26 C
Medan
Saturday, July 27, 2024

Berkas Ahok Ditarget Tiga Minggu Tuntas

Aksi 2511 Berpotensi Revolusi Nasional

Sementara, meski Ahok sudah ditetapkan sebagai tersangka, riak-riak demonstrasi tetap bergulir. Rencananya, demo dari gabungan massa Islam akan berlangsung pada Jumat (25/11) mendatang. Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Syihab angkat bicara soal rencana aksi lanjutan Bela Islam tersebut.

“Besok, Insya Allah akan ada siaran pers resmi dari GNPF MUI yang mengumumkan secara resmi apakah kami akan menggelar kembali Bela Islam atau tidak,” jawab Habib Rizieq, usai menemui Ketua DPR Ade Komarudin, Kamis (17/11).

Rizieq datang bersama sejumlah jajaran Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), antara lain Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis, Sekjen GNPF Muhamad Al Khattath, dan sejumlah pimpinan ormas Islam lainnya. Dalam forum itu, Rizieq menyampaikan berbagai persoalan terkait Aksi Bela Islam II 4/11, sekaligus menyampaikan kronologis jalannya unjuk rasa yang dinodai kericuhan dan satu orang meninggal dunia terkena gas air mata.

“Kami minta DPR untuk melaksanakan fungsi pengawasan, menggunakan hak-hak konstitusinya agar mendalami persoalan tersebut,” pinta Rizieq.

Sementara dalam diskusi kebangsaan “Kasus Ahok, Sasar Jokowi” di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (17/11), Fuad Bawazier memprediksi bakal terjadi hal buruk jika aksi 25 November benar terealisasi.

“Rencana demo damai 25 November, berpotensi berubah menjadi revolusi nasional,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan itu.

Menurut Fuad, demo akbar itu juga berpotensi menyebabkan krisis ekonomi sebagai imbas dari gejolak sosial politik. Publik akan takut dan menarik uang tunai dari semua Bank. “Sehingga kurs rupiah bisa cenderung ambruk dan dikhawatirkan pengusaha pada ngacir, dan lainnya,” ungkapnya, seperti diberitakan RMOL.

Dampak berikutnya, lanjut Fuad, terjadi krisis politik dan ekonomi. Dia berharap pemerintah mengambil langkah-langkah secara arif dan bijaksana untuk mencegah hal tersebut.

Menyikapi ini, Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengajak massa yang akan melakukan demo untuk menggelar musyawarah bersama. Namun, Rycko tetap mempersilahkan massa melakukan unjukrasa menyampaikan aspirasinya.

“Kalau mau unjukrasa kan boleh, itu dilindungi Undang-Undang. Cuma saya mengharapkan unjukrasa dilaksanakan dengan tertib dan damai, seperti yang lalu itu,” ujar mantan ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai melaksanakan salat zuhur di Masjid Mapolda Sumut, Kamis (17/11).

Dia juga menambahkan, kasus tersebut tengah bergulir di Bareskrim Polri. Sejatinya, kata dia, lebih baik diserahkan kepada penegak hukum saja.

“Di Jakarta kan prosesnya itu sudah terlihat. Satu lagi saya menghimbau, lebih baik musyawarah di mesjid sama saya saja. Saya rasa, dengan sudah berjalannya proses hukum di Jakarta, sudah tidak perlu lagi untuk turun ke jalan. Turun ke mesjid saja dengan saya,” tandas dia. (idr/dyn/rmol/ted/adz)

Aksi 2511 Berpotensi Revolusi Nasional

Sementara, meski Ahok sudah ditetapkan sebagai tersangka, riak-riak demonstrasi tetap bergulir. Rencananya, demo dari gabungan massa Islam akan berlangsung pada Jumat (25/11) mendatang. Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Syihab angkat bicara soal rencana aksi lanjutan Bela Islam tersebut.

“Besok, Insya Allah akan ada siaran pers resmi dari GNPF MUI yang mengumumkan secara resmi apakah kami akan menggelar kembali Bela Islam atau tidak,” jawab Habib Rizieq, usai menemui Ketua DPR Ade Komarudin, Kamis (17/11).

Rizieq datang bersama sejumlah jajaran Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), antara lain Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis, Sekjen GNPF Muhamad Al Khattath, dan sejumlah pimpinan ormas Islam lainnya. Dalam forum itu, Rizieq menyampaikan berbagai persoalan terkait Aksi Bela Islam II 4/11, sekaligus menyampaikan kronologis jalannya unjuk rasa yang dinodai kericuhan dan satu orang meninggal dunia terkena gas air mata.

“Kami minta DPR untuk melaksanakan fungsi pengawasan, menggunakan hak-hak konstitusinya agar mendalami persoalan tersebut,” pinta Rizieq.

Sementara dalam diskusi kebangsaan “Kasus Ahok, Sasar Jokowi” di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (17/11), Fuad Bawazier memprediksi bakal terjadi hal buruk jika aksi 25 November benar terealisasi.

“Rencana demo damai 25 November, berpotensi berubah menjadi revolusi nasional,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan itu.

Menurut Fuad, demo akbar itu juga berpotensi menyebabkan krisis ekonomi sebagai imbas dari gejolak sosial politik. Publik akan takut dan menarik uang tunai dari semua Bank. “Sehingga kurs rupiah bisa cenderung ambruk dan dikhawatirkan pengusaha pada ngacir, dan lainnya,” ungkapnya, seperti diberitakan RMOL.

Dampak berikutnya, lanjut Fuad, terjadi krisis politik dan ekonomi. Dia berharap pemerintah mengambil langkah-langkah secara arif dan bijaksana untuk mencegah hal tersebut.

Menyikapi ini, Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengajak massa yang akan melakukan demo untuk menggelar musyawarah bersama. Namun, Rycko tetap mempersilahkan massa melakukan unjukrasa menyampaikan aspirasinya.

“Kalau mau unjukrasa kan boleh, itu dilindungi Undang-Undang. Cuma saya mengharapkan unjukrasa dilaksanakan dengan tertib dan damai, seperti yang lalu itu,” ujar mantan ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai melaksanakan salat zuhur di Masjid Mapolda Sumut, Kamis (17/11).

Dia juga menambahkan, kasus tersebut tengah bergulir di Bareskrim Polri. Sejatinya, kata dia, lebih baik diserahkan kepada penegak hukum saja.

“Di Jakarta kan prosesnya itu sudah terlihat. Satu lagi saya menghimbau, lebih baik musyawarah di mesjid sama saya saja. Saya rasa, dengan sudah berjalannya proses hukum di Jakarta, sudah tidak perlu lagi untuk turun ke jalan. Turun ke mesjid saja dengan saya,” tandas dia. (idr/dyn/rmol/ted/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/