25 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Pemerintah Sinyal Mendukung, Setnov Bisa Jadi Boneka

FOTO: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Calon Ketua Umum Golkar Setya Novanto (tengah) foto bersama para pendukungnya seusai kampanye di Hotel Grand Angkasa Medan, Minggu (8/5) malam.
FOTO: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Calon Ketua Umum Golkar Setya Novanto (tengah) foto bersama para pendukungnya seusai kampanye di Hotel Grand Angkasa Medan, Minggu (8/5) malam.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ada delapan calon Ketua Umum Partai Golkar yang bertarung pada Munaslub Partai Golkar pada 15-17 Mei mendatang, di Bali. Mereka adalah Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Ade Komarudin, Syahrul Yasin Limpo, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, dan Priyo Budi Santoso. Semuanya memiliki peluang yang sama untuk menang.

Namun politisi muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengungkapkan, sudah ada sinyal dari Istana melalui salah satu menteri yang menyebutkan, mendukung pencalonan Setya Novanto menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

“Sinyal dari Istana itu sudah ada, salah satu menteri sudah menyebut Setya Novanto,” ujarnya dalam acara diskusi Front Page bertema “Jalan Panjang Rekonsiliasi Golkar” di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (8/5).

Menurut Doli, omongan tersebut harus dapat dipastikan kebenarannya. Klarifikasi dari menteri itu bisa menjadikan seorang calon ketum mempunyai posisi tawar yang tinggi dibandingkan yang lain.

Posisi tawar tersebut, kata Doli, akan mempengaruhi hasil dalam pemilihan ketua di Munaslub mendatang karena DPD I dan DPD II Partai Golkar pasti akan mempertimbangkan hal itu.

“Sudah pasti nanti bargaining position dia tinggi. Makanya harus klarifikasi benar atau tidak?” tambah Doli.

Jika tidak, maka peta politik untuk pencalonan Ketua Umum Partai Golkar, masih akan terus berubah dan dinamis.

Sementara pengamat politik, Hendri Satrio menilai, caketum Partai Golkar yang paling tajir dari calon lainnya ini sangat mungkin mendapat dukungan dari pemerintah. Apalagi menurut Hendri, mantan Ketua DPR itu merupakan calon yang gampang dipegang dan dikendalikan.

“Sebab, dia tokoh yang banyak kasus. Dengan demikian kalau dia menjadi Ketua Umum, maka Partai Golkar gampang diatur oleh pemerintah. Konon Jokowi suka dengan Setya Novanto,” sambungnya.

Calon lainnya seperti Aziz Syamsuddin juga punya kans yang besar untuk menjadi ketua umum partai berlambang pohon beringin itu. Di mata Hendri, Aziz adalah satu tokoh muda yang memiliki kiprah luar biasa.

“Kiprahnya sangat luar biasa dan relatif tidak memiliki persoalan hukum,” kata Hendri.

Calon lainnya, adalah Mahyudin. Kata Hendri, Wakil Ketua MPR tersebut memiiki karir yang lumayan cepat.

“Termasuk Airlangga dan Ade Komarudin.‎Namun siapa yang menjadi ketua umum, saya pikir tidak sepenuhnya tergantung DPD saja tapi ditentukan keinginan pemerintah. Sebab Munaslub kali ini menentukan arah politik Partai Golkar,” ungkapnya.

Hendri juga menegaskan, kalau publik menanti-nanti apakah Munaslub Partai Golkar tersebut membawa perubahan terhadap masa depan partai beringin atau malah sebaliknya. Sebab, partai Golkar adalah partai tua namun tak memiliki tokoh sentral. Alhasil, semua kadernya dalam Munaslub kali ini banyak yang memilih maju sebagai calon ketua umum.

“Namun sisi positifnya, Partai Golkar sudah kembali ke tracknya, mendukung pemerintah. Sebab mereka sadar kalau pahit rasanya berseberangan dengan pemerintah,” kata Hendri Satrio.

Dia tak percaya kalau tarik menarik jadwal pelaksanaan munaslub, untuk menyesuaikan jadwal Presiden Jokowi agar bisa ikut hadir. Hendri merasa, partai berkelas seperti Golkar tidak mungkin seperti itu.

“Jangan-jangan setelah terpilih Ketua umumnya dan Golkar mendukung pemerintahan Jokowi-JK, lantas dilakukan reshuffle kabinet,” tandasnya.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago juga menduga Setya Novanto hanya akan menjadi ketua umum boneka jika terpilih menggantikan Aburizal Bakrie lewat munaslub Partai Partai Golkar. Sebab, bekas ketua DPR itu tak akan bisa mandiri.

Pangi mengatakan, Ical -sapaan Aburizal- tentu tak akan serta-merta meninggalkan kursi Ketua Umum Golkar. Karenanya, Ical pun harus memastikan Ketua Umum Golkar yang akan datang tetap di bawah kendalinya.

“Dari calon-calon yang ada, yang paling dekat dengan ARB saya rasa adalah Setya Novanto. Tentu ARB tak mau kehilangan pesona ketika tidak lagi jadi ketum,” ujar Pangi.

Karenanya, Setnov -sapaan Setya Novanto- tidak akan bisa mandiri jika kelak terpilih sebagai Ketua Umum Golkar. Sebab, kata Pangi, politikus Golkar yang terseret kasus Papa Minta Saham itu hanya akan menjalankan perintah Ical.

Pangi pun meyakini Ical pasti mengarahkan dukungan ke Novanto. “Jadi ARB bakal dukung Setnov dan kalau kita telaah secara kritis, kans Setnov untuk terpilih jadi ketum Golkar tergolong tinggi,” ujarnya.

Lebih lanjut Pangi yang juga direktur eksekutif Voxpol Center itu mengatakan, Ical masih ingin mempertahankan pengaruhnya di Golkar. Paling tidak untuk menjaga bisnisnya agar tetap berjalan dengan baik.

“Kalau (dilepas,red), ‎ saya menduga bisnis ARB jadi terganggu. Saluran kekuatan politik berupa parpol bisa memuluskan izin dan menjaga kepentingan bisnis berjalan dengan mulus,” ujar Pangi.

FOTO: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Calon Ketua Umum Golkar Setya Novanto (tengah) foto bersama para pendukungnya seusai kampanye di Hotel Grand Angkasa Medan, Minggu (8/5) malam.
FOTO: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Calon Ketua Umum Golkar Setya Novanto (tengah) foto bersama para pendukungnya seusai kampanye di Hotel Grand Angkasa Medan, Minggu (8/5) malam.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ada delapan calon Ketua Umum Partai Golkar yang bertarung pada Munaslub Partai Golkar pada 15-17 Mei mendatang, di Bali. Mereka adalah Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Ade Komarudin, Syahrul Yasin Limpo, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, dan Priyo Budi Santoso. Semuanya memiliki peluang yang sama untuk menang.

Namun politisi muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengungkapkan, sudah ada sinyal dari Istana melalui salah satu menteri yang menyebutkan, mendukung pencalonan Setya Novanto menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

“Sinyal dari Istana itu sudah ada, salah satu menteri sudah menyebut Setya Novanto,” ujarnya dalam acara diskusi Front Page bertema “Jalan Panjang Rekonsiliasi Golkar” di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (8/5).

Menurut Doli, omongan tersebut harus dapat dipastikan kebenarannya. Klarifikasi dari menteri itu bisa menjadikan seorang calon ketum mempunyai posisi tawar yang tinggi dibandingkan yang lain.

Posisi tawar tersebut, kata Doli, akan mempengaruhi hasil dalam pemilihan ketua di Munaslub mendatang karena DPD I dan DPD II Partai Golkar pasti akan mempertimbangkan hal itu.

“Sudah pasti nanti bargaining position dia tinggi. Makanya harus klarifikasi benar atau tidak?” tambah Doli.

Jika tidak, maka peta politik untuk pencalonan Ketua Umum Partai Golkar, masih akan terus berubah dan dinamis.

Sementara pengamat politik, Hendri Satrio menilai, caketum Partai Golkar yang paling tajir dari calon lainnya ini sangat mungkin mendapat dukungan dari pemerintah. Apalagi menurut Hendri, mantan Ketua DPR itu merupakan calon yang gampang dipegang dan dikendalikan.

“Sebab, dia tokoh yang banyak kasus. Dengan demikian kalau dia menjadi Ketua Umum, maka Partai Golkar gampang diatur oleh pemerintah. Konon Jokowi suka dengan Setya Novanto,” sambungnya.

Calon lainnya seperti Aziz Syamsuddin juga punya kans yang besar untuk menjadi ketua umum partai berlambang pohon beringin itu. Di mata Hendri, Aziz adalah satu tokoh muda yang memiliki kiprah luar biasa.

“Kiprahnya sangat luar biasa dan relatif tidak memiliki persoalan hukum,” kata Hendri.

Calon lainnya, adalah Mahyudin. Kata Hendri, Wakil Ketua MPR tersebut memiiki karir yang lumayan cepat.

“Termasuk Airlangga dan Ade Komarudin.‎Namun siapa yang menjadi ketua umum, saya pikir tidak sepenuhnya tergantung DPD saja tapi ditentukan keinginan pemerintah. Sebab Munaslub kali ini menentukan arah politik Partai Golkar,” ungkapnya.

Hendri juga menegaskan, kalau publik menanti-nanti apakah Munaslub Partai Golkar tersebut membawa perubahan terhadap masa depan partai beringin atau malah sebaliknya. Sebab, partai Golkar adalah partai tua namun tak memiliki tokoh sentral. Alhasil, semua kadernya dalam Munaslub kali ini banyak yang memilih maju sebagai calon ketua umum.

“Namun sisi positifnya, Partai Golkar sudah kembali ke tracknya, mendukung pemerintah. Sebab mereka sadar kalau pahit rasanya berseberangan dengan pemerintah,” kata Hendri Satrio.

Dia tak percaya kalau tarik menarik jadwal pelaksanaan munaslub, untuk menyesuaikan jadwal Presiden Jokowi agar bisa ikut hadir. Hendri merasa, partai berkelas seperti Golkar tidak mungkin seperti itu.

“Jangan-jangan setelah terpilih Ketua umumnya dan Golkar mendukung pemerintahan Jokowi-JK, lantas dilakukan reshuffle kabinet,” tandasnya.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago juga menduga Setya Novanto hanya akan menjadi ketua umum boneka jika terpilih menggantikan Aburizal Bakrie lewat munaslub Partai Partai Golkar. Sebab, bekas ketua DPR itu tak akan bisa mandiri.

Pangi mengatakan, Ical -sapaan Aburizal- tentu tak akan serta-merta meninggalkan kursi Ketua Umum Golkar. Karenanya, Ical pun harus memastikan Ketua Umum Golkar yang akan datang tetap di bawah kendalinya.

“Dari calon-calon yang ada, yang paling dekat dengan ARB saya rasa adalah Setya Novanto. Tentu ARB tak mau kehilangan pesona ketika tidak lagi jadi ketum,” ujar Pangi.

Karenanya, Setnov -sapaan Setya Novanto- tidak akan bisa mandiri jika kelak terpilih sebagai Ketua Umum Golkar. Sebab, kata Pangi, politikus Golkar yang terseret kasus Papa Minta Saham itu hanya akan menjalankan perintah Ical.

Pangi pun meyakini Ical pasti mengarahkan dukungan ke Novanto. “Jadi ARB bakal dukung Setnov dan kalau kita telaah secara kritis, kans Setnov untuk terpilih jadi ketum Golkar tergolong tinggi,” ujarnya.

Lebih lanjut Pangi yang juga direktur eksekutif Voxpol Center itu mengatakan, Ical masih ingin mempertahankan pengaruhnya di Golkar. Paling tidak untuk menjaga bisnisnya agar tetap berjalan dengan baik.

“Kalau (dilepas,red), ‎ saya menduga bisnis ARB jadi terganggu. Saluran kekuatan politik berupa parpol bisa memuluskan izin dan menjaga kepentingan bisnis berjalan dengan mulus,” ujar Pangi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/