24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Briptu Norman Mundur dari Polri

JAKARTA- Mabes Polri bersikap dingin terhadap rencana pengunduran diri Briptu Norman “Chaiya” Kamaru dari Korps Bhayangkara. Besok (Senin 19/9), rencananya orangtua Norman akan menemui Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

“Saya diajak untuk mendampingi tapi karena ada agenda lain belum bisa janji,” ujar pengacara Farhat Abbas di Jakarta, kemarin (17/9).

Farhat selama ini dekat dengan keluarga Briptu Norman Kamaru. Pengacara yang sekarang sedang sibuk mendampingi tersangka kasus korupsi di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu juga pernah membuatkan Norman lagu dan membantu memproduksinya di dapur rekaman.

“Rencana itu sudah keputusan Norman dan keluarganya, kita hormati saja,” kata Farhat Keluarga Norman sekarang berada di Bogor setelah terbang dari Gorontalo. Mereka berupaya berdialog dengan Kapolri dan akan menyerahkan surat pengunduran diri resmi dari dinas kepolisian. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengaku belum mendengar rencana Norman atau keluarganya menghadap pimpinan tertingi Polri.

“Sebenarnya cukup di tingkat Polda saja, ada mekanisme disana. Tidak semua harus ke Mabes,” katanya.
Mantan Kapolda Jatim itu mempersilahkan Norman menetapkan pilihan jalan hidupnya. “Itu tergantung yang bersangkutan. Yang jelas bagi setiap anggota Polri aktif terikat dengan aturan dan
kode etik tanpa pandang bulu,” katanya.

Bukankah dulu pernah ada rencana merekrut  Norman sebagai staf di Mabes Polri? “Oh tidak, itu wacana di luar saja. Penempatan personel ka nada prosedurnya yang baku, tidak bisa langsung,” kata Anton.
Briptu Norman Kamaru tenar sejak rekaman lip sync Chaiya Chaiya ala Syahrul Khan di youtube diekspose media pada April 2011 lalu. Setelah tampil di televisi, Norman lantas kebanjiran order. Bulan-bulan pertama Norman di Jakarta didampingi oleh Kasat Brimob Polda Gorontalo AKBP Anang Sumpena dan Kabagpenum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar.

Norman juga sempat diundang bernyanyi di Mabes Polri. Saat itu, Norman duduk satu meja dengan Kadivhumas Polri rjen Anton Bachrul Alam dan menyanyikan Chaiya Chaiya.

Namun, setelah laris order, Norman rupanya sering lupa minta izin. Pada 8 Juli 2011 dia dijemput tim pengamanan internal (Paminal) Provos Polri  saat sedang syuting bersama pesulap Dedy Corbuzier.

Rupanya, Norman tidak minta izin pimpinan. Dia lalu dipulangkan ke Gorontalo dan hanya diberi sanksi teguran. Tapi, pada  8 September 2011 lalu, Norman kembali bermasalah dengan  Provos Polri. Saat sedang syuting video klip di  Kotamobagu Sulawesi Utara, Norman kembali “diamankan”. Lagi, lagi, tersandung masalah perijinan.

Puncaknya, Jumat 16 September 2011 lalu Norman menyatakan akan mundur sebagai polisi di Gorontalo. Namun, secara resmi, surat permohonannya akan disampaikan langsung ke Mabes Polri.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Police Watch Neta Sanusi Pane menilai Norman ibarat habis manis sepah dibuang. “Dulu digunakan untuk angkat citra Polri, sekarang mau mundur langsung diperbolehkan,” katanya.
Aktivis yang menulis buku “Jangan Bosan Kritik Polisi” itu menilai sikap Norman muncul karena tekanan dari atasan. “Dia juga tidak ingin melanggar janji dengan pihak lain, sementara untuk perizinan dan sebagainya mungkin saja dipersulit,” katanya. (rdl/jpnn)

JAKARTA- Mabes Polri bersikap dingin terhadap rencana pengunduran diri Briptu Norman “Chaiya” Kamaru dari Korps Bhayangkara. Besok (Senin 19/9), rencananya orangtua Norman akan menemui Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

“Saya diajak untuk mendampingi tapi karena ada agenda lain belum bisa janji,” ujar pengacara Farhat Abbas di Jakarta, kemarin (17/9).

Farhat selama ini dekat dengan keluarga Briptu Norman Kamaru. Pengacara yang sekarang sedang sibuk mendampingi tersangka kasus korupsi di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu juga pernah membuatkan Norman lagu dan membantu memproduksinya di dapur rekaman.

“Rencana itu sudah keputusan Norman dan keluarganya, kita hormati saja,” kata Farhat Keluarga Norman sekarang berada di Bogor setelah terbang dari Gorontalo. Mereka berupaya berdialog dengan Kapolri dan akan menyerahkan surat pengunduran diri resmi dari dinas kepolisian. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengaku belum mendengar rencana Norman atau keluarganya menghadap pimpinan tertingi Polri.

“Sebenarnya cukup di tingkat Polda saja, ada mekanisme disana. Tidak semua harus ke Mabes,” katanya.
Mantan Kapolda Jatim itu mempersilahkan Norman menetapkan pilihan jalan hidupnya. “Itu tergantung yang bersangkutan. Yang jelas bagi setiap anggota Polri aktif terikat dengan aturan dan
kode etik tanpa pandang bulu,” katanya.

Bukankah dulu pernah ada rencana merekrut  Norman sebagai staf di Mabes Polri? “Oh tidak, itu wacana di luar saja. Penempatan personel ka nada prosedurnya yang baku, tidak bisa langsung,” kata Anton.
Briptu Norman Kamaru tenar sejak rekaman lip sync Chaiya Chaiya ala Syahrul Khan di youtube diekspose media pada April 2011 lalu. Setelah tampil di televisi, Norman lantas kebanjiran order. Bulan-bulan pertama Norman di Jakarta didampingi oleh Kasat Brimob Polda Gorontalo AKBP Anang Sumpena dan Kabagpenum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar.

Norman juga sempat diundang bernyanyi di Mabes Polri. Saat itu, Norman duduk satu meja dengan Kadivhumas Polri rjen Anton Bachrul Alam dan menyanyikan Chaiya Chaiya.

Namun, setelah laris order, Norman rupanya sering lupa minta izin. Pada 8 Juli 2011 dia dijemput tim pengamanan internal (Paminal) Provos Polri  saat sedang syuting bersama pesulap Dedy Corbuzier.

Rupanya, Norman tidak minta izin pimpinan. Dia lalu dipulangkan ke Gorontalo dan hanya diberi sanksi teguran. Tapi, pada  8 September 2011 lalu, Norman kembali bermasalah dengan  Provos Polri. Saat sedang syuting video klip di  Kotamobagu Sulawesi Utara, Norman kembali “diamankan”. Lagi, lagi, tersandung masalah perijinan.

Puncaknya, Jumat 16 September 2011 lalu Norman menyatakan akan mundur sebagai polisi di Gorontalo. Namun, secara resmi, surat permohonannya akan disampaikan langsung ke Mabes Polri.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Police Watch Neta Sanusi Pane menilai Norman ibarat habis manis sepah dibuang. “Dulu digunakan untuk angkat citra Polri, sekarang mau mundur langsung diperbolehkan,” katanya.
Aktivis yang menulis buku “Jangan Bosan Kritik Polisi” itu menilai sikap Norman muncul karena tekanan dari atasan. “Dia juga tidak ingin melanggar janji dengan pihak lain, sementara untuk perizinan dan sebagainya mungkin saja dipersulit,” katanya. (rdl/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/