Menurut Pria 51 tahun itu, operasi menghilangkan nyawa bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan seorang agen. Yang sulit justru bagaimana agar pembunuhan itu tidak terdeteksi. Perlu kehati-hatian ekstra tinggi untuk menghapus semuanya.
Nah, dalam kondisi tertentu, yang paling sulit adalah menghindari kamera pengawas. Kecuali bila sejak awal CCTV sudah diantisipasi. ’’Tapi ini kasusnya kan di tempat publik. kesalahannya adalah dia tidak meng-cover dirinya dengan wajah yang berbeda,’’ tutur Peneliti kelahiran Kudus, Jateng, itu.
Terbukti, salah satu hal yang menguatkan adalah kaus bertuliskan LOL yang dia kenakan. Kamera pengawas merupakan musuh utama dalam operasi semacam ini. Tidak sedikit operasi yang terbongkar karena bantuan CCTV.
Namun, beda lagi bila sistem yang digunakan adalah yang penting target terkena, dan menggunakan umpan orang asing untuk menjadi terdakwa bila ketahuan. ’’Di situ akan langsung selesai, dengan upaya pengingkaran dan yang penting yang tertangkap adalah agen dari negara lain,’’ jelas Doktor Universitas Padjajaran Bandung itu.
Bila skema itu yang berjalan, berarti memang ada yang dikorbankan sebagai ujung tombak. Yakni, tidak lain warga Vietnam yang tertangkap lebih dahulu, kemudian Aisyah. Masih perlu dibuktikan apakah keduanya memang korban sistem tersebut, ataukah memang direkrut.
Penggunaan orang asing sebagai agen memang menguntungkan bagi pihak yang memanfaatkan. Status orang asing itu bisa dijadikan alibi oleh negara yang dituding bertanggung jawab.
Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia? menurut Wawan, cara terbaik adalah melindungi Aisyah, sebagaimana negara melindungi WNI lainnya yang bermasalah dengan hukum di negeri orang. Pemerintah harus memberikan bantuan hukum, minimal berupa advokasi terhadap Aisyah. (and/byu/jpg/adz)
Menurut Pria 51 tahun itu, operasi menghilangkan nyawa bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan seorang agen. Yang sulit justru bagaimana agar pembunuhan itu tidak terdeteksi. Perlu kehati-hatian ekstra tinggi untuk menghapus semuanya.
Nah, dalam kondisi tertentu, yang paling sulit adalah menghindari kamera pengawas. Kecuali bila sejak awal CCTV sudah diantisipasi. ’’Tapi ini kasusnya kan di tempat publik. kesalahannya adalah dia tidak meng-cover dirinya dengan wajah yang berbeda,’’ tutur Peneliti kelahiran Kudus, Jateng, itu.
Terbukti, salah satu hal yang menguatkan adalah kaus bertuliskan LOL yang dia kenakan. Kamera pengawas merupakan musuh utama dalam operasi semacam ini. Tidak sedikit operasi yang terbongkar karena bantuan CCTV.
Namun, beda lagi bila sistem yang digunakan adalah yang penting target terkena, dan menggunakan umpan orang asing untuk menjadi terdakwa bila ketahuan. ’’Di situ akan langsung selesai, dengan upaya pengingkaran dan yang penting yang tertangkap adalah agen dari negara lain,’’ jelas Doktor Universitas Padjajaran Bandung itu.
Bila skema itu yang berjalan, berarti memang ada yang dikorbankan sebagai ujung tombak. Yakni, tidak lain warga Vietnam yang tertangkap lebih dahulu, kemudian Aisyah. Masih perlu dibuktikan apakah keduanya memang korban sistem tersebut, ataukah memang direkrut.
Penggunaan orang asing sebagai agen memang menguntungkan bagi pihak yang memanfaatkan. Status orang asing itu bisa dijadikan alibi oleh negara yang dituding bertanggung jawab.
Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia? menurut Wawan, cara terbaik adalah melindungi Aisyah, sebagaimana negara melindungi WNI lainnya yang bermasalah dengan hukum di negeri orang. Pemerintah harus memberikan bantuan hukum, minimal berupa advokasi terhadap Aisyah. (and/byu/jpg/adz)