31.7 C
Medan
Thursday, May 30, 2024

KA Turangga dan Bandung Raya Laga Kambing, 4 Kru Meninggal

SUMUTPOS.CO – Butuh waktu sekitar 30 detik sebelum KA Turangga benar-benar berhenti. Tapi, tetap saja suara benturan keras terjadi.

DALAM video yang ramai beredar di berbagai platform, kemarin (5/1), tak terlihat secara gamblang “adu banteng” antara KA Turangga yang berangkat dari Surabaya menuju Bandung dengan KA Commuterline Bandung Raya, tak jauh dari Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung, kemarin pagi pukul 06.03 tersebut. Yang jelas, dampak insiden yang terjadi sekitar 800 meter dari Stadium Cicalengka itu, empat kru KA meninggal. Sedangkan 287 penumpang Turangga serta 191 penumpang Bandung Raya selamat.

Tiga korban meninggal dari Bandung Raya, masing-masing Masinis Julian Dwi Setiyono dan Ponisam serta Enjang Yudi, petugas keamanan Stasiun Cimekar yang sedang turun tugas. Sedangkan satu korban wafat di Turangga adalah Ardiansyah, pramugara.

Korban luka-luka mencapai 33 orang dan harus dilarikan ke rumah sakit. Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menyebut tim investigator sudah turun ke lokasi. Tim tersebut terdiri dari perwakilan KAI dan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). “Tim masih mengecek lokasi dan mengumpulkan bukti-bukti serta meminta keterangan,” kata Aditia.

Belum diketahui, apakah kecelakaan itu karena persoalan sinyal mekanik atau lainnya. Padahal, tiap pagi, semua kereta malam yang berangkat dari timur masuk ke Bandung. Di antaranya Mutiara Selatan, Argo Wilis, dan Turangga.

Sejumlah sumber mengatakan, kalau melihat jamnya, mestinya Bandung Raya berhenti dulu sebelum Stasiun Cicalengka, yakni di Stasiun Haurpugur. Itu untuk memberi jalan kepada Turangga yang tidak berhenti di Cicalengka dan langsung menuju Bandung. Jadi, semestinya sudah jadi rutinitas.

Pertanyaan besarnya tentu, kenapa kemarin pagi Bandung Raya bisa “lolos” sampai mendekati Stasiun Cicalengka saat Turangga belum lewat?

Sejak Oktober tahun lalu, ada sejumlah kejadian menonjol melibatkan kereta api. Di antaranya pada 17 Oktober, KA Argo Semeru tujuan Jakarta anjlok di Kulonprogo, Jogjakarta, dan terserempet KA Argo Wilis. Tak ada korban jiwa, tapi berdampak pada perjalanan tujuh kereta lain.

Sebulan kemudian, KA Probowangi relasi Banyuwangi-Surabaya menabrak minibus fi sebuah perlintasan tanpa palang pintu di Lumajang. Sebanyak 11 orang yang berada di minibus tewas.

Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombespol Ibrahim Tompo menyebut, dari empat korban meninggal, kedua masinis bisa dievakuasi cepat. Tapi, evakuasi dua korban meninggal lainnya butuh waktu lama. “Terhadang material kereta,” katanya seperti dikutip dari Radar Bandung (grup Sumut Pos).

Adapun PT KAI terus melakukan evakuasi terhadap eks rangkaian kereta yang masih berada di lokasi kecelakan. “Saat ini, KAI telah berhasil mengevakuasi delapan unit kereta Turangga dan enam unit kereta Commuterline Bandung Raya. Sehingga yang masih tersisa di lokasi kejadian yaitu dua unit lokomotif dan empat unit kereta,” ujar VP Public Relations KAI Joni Martinus kemarin sore.

Dalam proses evakuasi tersebut 200 personel dikerahkan. Tim tersebut berasal dari tim KAI, KAI Commuter, BTP wilayah Jabar Kemenhub, Basarnas, dan pemangku kepentingan terkait. “Selama proses evakuasi berlangsung, perjalanan KA-KA yang akan melintas di wilayah Haurpugur – Cicalengka dilakukan upaya rekayasa pola operasi berupa jalan memutar dan pengalihan menggunakan angkutan lain,” kata Joni.

Pengalihan dilakukan di Stasiun Kroya, Cilacap, Jawa Tengah. KA menuju Bandung diarahkan ke Cirebon, lalu menuju Cikampek, sebelum ke Bandung.

KAI juga memberikan kompensasi kepada penumpang yang terdampak atas kecelakaan tersebut. Termasuk mereka yang mengalami keterlambatan.

Kemarin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau langsung lokasi kecelakaan. Muhadjir mengatakan, segenap jajaran terkait telah memaksimalkan upaya yang harus dilakukan untuk mengevakuasi para korban, baik yang meninggal maupun mengalami luka-luka. “Yang kita utamakan adalah penumpang, keselamatan penumpang harus diutamakan,” ujar Muhadjir.

Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin bersama Kapolda Jabar Irjenpol Ahmad Wiyagus dan Pangdam III/Siliwangi Mayjen Erwin Djatniko juga meninjau langsung lokasi kecelakaan. Pada kesempatan itu Bey menyatakan pemerintah menyiapkan enam tempat perawatan, yakni RSUD Cicalengka, Puskesmas Cicalengka, Puskesmas Rancaekek, RS AMC, RS Harapan Keluarga, dan RSKK Jabar. “Saya mengapresiasi pada PT KAI, BASARNAS, dan TNI/Polri atas kecepatan dalam penanganan kasus ini. Semua penumpang sudah diangkut,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amim meminta ke depan petugas yang secara teknis mengatur perjalanan kereta api harus betul-betul teliti. Sebab, menyangkut keselamatan dan nyawa penumpang. Termasuk juga kerugian material lainnya.

Menurut Ma’ruf perjalanan kereta api berbeda dengan perjalanan kendaraan di jalan raya. Kendaraan di jalan raya berjalan tanpa ada batasnya. Berbeda dengan mereta api yang melaju di rel. “Ada relnya. Relnya itu ada pengaturannya kan,” katanya.

Untuk itu, dia meminta kasus kecelakaan antara KA Turangga dengan KA Bandung Raya harus ditelusuri lebih dalam. Supaya diketahui penyebabnya. Kenapa sampai terjadi pengaturan jalur kereta api sampai tidak sinkron sehingga memicu kecelakaan adu banteng.

Mantan Ketua Umum MUI itu menegaskan perlu dikoreksi di mana letak kesalahannya. “Apakah manusia atau human error. Atau ada yang (salah) pengaturan teknisnya,” katanya.

 

Jangan Cuma Fokus Tambah Kereta Mahal

PT KAI (Kereta Api Indonesia) diminta menambah komitmen di sektor keselamatan. Tidak hanya fokus menambah kereta-kereta eksklusif nan mahal. “Harapannya, ini jadi pembelajaran terakhir bagi PT KAI untuk fokus pada keselamatan. Kereta-kereta mahal mungkin lebih baik dikurangi, lalu konsentrasi untuk pengembangan kereta yang berkeselamatan,” ujar pengamat transportasi Darmaningtyas kepada Jawa Pos (induk grup Sumut Pos), kemarin (5/1).

Menurut dia, fokus keselamatan harus jadi isu penting bagi manajemen KAI maupun Kementerian Perhubungan sebagai regulator. Apalagi, beberapa waktu terakhir ada sejumlah insiden menonjol yang melibatkan kereta api.

Di sisi lain, pakar transportasi ITB Sony Sulaksono Wibowo menilai adanya jalur tunggal (single track) di jalur kereta api Indonesia membuat jalur itu rawan kecelakaan. ’’Dalam prosedur kereta api, untuk single track, kereta api harus bergantian. Kereta yang jadi prioritas itu biasanya Turangga. Nanti kereta api lokal masuk ke salah satu emplasemen di stasiun terdekat, menunggu kereta Turangga lewat, baru kereta lokal masuk ke jalur utama,’’ tuturnya.

Sony mengatakan, tabrakan kereta api di jalur yang sama bisa terjadi karena masalah sinyal, komunikasi, dan sebagainya. ’’Ada kemungkinan miskomunikasi. Apakah salah dari sinyal, salah masinisnya, atau salah dari isyaratnya. Karena ada komunikasi lewat sinyal dan lewat isyarat,’’ ujarnya.

Terkait kecelakaan itu, Sony berharap segera dibangun jalur ganda (double track) agar tidak terjadi insiden serupa. ’’Memang harus disegerakan pembangunan (double track) jalur selatan. Yang sudah double track baru jalur utara. Jalur selatan sempat tertunda. Karena bagaimanapun kereta api masih jadi angkutan favorit untuk jarak jauh, terutama saat musim liburan,’’ paparnya.

Di sisi lain, dibutuhkan peningkatan dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah di lapangan terkait komunikasi. Mulai dari perbaikan sinyal hingga komunikasi isyarat di jalur yang masih single track. (wan/lyn/rup/agf/pra/rls/c18/ttg/jpg)

 

SUMUTPOS.CO – Butuh waktu sekitar 30 detik sebelum KA Turangga benar-benar berhenti. Tapi, tetap saja suara benturan keras terjadi.

DALAM video yang ramai beredar di berbagai platform, kemarin (5/1), tak terlihat secara gamblang “adu banteng” antara KA Turangga yang berangkat dari Surabaya menuju Bandung dengan KA Commuterline Bandung Raya, tak jauh dari Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung, kemarin pagi pukul 06.03 tersebut. Yang jelas, dampak insiden yang terjadi sekitar 800 meter dari Stadium Cicalengka itu, empat kru KA meninggal. Sedangkan 287 penumpang Turangga serta 191 penumpang Bandung Raya selamat.

Tiga korban meninggal dari Bandung Raya, masing-masing Masinis Julian Dwi Setiyono dan Ponisam serta Enjang Yudi, petugas keamanan Stasiun Cimekar yang sedang turun tugas. Sedangkan satu korban wafat di Turangga adalah Ardiansyah, pramugara.

Korban luka-luka mencapai 33 orang dan harus dilarikan ke rumah sakit. Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menyebut tim investigator sudah turun ke lokasi. Tim tersebut terdiri dari perwakilan KAI dan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). “Tim masih mengecek lokasi dan mengumpulkan bukti-bukti serta meminta keterangan,” kata Aditia.

Belum diketahui, apakah kecelakaan itu karena persoalan sinyal mekanik atau lainnya. Padahal, tiap pagi, semua kereta malam yang berangkat dari timur masuk ke Bandung. Di antaranya Mutiara Selatan, Argo Wilis, dan Turangga.

Sejumlah sumber mengatakan, kalau melihat jamnya, mestinya Bandung Raya berhenti dulu sebelum Stasiun Cicalengka, yakni di Stasiun Haurpugur. Itu untuk memberi jalan kepada Turangga yang tidak berhenti di Cicalengka dan langsung menuju Bandung. Jadi, semestinya sudah jadi rutinitas.

Pertanyaan besarnya tentu, kenapa kemarin pagi Bandung Raya bisa “lolos” sampai mendekati Stasiun Cicalengka saat Turangga belum lewat?

Sejak Oktober tahun lalu, ada sejumlah kejadian menonjol melibatkan kereta api. Di antaranya pada 17 Oktober, KA Argo Semeru tujuan Jakarta anjlok di Kulonprogo, Jogjakarta, dan terserempet KA Argo Wilis. Tak ada korban jiwa, tapi berdampak pada perjalanan tujuh kereta lain.

Sebulan kemudian, KA Probowangi relasi Banyuwangi-Surabaya menabrak minibus fi sebuah perlintasan tanpa palang pintu di Lumajang. Sebanyak 11 orang yang berada di minibus tewas.

Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombespol Ibrahim Tompo menyebut, dari empat korban meninggal, kedua masinis bisa dievakuasi cepat. Tapi, evakuasi dua korban meninggal lainnya butuh waktu lama. “Terhadang material kereta,” katanya seperti dikutip dari Radar Bandung (grup Sumut Pos).

Adapun PT KAI terus melakukan evakuasi terhadap eks rangkaian kereta yang masih berada di lokasi kecelakan. “Saat ini, KAI telah berhasil mengevakuasi delapan unit kereta Turangga dan enam unit kereta Commuterline Bandung Raya. Sehingga yang masih tersisa di lokasi kejadian yaitu dua unit lokomotif dan empat unit kereta,” ujar VP Public Relations KAI Joni Martinus kemarin sore.

Dalam proses evakuasi tersebut 200 personel dikerahkan. Tim tersebut berasal dari tim KAI, KAI Commuter, BTP wilayah Jabar Kemenhub, Basarnas, dan pemangku kepentingan terkait. “Selama proses evakuasi berlangsung, perjalanan KA-KA yang akan melintas di wilayah Haurpugur – Cicalengka dilakukan upaya rekayasa pola operasi berupa jalan memutar dan pengalihan menggunakan angkutan lain,” kata Joni.

Pengalihan dilakukan di Stasiun Kroya, Cilacap, Jawa Tengah. KA menuju Bandung diarahkan ke Cirebon, lalu menuju Cikampek, sebelum ke Bandung.

KAI juga memberikan kompensasi kepada penumpang yang terdampak atas kecelakaan tersebut. Termasuk mereka yang mengalami keterlambatan.

Kemarin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau langsung lokasi kecelakaan. Muhadjir mengatakan, segenap jajaran terkait telah memaksimalkan upaya yang harus dilakukan untuk mengevakuasi para korban, baik yang meninggal maupun mengalami luka-luka. “Yang kita utamakan adalah penumpang, keselamatan penumpang harus diutamakan,” ujar Muhadjir.

Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin bersama Kapolda Jabar Irjenpol Ahmad Wiyagus dan Pangdam III/Siliwangi Mayjen Erwin Djatniko juga meninjau langsung lokasi kecelakaan. Pada kesempatan itu Bey menyatakan pemerintah menyiapkan enam tempat perawatan, yakni RSUD Cicalengka, Puskesmas Cicalengka, Puskesmas Rancaekek, RS AMC, RS Harapan Keluarga, dan RSKK Jabar. “Saya mengapresiasi pada PT KAI, BASARNAS, dan TNI/Polri atas kecepatan dalam penanganan kasus ini. Semua penumpang sudah diangkut,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amim meminta ke depan petugas yang secara teknis mengatur perjalanan kereta api harus betul-betul teliti. Sebab, menyangkut keselamatan dan nyawa penumpang. Termasuk juga kerugian material lainnya.

Menurut Ma’ruf perjalanan kereta api berbeda dengan perjalanan kendaraan di jalan raya. Kendaraan di jalan raya berjalan tanpa ada batasnya. Berbeda dengan mereta api yang melaju di rel. “Ada relnya. Relnya itu ada pengaturannya kan,” katanya.

Untuk itu, dia meminta kasus kecelakaan antara KA Turangga dengan KA Bandung Raya harus ditelusuri lebih dalam. Supaya diketahui penyebabnya. Kenapa sampai terjadi pengaturan jalur kereta api sampai tidak sinkron sehingga memicu kecelakaan adu banteng.

Mantan Ketua Umum MUI itu menegaskan perlu dikoreksi di mana letak kesalahannya. “Apakah manusia atau human error. Atau ada yang (salah) pengaturan teknisnya,” katanya.

 

Jangan Cuma Fokus Tambah Kereta Mahal

PT KAI (Kereta Api Indonesia) diminta menambah komitmen di sektor keselamatan. Tidak hanya fokus menambah kereta-kereta eksklusif nan mahal. “Harapannya, ini jadi pembelajaran terakhir bagi PT KAI untuk fokus pada keselamatan. Kereta-kereta mahal mungkin lebih baik dikurangi, lalu konsentrasi untuk pengembangan kereta yang berkeselamatan,” ujar pengamat transportasi Darmaningtyas kepada Jawa Pos (induk grup Sumut Pos), kemarin (5/1).

Menurut dia, fokus keselamatan harus jadi isu penting bagi manajemen KAI maupun Kementerian Perhubungan sebagai regulator. Apalagi, beberapa waktu terakhir ada sejumlah insiden menonjol yang melibatkan kereta api.

Di sisi lain, pakar transportasi ITB Sony Sulaksono Wibowo menilai adanya jalur tunggal (single track) di jalur kereta api Indonesia membuat jalur itu rawan kecelakaan. ’’Dalam prosedur kereta api, untuk single track, kereta api harus bergantian. Kereta yang jadi prioritas itu biasanya Turangga. Nanti kereta api lokal masuk ke salah satu emplasemen di stasiun terdekat, menunggu kereta Turangga lewat, baru kereta lokal masuk ke jalur utama,’’ tuturnya.

Sony mengatakan, tabrakan kereta api di jalur yang sama bisa terjadi karena masalah sinyal, komunikasi, dan sebagainya. ’’Ada kemungkinan miskomunikasi. Apakah salah dari sinyal, salah masinisnya, atau salah dari isyaratnya. Karena ada komunikasi lewat sinyal dan lewat isyarat,’’ ujarnya.

Terkait kecelakaan itu, Sony berharap segera dibangun jalur ganda (double track) agar tidak terjadi insiden serupa. ’’Memang harus disegerakan pembangunan (double track) jalur selatan. Yang sudah double track baru jalur utara. Jalur selatan sempat tertunda. Karena bagaimanapun kereta api masih jadi angkutan favorit untuk jarak jauh, terutama saat musim liburan,’’ paparnya.

Di sisi lain, dibutuhkan peningkatan dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah di lapangan terkait komunikasi. Mulai dari perbaikan sinyal hingga komunikasi isyarat di jalur yang masih single track. (wan/lyn/rup/agf/pra/rls/c18/ttg/jpg)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/