30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Awas Gempa Susulan

gempa-aceh

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Gempa bumi susulan di kawasan Pidie Jaya, Aceh masih belum berhenti. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah ada 88 kali gempa sejak gempa besar,  Rabu (7/12) lalu. Meskipun begitu, frekuensi dan kekuatan gempa mengecil.

Data terbaru dari BMKG hingga sore kemarin (12/12), baru ada satu gempa dengan kekuatan 3,5 skala richter pada pukul 01.27 WIB. Tapi, gempa tersebut diduga bukan merupakan gempa susulan Pidie Jaya. Lantaran segmen sesar Seulimeum yang menjadi pembangkit gempa berada di 28 km tenggara Banda Aceh.

Humas BMKG Hary T Djatmiko mengungkapkan hingga sore kemarin belum ada data terbaru gempa susulan. Dia menunjukan kalau menggambarkan frekuensi gempa susulan harian yang terus meluruh. Harapan kita proses release energi di zona gempa Pidie Jaya segera berakhir hingga kondisi tektonik menjadi stabil. ”Gempa susulan sudah meluruh jumlahnya dan mulai menuju ke stabilan baru,” ungkap dia kemarin.

Tapi, itu tidak menjamin sepenuhnya tidak bakal ada gempa susulan berskala besar. Sebab, sejauh ini belum ada satu alatpun yang bisa memprediksikan gempa bumi. ”Untuk gempa sampai saat ini belum bisa diprediksi,” tegasnya.

Secara lebih terperinci, dalam enam hari terakhir ini sudah ada 88 kali gempa yang terjadi di Aceh. Perinciannya pada Rabu ada 48 kali, Kamis (17), Jumat (9), Sabtu (7), dan Minggu (7). Sedangkan satu gempa kemarin diduga bukan bagian dari gempa susulan tersebut.

Berdasarkan data  BMKG, titik pusat atau episenter gempa bumi susulan itu mengarah ke tenggara-barat laut. Pusat gempa susulan tidak hanya di darat tapi juga di laut wilayah Pidie Jaya.

Meskipun begitu, dia tetap menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan tidak mudah panik dengan isu-isu seputar gempa. Misalnya, adanya tsunami yang menyusul gempa besar. Masyarakat harus bisa memilih dan memilah sumber informasi resmi seperti dari BMKG. ”Selama ini isu akan terjadinya gempabumi besar dan menimbulkan tsunami hanyalah berita bohong tidak pernah terbukti kebenarannya,” ungkap Hary.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, upaya merampungkan kaji cepat kerusakan rumah pasca gempa di tiga kabupaten Aceh sangat penting untuk dapat segera menetapkan penerima manfaat.

gempa-aceh

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Gempa bumi susulan di kawasan Pidie Jaya, Aceh masih belum berhenti. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah ada 88 kali gempa sejak gempa besar,  Rabu (7/12) lalu. Meskipun begitu, frekuensi dan kekuatan gempa mengecil.

Data terbaru dari BMKG hingga sore kemarin (12/12), baru ada satu gempa dengan kekuatan 3,5 skala richter pada pukul 01.27 WIB. Tapi, gempa tersebut diduga bukan merupakan gempa susulan Pidie Jaya. Lantaran segmen sesar Seulimeum yang menjadi pembangkit gempa berada di 28 km tenggara Banda Aceh.

Humas BMKG Hary T Djatmiko mengungkapkan hingga sore kemarin belum ada data terbaru gempa susulan. Dia menunjukan kalau menggambarkan frekuensi gempa susulan harian yang terus meluruh. Harapan kita proses release energi di zona gempa Pidie Jaya segera berakhir hingga kondisi tektonik menjadi stabil. ”Gempa susulan sudah meluruh jumlahnya dan mulai menuju ke stabilan baru,” ungkap dia kemarin.

Tapi, itu tidak menjamin sepenuhnya tidak bakal ada gempa susulan berskala besar. Sebab, sejauh ini belum ada satu alatpun yang bisa memprediksikan gempa bumi. ”Untuk gempa sampai saat ini belum bisa diprediksi,” tegasnya.

Secara lebih terperinci, dalam enam hari terakhir ini sudah ada 88 kali gempa yang terjadi di Aceh. Perinciannya pada Rabu ada 48 kali, Kamis (17), Jumat (9), Sabtu (7), dan Minggu (7). Sedangkan satu gempa kemarin diduga bukan bagian dari gempa susulan tersebut.

Berdasarkan data  BMKG, titik pusat atau episenter gempa bumi susulan itu mengarah ke tenggara-barat laut. Pusat gempa susulan tidak hanya di darat tapi juga di laut wilayah Pidie Jaya.

Meskipun begitu, dia tetap menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan tidak mudah panik dengan isu-isu seputar gempa. Misalnya, adanya tsunami yang menyusul gempa besar. Masyarakat harus bisa memilih dan memilah sumber informasi resmi seperti dari BMKG. ”Selama ini isu akan terjadinya gempabumi besar dan menimbulkan tsunami hanyalah berita bohong tidak pernah terbukti kebenarannya,” ungkap Hary.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, upaya merampungkan kaji cepat kerusakan rumah pasca gempa di tiga kabupaten Aceh sangat penting untuk dapat segera menetapkan penerima manfaat.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/