28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Nazaruddin Serahkan Uang Lewat Bangun Tampubolon

sutan-batoeghana
Sutan Batoeghana

SUMUTPOS.CO –  Pengakuan Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana pernah menerima sebuah telepon genggam BlackBerry saat Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010 dari Nazaruddin menyingkap keterlibatan politisi lain dalam pengungkapan aliran uang proyek hambalang untuk memenangkan Anas Urbaningrumn
sebagai orang nomor satu di Partai Demokrat.

Nazaruddin mengungkapkan saat kongres memberikan BlackBerry dan sejumlah uang kepada Sutan melalui sekretarisnya. Tercatat, posisi Sutan saat kongres berlangsung adalah Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kota Medan, sedangkan jabatan sekretaris dipegang oleh Bangun Tampubolon.

“Kalau Sutan itu, yang terima BB (BlackBerry)-nya itu sekretaris DPC-nya. Karena waktu itu Sutan menjabat sebagai Plt Ketua DPC Kota Medan, yang menerima sekretaris DPC-nya. Kan terimanya ada Rp20 juta, 3.000 dolar AS, 5.000 dolar AS dan 5.000 dolar AS. Itu untuk satu DPC,” kata Nazaruddin, kemarin.

Nazaruddin diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait proyek Hambalang dan proyek-proyek lainnya untuk tersangka Anas Urbaningrum. Ia baru tiba di gedung KPK pada Rabu (13/11) pukul 22.10 WIB.

Dalam pemeriksaan ini, Nazaruddin juga akan mengungkap berbagai proyek yang menjadi ‘bancakan’ para politisi di DPR. Ia menyebutkan di antaranya ada Olly Dondokambey, Mirwan Amir, Rully Chairul Azwar dan Novanto yang diduga adalah Setya Novanto.

Nazaruddin menambahkan pernyataan pihak Anas yang membantah keterlibatannya dalam kasus Hambalang merupakan hal yang biasa. Jika Anas mengaku telah menerima uang dari berbagai proyek dan dipakai untuk menjadi Ketua Umum, ia baru akan mengacungkan jempolnya untuk Anas.

Mengenai uang sebesar Rp1 miliar yang disita KPK dari rumah anas dalam penggeledahan, menurutnya jumlah itu masih sedikit. “Itu masih sedikit uang yang didapat, uangnya Anas itu triliunan rupiah,” ujar Nazaruddin.

Tapi, saat ditanya disimpan dimana uang-uangnya Anas, Nazaruddin pun hanya tersenyum sambil masuk ke dalam lobi Gedung KPK untuk diperiksa.

Soal pemeriksaan di KPK, Rabu (13/11), Sutan pun buka-bukaan tentang pemeriksaan selama kurang lebih 6 jam itu.

“Saya dipanggil sebagai saksi untuk tersangka Anas Urbaningrum. Di KPK kan biasa dipanggil lama, saya sekitar enam jam. Tapi itu kebanyakan ada salat, break, dan lainnya,” kata Sutan, Kamis (14/11).

Sutan mengikuti setiap pertanyaan penyidik sampai pada pertanyaan utama. “Ujungnya ditanyakan apakah saya pernah menerima duit di Kongres itu melalui Tim Anas. Saya katakan tidak, insya Allah saya bersih karena Nazar itu tahu saya tidak suka itu,” ujarnya membela diri.

Sutan kemudian ditanya soal penyidik KPK perihal bagi-bagi Blackberry Nazaruddin ke kubu Anas. Sutan pun blak-blakan dia menerima Blackberry itu.

“Kalau saya terima Blackberry itu untuk komunikasi di antara pendukung supaya tidak terpengaruh pihak pesaing, pihak Marzuki dan Andi Mallarangeng. Saya bilang sama penyidik, kata Nazaruddin itu barang Tanjung Priok, Blackbery Cina harga cuma Rp300 ribu Bang, sekali pakai buang itu kata dia,” beber Sutan.

“Poinnya saya bukan disogok Blackberry tapi alat berkomunikasi pendukung Anas,” lagi-lagi Sutan membela diri.

Sutan lantas merespons pernyataan Nazaruddin pada Kamis malam kemarin. “Tahunya malam Nazar bilang Bang Sutan memang tidak terima duit tapi sekretarisnya nerima ini itu. Kaitannya apa dengan saya, wong saya nggak ngerti. Saya bilang yang punya suara saya, yang memilih Anas, bukan karena Blackberry,” ujar Sutan protes.

“Ketika kita ngomong begini nggak percaya ya sudah tunggu saja di pengadilan. Kenapa sih kawan-kawan media seolah-olah penasaran. Kalau Nazaruddin terus bilang begitu terus lama-lama saya yang nggak salah diikutkan bagaimana? Kan saya bisa kena opini publik yang merugikan,” protesnya menutup perbincangan.

Dikonfirmasi Sumut Pos, Kamis (14/11), Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Medan, Bangun Tampubolon, mengatakan, pada saat kongres memang seluruh pendukung Anas sudah diberikan berbagai fasilitas. Mulai dari kamar Hotel yang berada di Hotel Grand Aquila hingga kendaraan berikut supir selama kongres berlangsung. Panitia juga menyediakan   Liason Officer atau pendamping, beserta HP merek Blackberry untuk menunjang komunikasi dengan para ketua DPC Demokrat.

Namun, kata Bangun, Sutan yang merupakan Plt Ketua DPC Demokrat tidak menggunakan fasilitas tersebut karena bagian dari tim pemenangan. Justru saat itu, menurut Bangun lagi, Sutan mendaftarkan seluruh fasilitas itu atas nama dirinya, kecuali Blackberry yang memang hanya diperuntukkan untuk setiap ketua DPC.

“Fasilitasnya memang terdaftar atas nama saya. Tapi saya tidak dapat HP dan uang seperti yang dikabarkan. Karena HP tersebut hanya untuk Ketua DPC,” ujarnya.

Bangun mengaku sempat meminta tapi tidak diberikan. ‘’Blackberry saja diminta tak dikasih apalagi uang dollar Amerika yang disebutnya itu,’’ kilah Bangun.

Hanya saja Bangun menyatakan sempat menggoda Sutan untuk menanyakan perihal kabar pembagian uang tersebut. Sayangnya, menurut Bangun, Sutan tak pernah membicarakan soal pembagian uang itu kepada dirinya. ‘’Sempat juga saya goda Pak Sutan. Tapi rupanya tak berhasil,” ujarnya tertawa.

Hingga selesai Kongres Demokrat 2010, menurut Bangun, DPC Demokrat Medan tidak menerima uang seperti yang disebutkan oleh Nazaruddin. ‘’Sampai selesai kongres, kami dari DPC Medan tak ada terima duit yang disebut-sebut Nazaruddin tersebut,” katanya.  (bbs/mag-5)

sutan-batoeghana
Sutan Batoeghana

SUMUTPOS.CO –  Pengakuan Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana pernah menerima sebuah telepon genggam BlackBerry saat Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010 dari Nazaruddin menyingkap keterlibatan politisi lain dalam pengungkapan aliran uang proyek hambalang untuk memenangkan Anas Urbaningrumn
sebagai orang nomor satu di Partai Demokrat.

Nazaruddin mengungkapkan saat kongres memberikan BlackBerry dan sejumlah uang kepada Sutan melalui sekretarisnya. Tercatat, posisi Sutan saat kongres berlangsung adalah Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kota Medan, sedangkan jabatan sekretaris dipegang oleh Bangun Tampubolon.

“Kalau Sutan itu, yang terima BB (BlackBerry)-nya itu sekretaris DPC-nya. Karena waktu itu Sutan menjabat sebagai Plt Ketua DPC Kota Medan, yang menerima sekretaris DPC-nya. Kan terimanya ada Rp20 juta, 3.000 dolar AS, 5.000 dolar AS dan 5.000 dolar AS. Itu untuk satu DPC,” kata Nazaruddin, kemarin.

Nazaruddin diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait proyek Hambalang dan proyek-proyek lainnya untuk tersangka Anas Urbaningrum. Ia baru tiba di gedung KPK pada Rabu (13/11) pukul 22.10 WIB.

Dalam pemeriksaan ini, Nazaruddin juga akan mengungkap berbagai proyek yang menjadi ‘bancakan’ para politisi di DPR. Ia menyebutkan di antaranya ada Olly Dondokambey, Mirwan Amir, Rully Chairul Azwar dan Novanto yang diduga adalah Setya Novanto.

Nazaruddin menambahkan pernyataan pihak Anas yang membantah keterlibatannya dalam kasus Hambalang merupakan hal yang biasa. Jika Anas mengaku telah menerima uang dari berbagai proyek dan dipakai untuk menjadi Ketua Umum, ia baru akan mengacungkan jempolnya untuk Anas.

Mengenai uang sebesar Rp1 miliar yang disita KPK dari rumah anas dalam penggeledahan, menurutnya jumlah itu masih sedikit. “Itu masih sedikit uang yang didapat, uangnya Anas itu triliunan rupiah,” ujar Nazaruddin.

Tapi, saat ditanya disimpan dimana uang-uangnya Anas, Nazaruddin pun hanya tersenyum sambil masuk ke dalam lobi Gedung KPK untuk diperiksa.

Soal pemeriksaan di KPK, Rabu (13/11), Sutan pun buka-bukaan tentang pemeriksaan selama kurang lebih 6 jam itu.

“Saya dipanggil sebagai saksi untuk tersangka Anas Urbaningrum. Di KPK kan biasa dipanggil lama, saya sekitar enam jam. Tapi itu kebanyakan ada salat, break, dan lainnya,” kata Sutan, Kamis (14/11).

Sutan mengikuti setiap pertanyaan penyidik sampai pada pertanyaan utama. “Ujungnya ditanyakan apakah saya pernah menerima duit di Kongres itu melalui Tim Anas. Saya katakan tidak, insya Allah saya bersih karena Nazar itu tahu saya tidak suka itu,” ujarnya membela diri.

Sutan kemudian ditanya soal penyidik KPK perihal bagi-bagi Blackberry Nazaruddin ke kubu Anas. Sutan pun blak-blakan dia menerima Blackberry itu.

“Kalau saya terima Blackberry itu untuk komunikasi di antara pendukung supaya tidak terpengaruh pihak pesaing, pihak Marzuki dan Andi Mallarangeng. Saya bilang sama penyidik, kata Nazaruddin itu barang Tanjung Priok, Blackbery Cina harga cuma Rp300 ribu Bang, sekali pakai buang itu kata dia,” beber Sutan.

“Poinnya saya bukan disogok Blackberry tapi alat berkomunikasi pendukung Anas,” lagi-lagi Sutan membela diri.

Sutan lantas merespons pernyataan Nazaruddin pada Kamis malam kemarin. “Tahunya malam Nazar bilang Bang Sutan memang tidak terima duit tapi sekretarisnya nerima ini itu. Kaitannya apa dengan saya, wong saya nggak ngerti. Saya bilang yang punya suara saya, yang memilih Anas, bukan karena Blackberry,” ujar Sutan protes.

“Ketika kita ngomong begini nggak percaya ya sudah tunggu saja di pengadilan. Kenapa sih kawan-kawan media seolah-olah penasaran. Kalau Nazaruddin terus bilang begitu terus lama-lama saya yang nggak salah diikutkan bagaimana? Kan saya bisa kena opini publik yang merugikan,” protesnya menutup perbincangan.

Dikonfirmasi Sumut Pos, Kamis (14/11), Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Medan, Bangun Tampubolon, mengatakan, pada saat kongres memang seluruh pendukung Anas sudah diberikan berbagai fasilitas. Mulai dari kamar Hotel yang berada di Hotel Grand Aquila hingga kendaraan berikut supir selama kongres berlangsung. Panitia juga menyediakan   Liason Officer atau pendamping, beserta HP merek Blackberry untuk menunjang komunikasi dengan para ketua DPC Demokrat.

Namun, kata Bangun, Sutan yang merupakan Plt Ketua DPC Demokrat tidak menggunakan fasilitas tersebut karena bagian dari tim pemenangan. Justru saat itu, menurut Bangun lagi, Sutan mendaftarkan seluruh fasilitas itu atas nama dirinya, kecuali Blackberry yang memang hanya diperuntukkan untuk setiap ketua DPC.

“Fasilitasnya memang terdaftar atas nama saya. Tapi saya tidak dapat HP dan uang seperti yang dikabarkan. Karena HP tersebut hanya untuk Ketua DPC,” ujarnya.

Bangun mengaku sempat meminta tapi tidak diberikan. ‘’Blackberry saja diminta tak dikasih apalagi uang dollar Amerika yang disebutnya itu,’’ kilah Bangun.

Hanya saja Bangun menyatakan sempat menggoda Sutan untuk menanyakan perihal kabar pembagian uang tersebut. Sayangnya, menurut Bangun, Sutan tak pernah membicarakan soal pembagian uang itu kepada dirinya. ‘’Sempat juga saya goda Pak Sutan. Tapi rupanya tak berhasil,” ujarnya tertawa.

Hingga selesai Kongres Demokrat 2010, menurut Bangun, DPC Demokrat Medan tidak menerima uang seperti yang disebutkan oleh Nazaruddin. ‘’Sampai selesai kongres, kami dari DPC Medan tak ada terima duit yang disebut-sebut Nazaruddin tersebut,” katanya.  (bbs/mag-5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/