenaga kesehatan, TNI/Polri, tenaga pendidik, aparatur pemerintah, dan peserta BPJS PBI, adalah kelompok penting dan berperan luar biasa dalam masyarakat. Tak mungkin garda terdepan itu dibiarkan tumbang. Karena itu, sebaiknya jangan terlalu banyak komen soal vaksin. Tunggu saja hasil BPOM. Jika BPOM yes, artinya aman,” katanya tegas.
Meski demikian, ia mengapresiasi hasil survey yang digelar Koalisi Warga LaporCovid19.org, yang dikoordinir Irma Hidayana, PhD, MPH, yang menyebutkan mayoritas responden mereka mengaku ragu-ragu tentang vaksinasi Covid-19.
“Terima kasih untuk hasil surveynya. Tetapi mungkin perlu digali, sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang vaksin. Apakah masyarakat memahami vaksin sebagai upaya pencegahan virus? Perlu memberi pemahaman yang jernih tentang vaksin kepada masyarakat,” katanya. (mea)