26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Menlu Kecewa Pemerintah Inggris Tidak Menutup Kantor OPM di Oxford

JAKARTA – Pembukaan kantor Organisasi Papua Merdeka (OPM) memang tidak menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia menyayangkan sikap pemerintah Inggris yang terkesan melakukan pembiaran terhadap pembukaan kantor gerakan separatis tersebut. Menlu Marty Natalegawa menyatakan, sikap pemerintah Inggris bertolak belakang dengan semangat persahabatan kedua negara.

“Kita menganggap ini sangat bertolak belakang dengan semangat persahabatan kedua negara dan agar mereka bisa betul-betul memahami betapa kita merasa sangat terusik, merasa sangat tidak menerima keadaan seperti ini,”tegasnya ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin (7/5).

Marty mengakui, pembukaan kantor tersebut mungkin sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga bisa dianggap legal. Namun, pemerintah Indonesia juga tidak bisa menerima jika pemerintah Inggris terkesan melakukan pembiaran terhadap sebuah gerakan separatis seperti OPM yang berpotensi mengancam keutuhan suatu negara, yang berbasis di negaranya.

“Mungkin dari pemerintah Inggris sudah sesuai dengan ketentuan (Pembukaan kantor). Namun permasalahannya apakah suatu negara yang memiliki hubungan bersahabat dengan baik apakah bisa membiarkan wilayahnya digunakan untuk keperluan yang sifatnya tidak bersahabat dengan negara lain, baik itu untuk tujuan separatis. Ini yang kita pertanyakan kepada Inggris,”urainya.

Karena itu, Marty menegaskan, pemerintah Indonesia tidak habis pikir dengan pemerintah Inggris yang bahkan tidak bisa mengelola sikap dari pemerintah daerah. Dalam hal ini kota Oxford. Seperti diketahui, tokoh OPM Benny Wenda mengundang Wali Kota Oxford Mohammad Niaz Abbasi, mantan Walikota Oxford Elise Benjamin dalam acara pembukaan Kantor OPM di Oxford, Inggris.(ken/jpnn)

JAKARTA – Pembukaan kantor Organisasi Papua Merdeka (OPM) memang tidak menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia menyayangkan sikap pemerintah Inggris yang terkesan melakukan pembiaran terhadap pembukaan kantor gerakan separatis tersebut. Menlu Marty Natalegawa menyatakan, sikap pemerintah Inggris bertolak belakang dengan semangat persahabatan kedua negara.

“Kita menganggap ini sangat bertolak belakang dengan semangat persahabatan kedua negara dan agar mereka bisa betul-betul memahami betapa kita merasa sangat terusik, merasa sangat tidak menerima keadaan seperti ini,”tegasnya ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin (7/5).

Marty mengakui, pembukaan kantor tersebut mungkin sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga bisa dianggap legal. Namun, pemerintah Indonesia juga tidak bisa menerima jika pemerintah Inggris terkesan melakukan pembiaran terhadap sebuah gerakan separatis seperti OPM yang berpotensi mengancam keutuhan suatu negara, yang berbasis di negaranya.

“Mungkin dari pemerintah Inggris sudah sesuai dengan ketentuan (Pembukaan kantor). Namun permasalahannya apakah suatu negara yang memiliki hubungan bersahabat dengan baik apakah bisa membiarkan wilayahnya digunakan untuk keperluan yang sifatnya tidak bersahabat dengan negara lain, baik itu untuk tujuan separatis. Ini yang kita pertanyakan kepada Inggris,”urainya.

Karena itu, Marty menegaskan, pemerintah Indonesia tidak habis pikir dengan pemerintah Inggris yang bahkan tidak bisa mengelola sikap dari pemerintah daerah. Dalam hal ini kota Oxford. Seperti diketahui, tokoh OPM Benny Wenda mengundang Wali Kota Oxford Mohammad Niaz Abbasi, mantan Walikota Oxford Elise Benjamin dalam acara pembukaan Kantor OPM di Oxford, Inggris.(ken/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/