25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Indonesia Lalui Puncak Omicron dengan Selamat, Kasus Covid-19 Turun 64 Persen

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Indonesia sudah berhasil melewati masa puncak penularan varian Omicron. Keberhasilan ini ditunjukkan dengan tren perbaikan data-data kasus secara menyeluruh.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan hanya dalam rentang waktu tiga minggu berturut-turut, data-data terkait kasus Covid-19 di Indonesia berhasil mengalami tren perbaikan. “Seperti kasus positif mingguan, menunjukkan penurunan sebesar 64 persen setelah mencapai puncak tertingginya pada pertengahan Februari lalu,” katanya dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia per 15 Maret 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (15/3).

Meskipun lebih lambat, lanjut Wiku, kasus kematian turut mengalami tren penurunan hingga sebesar 10 persen dari puncak sebelumnya. Kasus aktif pada 6 Maret 2022, jumlah kasus sudah menyentuh 475.951 atau sebesar 8,28 persen. Namun per 13 Maret hanya terdapat 342.896 atau sebesar 5,82 persen. Turunnya angka kasus aktif rupanya tak bisa lepas dari perbaikan kasus kesembuhan.

Tercatat per 13 Maret 2022, kesembuhan mingguan 272.731 jiwa atau 91,60 persen, setelah sebelumnya pada 6 Maret 2022 jumlah kesembuhan mencapai 305.179 jiwa atau sebesar 89,11 persen. Tren penurunan juga nampak pada keterisian rumah sakit (BOR). Bila pada 6 Maret 2022 angka BOR mencapai 29,28 persen, per 13 Maret lalu angkanya turun menjadi 21,61 persen.

Menurut Wiku, keberhasilan negara melewati masa puncak Omicron dapat tercapai berkat upaya keras dari masyarakat yang bersedia untuk sabar dan tertib dalam menerapkan protokol kesehatan serta menjalankan kebijakan pengendalian yang telah dibuat oleh pemerintah.

Ia juga mengapresiasi dedikasi dan kinerja seluruh lapisan pemerintah pusat maupun daerah yang terus membuat kebijakan berlapis agar laju kasus Covid-19 dapat terkendali. Meskipun saat ini puncak gelombang sudah terlewati, dia meminta semua pihak tetap disiplin memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak (3M), termasuk menyegerakan suntik dosis kedua ataupun penguat agar dapat memproteksi diri dari penularan Covid-19.

“Tentunya keberhasilan Indonesia mencapai puncak Omicron ini, hanya dapat tercapai berkat upaya keras masyarakat yang tertib menerapkan kebijakan pengendalian yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Kami berterima kasih kepada masyarakat dengan kesadaran tinggi telah turut serta dalam melindungi satu sama lain,” ucap Wiku.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin juga menyebutkan, laju penularan atau reproduction rate (Rt) Covid-19 di Indonesia sudah mulai menurun. Meski begitu, masih ada dua provinsi yang disebutnya belum menurun, meskipun laju penularannya sudah melandai.

“Kami mengamati tinggal ada dua provinsi yang relatif masih belum menurun tapi melandai yaitu Kaltara dan NTT,” kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/3).

Lebih lanjut, Budi menegaskan, pihaknya sudah melakukan penelitian terhadap pasien-pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Menurut hasil penelitian, pasien yang terpapar Covid-19 varian Delta memiliki resiko empat kali lebih tinggi ketimbang pasien Omicron.

Untuk menghindari itu, Budi meminta vaksinasi Covid-19 untuk dipercepat terutama bagi lanjut usia (lansia). Pasalnya, penduduk kategori lansia itu justru lebih rentan ketika terpapar Covid-19.

“Sudah terbukti mereka adalah orang-orang atau segmen populasi untuk sangat rawan untuk masuk ke rumah sakit dan untuk meninggal,” ujarnya.

Budi berharap masyarakat bisa membujuk para lansia yang awalnya enggan untuk mau divaksin minimal dua dosis. Bukan hanya dua, justru Budi menilai idealnya lansia mendapatkan tiga dosis termasuk booster. “Oleh karena itu perlu sekali kita menyegerakan vaksinasi minimal lengkap atau minimal dua dosis, idealnya tiga dosis ke para lansia kita untuk melindungi mereka,” pungkasnya.

 

Kasus di Sumut Turun

Tren kasus Covid-19 di Sumatera Utara juga terus mengalami menurun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumut pada Selasa (15/3), terdapat 318 kasus baru. Dengan penambahan tersebut, akumulasi angka terkonfirmasi menjadi 152.670 kasus.

Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut dr Aris Yudhariansyah menyebutkan, penambahan kasus baru paling banyak masih disumbang dari Medan 142 kasus, Deliserdang 41 kasus, dan Simalungun 29 kasus. “Terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 318 kasus yang didapatkan dari 26 kabupaten/kota,” sebutnya.

Aris mengatakan, terkait angka kematian bertambah enam kasus dari Medan (satu kasus), Tanjungbalai (dua kasus), Langkat (dua kasus), dan Labuhanbatu Utara (satu kasus). “Akumulasi angka kematian saat ini berjumlah 3.124 kasus,” ucapnya.

Dia menambahkan, untuk angka kesembuhan bertambah 1.118 kasus dari 17 kabupaten/kota, sehingga akumulasinya menjadi 138.191 kasus. Angka kesembuhan paling banyak didapatkan dari Medan 850 kasus dan Toba 100 kasus. “Kasus aktif Covid-19 di Sumut kini berjumlah 15.627 pasien. Jumlah ini meningkat dibanding hari sebelumnya 12.161 pasien,” pungkas Aris.

 

Perlu Waspada

Meski kasus Covid-19 terus menunjukkan tren penurunan, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris mengingatkan pemerintah agar tetap perlu waspada terkait rencana mengubah status pandemi Covid-19 menjadi endemi. Menurut Charles, kewaspadaan itu diperlukan sebab situasi pandemi di dunia masih belum mereda sepenuhnya. “Bukan berarti kita bisa los (bebaskan) semuanya, tetap harus waspada memperhatikan kondisi yang ada di lapangan dan memperhatikan kondisi yang terjadi di dunia,” ujar Charles kepada wartawan di Jakarta Utara, Selasa (15/3).

Saat ini, ancaman varian baru Covid-19 di dunia masih mengintai. Baru-baru ini, kata Charles, ada varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 Omicron BA.2 yang juga perlu diwaspadai. Charles mengatakan, pemerintah berharap subvarian Omicron itu tidak menyebabkan rumah sakit (RS) di Indonesia, khususnya di Jakarta, menjadi penuh.

Agar itu tidak terjadi, pemerintah harus memberlakukan sedikit pembatasan untuk mengendalikan situasi jika mulai ada tanda-tanda kenaikan angka penularan di wilayah tertentu, seperti RS mulai penuh atau pelayanan kesehatan penyakit tertentu mulai tidak optimal.

Selain itu, pemerintah juga harus mempercepat pencapaian vaksinasi primer dan vaksinasi penguat (booster). Hal itu semua riset dan kajian dari lembaga kesehatan di dunia menunjukkan bahwa vaksinasi menurunkan risiko kematian akibat Covid-19.

Kalau sudah masuk fase endemi, kata dia, silakan saja tetapi rakyat harus dibekali perlindungan yang optimal dalam bentuk vaksinasi. “Saya yakin varian BA.2 ini bukan varian terakhir Covid-19. Artinya negara harus bisa memberikan perlindungan optimal bagi rakyat dalam bentuk vaksinasi,” kata Charles. (jpc/src/ris)

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Indonesia sudah berhasil melewati masa puncak penularan varian Omicron. Keberhasilan ini ditunjukkan dengan tren perbaikan data-data kasus secara menyeluruh.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan hanya dalam rentang waktu tiga minggu berturut-turut, data-data terkait kasus Covid-19 di Indonesia berhasil mengalami tren perbaikan. “Seperti kasus positif mingguan, menunjukkan penurunan sebesar 64 persen setelah mencapai puncak tertingginya pada pertengahan Februari lalu,” katanya dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia per 15 Maret 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (15/3).

Meskipun lebih lambat, lanjut Wiku, kasus kematian turut mengalami tren penurunan hingga sebesar 10 persen dari puncak sebelumnya. Kasus aktif pada 6 Maret 2022, jumlah kasus sudah menyentuh 475.951 atau sebesar 8,28 persen. Namun per 13 Maret hanya terdapat 342.896 atau sebesar 5,82 persen. Turunnya angka kasus aktif rupanya tak bisa lepas dari perbaikan kasus kesembuhan.

Tercatat per 13 Maret 2022, kesembuhan mingguan 272.731 jiwa atau 91,60 persen, setelah sebelumnya pada 6 Maret 2022 jumlah kesembuhan mencapai 305.179 jiwa atau sebesar 89,11 persen. Tren penurunan juga nampak pada keterisian rumah sakit (BOR). Bila pada 6 Maret 2022 angka BOR mencapai 29,28 persen, per 13 Maret lalu angkanya turun menjadi 21,61 persen.

Menurut Wiku, keberhasilan negara melewati masa puncak Omicron dapat tercapai berkat upaya keras dari masyarakat yang bersedia untuk sabar dan tertib dalam menerapkan protokol kesehatan serta menjalankan kebijakan pengendalian yang telah dibuat oleh pemerintah.

Ia juga mengapresiasi dedikasi dan kinerja seluruh lapisan pemerintah pusat maupun daerah yang terus membuat kebijakan berlapis agar laju kasus Covid-19 dapat terkendali. Meskipun saat ini puncak gelombang sudah terlewati, dia meminta semua pihak tetap disiplin memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak (3M), termasuk menyegerakan suntik dosis kedua ataupun penguat agar dapat memproteksi diri dari penularan Covid-19.

“Tentunya keberhasilan Indonesia mencapai puncak Omicron ini, hanya dapat tercapai berkat upaya keras masyarakat yang tertib menerapkan kebijakan pengendalian yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Kami berterima kasih kepada masyarakat dengan kesadaran tinggi telah turut serta dalam melindungi satu sama lain,” ucap Wiku.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin juga menyebutkan, laju penularan atau reproduction rate (Rt) Covid-19 di Indonesia sudah mulai menurun. Meski begitu, masih ada dua provinsi yang disebutnya belum menurun, meskipun laju penularannya sudah melandai.

“Kami mengamati tinggal ada dua provinsi yang relatif masih belum menurun tapi melandai yaitu Kaltara dan NTT,” kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/3).

Lebih lanjut, Budi menegaskan, pihaknya sudah melakukan penelitian terhadap pasien-pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Menurut hasil penelitian, pasien yang terpapar Covid-19 varian Delta memiliki resiko empat kali lebih tinggi ketimbang pasien Omicron.

Untuk menghindari itu, Budi meminta vaksinasi Covid-19 untuk dipercepat terutama bagi lanjut usia (lansia). Pasalnya, penduduk kategori lansia itu justru lebih rentan ketika terpapar Covid-19.

“Sudah terbukti mereka adalah orang-orang atau segmen populasi untuk sangat rawan untuk masuk ke rumah sakit dan untuk meninggal,” ujarnya.

Budi berharap masyarakat bisa membujuk para lansia yang awalnya enggan untuk mau divaksin minimal dua dosis. Bukan hanya dua, justru Budi menilai idealnya lansia mendapatkan tiga dosis termasuk booster. “Oleh karena itu perlu sekali kita menyegerakan vaksinasi minimal lengkap atau minimal dua dosis, idealnya tiga dosis ke para lansia kita untuk melindungi mereka,” pungkasnya.

 

Kasus di Sumut Turun

Tren kasus Covid-19 di Sumatera Utara juga terus mengalami menurun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumut pada Selasa (15/3), terdapat 318 kasus baru. Dengan penambahan tersebut, akumulasi angka terkonfirmasi menjadi 152.670 kasus.

Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut dr Aris Yudhariansyah menyebutkan, penambahan kasus baru paling banyak masih disumbang dari Medan 142 kasus, Deliserdang 41 kasus, dan Simalungun 29 kasus. “Terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 318 kasus yang didapatkan dari 26 kabupaten/kota,” sebutnya.

Aris mengatakan, terkait angka kematian bertambah enam kasus dari Medan (satu kasus), Tanjungbalai (dua kasus), Langkat (dua kasus), dan Labuhanbatu Utara (satu kasus). “Akumulasi angka kematian saat ini berjumlah 3.124 kasus,” ucapnya.

Dia menambahkan, untuk angka kesembuhan bertambah 1.118 kasus dari 17 kabupaten/kota, sehingga akumulasinya menjadi 138.191 kasus. Angka kesembuhan paling banyak didapatkan dari Medan 850 kasus dan Toba 100 kasus. “Kasus aktif Covid-19 di Sumut kini berjumlah 15.627 pasien. Jumlah ini meningkat dibanding hari sebelumnya 12.161 pasien,” pungkas Aris.

 

Perlu Waspada

Meski kasus Covid-19 terus menunjukkan tren penurunan, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris mengingatkan pemerintah agar tetap perlu waspada terkait rencana mengubah status pandemi Covid-19 menjadi endemi. Menurut Charles, kewaspadaan itu diperlukan sebab situasi pandemi di dunia masih belum mereda sepenuhnya. “Bukan berarti kita bisa los (bebaskan) semuanya, tetap harus waspada memperhatikan kondisi yang ada di lapangan dan memperhatikan kondisi yang terjadi di dunia,” ujar Charles kepada wartawan di Jakarta Utara, Selasa (15/3).

Saat ini, ancaman varian baru Covid-19 di dunia masih mengintai. Baru-baru ini, kata Charles, ada varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 Omicron BA.2 yang juga perlu diwaspadai. Charles mengatakan, pemerintah berharap subvarian Omicron itu tidak menyebabkan rumah sakit (RS) di Indonesia, khususnya di Jakarta, menjadi penuh.

Agar itu tidak terjadi, pemerintah harus memberlakukan sedikit pembatasan untuk mengendalikan situasi jika mulai ada tanda-tanda kenaikan angka penularan di wilayah tertentu, seperti RS mulai penuh atau pelayanan kesehatan penyakit tertentu mulai tidak optimal.

Selain itu, pemerintah juga harus mempercepat pencapaian vaksinasi primer dan vaksinasi penguat (booster). Hal itu semua riset dan kajian dari lembaga kesehatan di dunia menunjukkan bahwa vaksinasi menurunkan risiko kematian akibat Covid-19.

Kalau sudah masuk fase endemi, kata dia, silakan saja tetapi rakyat harus dibekali perlindungan yang optimal dalam bentuk vaksinasi. “Saya yakin varian BA.2 ini bukan varian terakhir Covid-19. Artinya negara harus bisa memberikan perlindungan optimal bagi rakyat dalam bentuk vaksinasi,” kata Charles. (jpc/src/ris)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/