26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Kaget Saat Dicalonkan sebagai Ketum

Djohar Arifin Husin, dari Ketua KONI Sumut Jadi Nakhoda Baru PSSI

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia alias PSSI memiliki nakhoda anyar. Dia adalah Prof Dr Ir Djohar Arifin Husin. Lantas, ke manakah kapal PSSI akan dibawa Djohar?

Awalnya, sosok Djohar Arifin Husin tidak diperhitungkan menjadi orang nomor satu di PSSI. Yang santer disebut bakal menjadi orang nomor satu PSSI adalah George Toisutta. Dua figur calon ketua umum (ketum) PSSI periode 2011-2015 adalah Agusman Effendy dan Achsanul Qosasih.

Namun, Kongres Luar Biasa Solo (KLB) pada 9 Juli lalu menetapkan Djohar Arifin Husin sebagai bos baru PSSI. Pada pemilihan putaran kedua Djohar meraih 61 suara dukungan. Pria kelahiran Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, pada 13 September 1950 itu mengungguli Agusman Effendi yang berada di posisi kedua dengan 38 suara. Sementara Achsanul sudah gembos di putaran pertama dengan hanya kecipratan dua suara.

Bisa dibilang tokoh olahraga asal Sumatera Utara ini ketiban ‘durian runtuh’ bisa menduduki kursi PSSI 1. Bagaimana tidak, pria yang sebelumnya menjabat sebagai staf ahli Menpora itu hanya diusulkan satu pemilik suara untuk menjadi calon Ketum PSSI 2011-2015. Yaitu PS Madina Medan Jaya. Djohar dipasangkan dengan Nirwan Dermawan Bakrie sebagai wakil ketua umum.

“Untuk turut memberi sumbangsih memajukan sepak bola kita, didukung beberapa kawan saya memang merancang ikut pemilihan anggota Exco. Tidak untuk posisi Ketum,” ujar Djohar ketika ditemui di kantor PSSI.

“Saya benar-benar tidak tahu jika ada  yang mencalonkan saya sebagai calon Ketum. Saya kaget. Ketika diminta untuk melengkapi persyaratan, saya lakukan  itu hanya untuk menghargai yang mencalonkan saja. Sebab, saya tahu diri. Tidak mungkin bisa bersaing dengan beberapa calon yang jauh lebih siap,” lanjutnya.

Terpilihnya Djohar tak lepas dari hasil sidang Komite Darurat FIFA pada 4 Juli yang memutuskan boleh tidaknya duet George Toisutta-Arifin Panigoro dicalonkan. Tapi keputusan yang lahir ternyata FIFA tetap melarang GT-AP (George Toisutta- Arifin Panigoro).

“Saat itu kelompok yang mendukung Pak George dan Pak Arifin sudah berpikir memunculkan calon alternatif. Sebab, kita semua sudah sepakat KLB di Solo harus sukses dan menghasilkan kepengurusan baru. Dan nama Djohar Arifin-Farid Rahman adalah satu-satunya pilihan yang disiapkan,” jelas Djohar.

Saat keputusan Komite Darurat  keluar, George Toisutta sedang berada di Korea Selatan dan Arifin Panigoro di Paris, Prancis. Baru pada Jumat (8/7) rencana dimatangkan. George dan Arifin mengumpulkan 53 voters di Hotel Sheraton Jogjakarta dan semua sepakat di KLB keesokan harinya semua harus satu suara memilih Djohar-Farid.

Kenapa nama Djohar yang dipilih kelompok pendukung GT-AP untuk menjadi calon Ketum ? “Itu tak lepas dari kesamaan visi misi saya dengan Pak George, Pak Arifin, dan mayoritas pemilik suara. Saya sudah lama bersama-sama mereka merancang-rencana memperbaiki persepakbolaan kita yang semua tahu bagaimana kondisinya. Termasuk dalam pembuatan Buku Putih Reformasi Sepak Bola Indonesia dan lainnya,” papar Djohar.

Selama ini Djohar memang dikenal sebagai salah satu tim sukses GT-AP. Karena sudah menyiapkan rancangan matang bagaimana mereformasi sepak bola tanah air Djohar dan jajaran Exco terpilih tak butuh waktu lama untuk mengaplikaiskan program kerja ke depan.

“Semua sudah ada. Sekarang tinggal menjalankannya sambil mencari figur-figur tepat untuk masuk kabinet saya dan membantu mengaplikasikan program  yang sudah ada,” lanjutnya.

Di antara program unggulan yang akan dijalankan PSSI di bawah komando Djohar Arifin adalah membentuk tujuh timnas. Mulai U-16 sampai timnas senior. “Kami ada program tujuh timnas dari U-16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 23. Puncaknya adalah timnas senior. Nanti, semua punya pelatih, dan dikoordinasi dengan pelatih senior. Tahun ini juga kami akan memulainya Dengan begitu akan ada persiapan berjenjang dan terarah untuk membentuk tim senior yang hebat,” urainya.

Dengan adanya rencana membentuk timnas dari semua level usia itu, PSSI juga berencana menggelar kompetisi reguler yang level usia yang sama. Bagaimana hasilnya, kita dukung dan tunggu saja kinerja mantan Ketua Koni Sumut ini.(ali/aww)

Djohar Arifin Husin, dari Ketua KONI Sumut Jadi Nakhoda Baru PSSI

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia alias PSSI memiliki nakhoda anyar. Dia adalah Prof Dr Ir Djohar Arifin Husin. Lantas, ke manakah kapal PSSI akan dibawa Djohar?

Awalnya, sosok Djohar Arifin Husin tidak diperhitungkan menjadi orang nomor satu di PSSI. Yang santer disebut bakal menjadi orang nomor satu PSSI adalah George Toisutta. Dua figur calon ketua umum (ketum) PSSI periode 2011-2015 adalah Agusman Effendy dan Achsanul Qosasih.

Namun, Kongres Luar Biasa Solo (KLB) pada 9 Juli lalu menetapkan Djohar Arifin Husin sebagai bos baru PSSI. Pada pemilihan putaran kedua Djohar meraih 61 suara dukungan. Pria kelahiran Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, pada 13 September 1950 itu mengungguli Agusman Effendi yang berada di posisi kedua dengan 38 suara. Sementara Achsanul sudah gembos di putaran pertama dengan hanya kecipratan dua suara.

Bisa dibilang tokoh olahraga asal Sumatera Utara ini ketiban ‘durian runtuh’ bisa menduduki kursi PSSI 1. Bagaimana tidak, pria yang sebelumnya menjabat sebagai staf ahli Menpora itu hanya diusulkan satu pemilik suara untuk menjadi calon Ketum PSSI 2011-2015. Yaitu PS Madina Medan Jaya. Djohar dipasangkan dengan Nirwan Dermawan Bakrie sebagai wakil ketua umum.

“Untuk turut memberi sumbangsih memajukan sepak bola kita, didukung beberapa kawan saya memang merancang ikut pemilihan anggota Exco. Tidak untuk posisi Ketum,” ujar Djohar ketika ditemui di kantor PSSI.

“Saya benar-benar tidak tahu jika ada  yang mencalonkan saya sebagai calon Ketum. Saya kaget. Ketika diminta untuk melengkapi persyaratan, saya lakukan  itu hanya untuk menghargai yang mencalonkan saja. Sebab, saya tahu diri. Tidak mungkin bisa bersaing dengan beberapa calon yang jauh lebih siap,” lanjutnya.

Terpilihnya Djohar tak lepas dari hasil sidang Komite Darurat FIFA pada 4 Juli yang memutuskan boleh tidaknya duet George Toisutta-Arifin Panigoro dicalonkan. Tapi keputusan yang lahir ternyata FIFA tetap melarang GT-AP (George Toisutta- Arifin Panigoro).

“Saat itu kelompok yang mendukung Pak George dan Pak Arifin sudah berpikir memunculkan calon alternatif. Sebab, kita semua sudah sepakat KLB di Solo harus sukses dan menghasilkan kepengurusan baru. Dan nama Djohar Arifin-Farid Rahman adalah satu-satunya pilihan yang disiapkan,” jelas Djohar.

Saat keputusan Komite Darurat  keluar, George Toisutta sedang berada di Korea Selatan dan Arifin Panigoro di Paris, Prancis. Baru pada Jumat (8/7) rencana dimatangkan. George dan Arifin mengumpulkan 53 voters di Hotel Sheraton Jogjakarta dan semua sepakat di KLB keesokan harinya semua harus satu suara memilih Djohar-Farid.

Kenapa nama Djohar yang dipilih kelompok pendukung GT-AP untuk menjadi calon Ketum ? “Itu tak lepas dari kesamaan visi misi saya dengan Pak George, Pak Arifin, dan mayoritas pemilik suara. Saya sudah lama bersama-sama mereka merancang-rencana memperbaiki persepakbolaan kita yang semua tahu bagaimana kondisinya. Termasuk dalam pembuatan Buku Putih Reformasi Sepak Bola Indonesia dan lainnya,” papar Djohar.

Selama ini Djohar memang dikenal sebagai salah satu tim sukses GT-AP. Karena sudah menyiapkan rancangan matang bagaimana mereformasi sepak bola tanah air Djohar dan jajaran Exco terpilih tak butuh waktu lama untuk mengaplikaiskan program kerja ke depan.

“Semua sudah ada. Sekarang tinggal menjalankannya sambil mencari figur-figur tepat untuk masuk kabinet saya dan membantu mengaplikasikan program  yang sudah ada,” lanjutnya.

Di antara program unggulan yang akan dijalankan PSSI di bawah komando Djohar Arifin adalah membentuk tujuh timnas. Mulai U-16 sampai timnas senior. “Kami ada program tujuh timnas dari U-16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 23. Puncaknya adalah timnas senior. Nanti, semua punya pelatih, dan dikoordinasi dengan pelatih senior. Tahun ini juga kami akan memulainya Dengan begitu akan ada persiapan berjenjang dan terarah untuk membentuk tim senior yang hebat,” urainya.

Dengan adanya rencana membentuk timnas dari semua level usia itu, PSSI juga berencana menggelar kompetisi reguler yang level usia yang sama. Bagaimana hasilnya, kita dukung dan tunggu saja kinerja mantan Ketua Koni Sumut ini.(ali/aww)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/