31.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Paus Sperma Mati Terdampar di Ujung Sumatera

Foto: ZULKARNAINI/RAKYAT ACEH/JPG Warga menaiki bangkai paus yang terdampar di peraian Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Kamis (4/8). Paus sepanjang sekitar tujuh meter tersebut ditemukan nelayan setempat terdampar dalam kondisi sudah mati, namun belum diketahui penyebab kematian dan terdamparnya paus tersebut.
Foto: ZULKARNAINI/RAKYAT ACEH/JPG
Warga menaiki bangkai paus yang terdampar di peraian Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Kamis (4/8). Paus sepanjang sekitar tujuh meter tersebut ditemukan nelayan setempat terdampar dalam kondisi sudah mati, namun belum diketahui penyebab kematian dan terdamparnya paus tersebut.

BANDA ACEH, SUMUTPOS.CO – Riak ombak Pantai Desa Baet, Syiah Kuala, Banda Aceh yang selalu menawarkan pesona, tiba-tiba muncul seekor paus sperma. Ikan yang juga sering disebut paus kepala kotak (Physeter macrocephalus) ditemukan terdampar dan mati, Kamis (4/8).

Kendati telah diotopsi tim Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, belum juga diketahui penyebab kematian paus sperma tersebut di ujung pulau Sumatera itu.

“Semula ada dua ekor paus, tetapi yang satu berhasil kembali ke laut. Satu lagi akhirnya mati,” kata Kepala Satuan Kerja Pengawasan dan Sumber Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Bustami, di Banda Aceh kepada Rakyat Aceh (Group SUMUTPOS.CO), kemarin.

Memang ada dugaan, perubahan cuaca menyebabkan paus itu mati hingga terdampar di pantai tersebut. Sejumlah saksi mata menyebutkan, awalnya ikan raksasa tersebut berjumlah dua ekor. Namun satunya berhasil kembali ke laut.

Hingga kemarin sore, bangkai paus sepanjang delapan meter itu masih di tepi pantai tersebut. Belum ada kepastian apakah di kubur atau ditarik ke laut. Informasi terdamparnya paus, segera tersebar luas di media sosial hingga ratusan warga Banda Aceh terus berdatangan ke lokasi melihat langsung dan mendokumentasikan momen langka tersebut.

Menurutnya, bakteri yang terkandung pada ikan paus jenis sperma ini, jangankan untuk dikonsumsi manusia, disentuh saja bila ikan paus itu sudah mati bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.

“Jangankan manusia makan, anjing makan saja bisa berbahaya kalau paus tersebut sudah mati,” tukasnya.

Katanya, sesuai dengan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) penanganan bangkai paus sperma ini yang sudah mati, yaitu ada dua langkah yang bisa dilakukan, pertama ditenggelamkan dan opsi kedua dikuburkan. Bila lama berada di pinggir pantai, bisa saja meledak dan bakteri cepat menyebar.

“Kalau menunggu lama bisa meletus, bakterinya bisa bertebar. Kalau bisa tidak ada yang menyentuh dari sekarang,” katanya.

Untuk saat ini, aparat keamanan sedang berjaga-jaga di lokasi itu untuk mengawasi masyarakat karena tempat tersebut berbahaya.

M. Nasir, warga Alue Naga mengatakan, para nelayan sekitar berencana akan menarik bangkai paus setelah air laut surut. Saat ini masih menunggu koordinasi dengan pihak terkait.

“Yang terdampar ini jenis paus sperma, pertama sekali diketahui nelayan setempat pada Rabu malam sekitar pukul 22.00 WIB. Pihak kepolisian dan TNI kemudian berjaga-jaga di lokasi. Hingga kini warga terus berdatangan untuk mengabadikan bangkai paus tersebut,”katanya.

Menurut Nasir, pada sore kemarin ada warga yang melihat dua paus di laut Alue Naga. Satu lagi kembali ke tengah laut dan satu mati terdampar. “Kami belum tahu penyebab paus ini mati dan terdampar di sini,” jelasnya.

PAUS KEDUA
Terdamparnya paus Sperma tersebut merupakan kasus kedua. November tahun lalu, nelayan menemukan seekor ekor paus di perairan Pulau Seulako, Sabang. Jenisnya paus biru (blue whale) ditaksir panjang mencapai tujuh meter dan lebar tiga meter, diperkirakan mati akibat tertabrak kapal. Setelah diotopsi, paus ditarik kembali ke laut oleh petugas PSDKP Sabang untuk kemudian ditenggelamkan. (ibi/mai/min/yaa)

Foto: ZULKARNAINI/RAKYAT ACEH/JPG Warga menaiki bangkai paus yang terdampar di peraian Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Kamis (4/8). Paus sepanjang sekitar tujuh meter tersebut ditemukan nelayan setempat terdampar dalam kondisi sudah mati, namun belum diketahui penyebab kematian dan terdamparnya paus tersebut.
Foto: ZULKARNAINI/RAKYAT ACEH/JPG
Warga menaiki bangkai paus yang terdampar di peraian Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Kamis (4/8). Paus sepanjang sekitar tujuh meter tersebut ditemukan nelayan setempat terdampar dalam kondisi sudah mati, namun belum diketahui penyebab kematian dan terdamparnya paus tersebut.

BANDA ACEH, SUMUTPOS.CO – Riak ombak Pantai Desa Baet, Syiah Kuala, Banda Aceh yang selalu menawarkan pesona, tiba-tiba muncul seekor paus sperma. Ikan yang juga sering disebut paus kepala kotak (Physeter macrocephalus) ditemukan terdampar dan mati, Kamis (4/8).

Kendati telah diotopsi tim Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, belum juga diketahui penyebab kematian paus sperma tersebut di ujung pulau Sumatera itu.

“Semula ada dua ekor paus, tetapi yang satu berhasil kembali ke laut. Satu lagi akhirnya mati,” kata Kepala Satuan Kerja Pengawasan dan Sumber Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Bustami, di Banda Aceh kepada Rakyat Aceh (Group SUMUTPOS.CO), kemarin.

Memang ada dugaan, perubahan cuaca menyebabkan paus itu mati hingga terdampar di pantai tersebut. Sejumlah saksi mata menyebutkan, awalnya ikan raksasa tersebut berjumlah dua ekor. Namun satunya berhasil kembali ke laut.

Hingga kemarin sore, bangkai paus sepanjang delapan meter itu masih di tepi pantai tersebut. Belum ada kepastian apakah di kubur atau ditarik ke laut. Informasi terdamparnya paus, segera tersebar luas di media sosial hingga ratusan warga Banda Aceh terus berdatangan ke lokasi melihat langsung dan mendokumentasikan momen langka tersebut.

Menurutnya, bakteri yang terkandung pada ikan paus jenis sperma ini, jangankan untuk dikonsumsi manusia, disentuh saja bila ikan paus itu sudah mati bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.

“Jangankan manusia makan, anjing makan saja bisa berbahaya kalau paus tersebut sudah mati,” tukasnya.

Katanya, sesuai dengan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) penanganan bangkai paus sperma ini yang sudah mati, yaitu ada dua langkah yang bisa dilakukan, pertama ditenggelamkan dan opsi kedua dikuburkan. Bila lama berada di pinggir pantai, bisa saja meledak dan bakteri cepat menyebar.

“Kalau menunggu lama bisa meletus, bakterinya bisa bertebar. Kalau bisa tidak ada yang menyentuh dari sekarang,” katanya.

Untuk saat ini, aparat keamanan sedang berjaga-jaga di lokasi itu untuk mengawasi masyarakat karena tempat tersebut berbahaya.

M. Nasir, warga Alue Naga mengatakan, para nelayan sekitar berencana akan menarik bangkai paus setelah air laut surut. Saat ini masih menunggu koordinasi dengan pihak terkait.

“Yang terdampar ini jenis paus sperma, pertama sekali diketahui nelayan setempat pada Rabu malam sekitar pukul 22.00 WIB. Pihak kepolisian dan TNI kemudian berjaga-jaga di lokasi. Hingga kini warga terus berdatangan untuk mengabadikan bangkai paus tersebut,”katanya.

Menurut Nasir, pada sore kemarin ada warga yang melihat dua paus di laut Alue Naga. Satu lagi kembali ke tengah laut dan satu mati terdampar. “Kami belum tahu penyebab paus ini mati dan terdampar di sini,” jelasnya.

PAUS KEDUA
Terdamparnya paus Sperma tersebut merupakan kasus kedua. November tahun lalu, nelayan menemukan seekor ekor paus di perairan Pulau Seulako, Sabang. Jenisnya paus biru (blue whale) ditaksir panjang mencapai tujuh meter dan lebar tiga meter, diperkirakan mati akibat tertabrak kapal. Setelah diotopsi, paus ditarik kembali ke laut oleh petugas PSDKP Sabang untuk kemudian ditenggelamkan. (ibi/mai/min/yaa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/