Di tempat yang sama, legislator muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Maruarar Sirait menilai, hasil survei yang dipaparkan Poltracking bisa menjawab potensi pencalonan di pilpres mendatang. Dengan penolakan Mahkamah Konstitusi atas uji materi ambang batas pencalonan presiden, simulasi terkait sosok cawapres bisa dilakukan lebih jelas. ’’Untuk sosok cawapres, tinggal Jokowi mau yang gimana,’’ kata Ara – sapaan akrab Maruarar. Menurut dia, jika elektabilitas Jokowi sudah tinggi, sosok cawapres tidak perlu mempertimbangkan elektabilitas. Sebaliknya, jika elektabilitas belum cukup, figur cawapres yang dipilih harus bisa mendongkrak suara. Namun, bisa saja figur cawapres dipilih berdasar pertimbangan lain. ’’Bisa soal harmoni atau kekompakan, atau pertimbangan mempersiapkan estafet di Pilpres 2024,’’ ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPP Partai Demokrat Roy Suryo mengapresiasi munculnya nama AHY dalam berbagai survei pilpres. Namun, Roy menyatakan bahwa hingga saat ini Demokrat belum secara resmi menetapkan sosok capres maupun cawapres. ’’Kami belum pernah menyebut rising star kami, Mas AHY, sebagai cawapres. Sekarang kan sudah banyak calon lain menyebut cawapres, lha capresnya sopo,’’ katanya.
Menurut Roy, Partai Demokrat tidak ingin terburu-buru. Saat ini pun AHY sudah mendapat tugas berat menjadi komandan Satgas Pemilu Partai Demokrat. ’’Mas AHY masih punya masa depan panjang. Usianya kan tidak hanya untuk Pilpres 2019, tapi juga untuk pilpres ke depan,’’ tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai, meski Prabowo belum resmi mengajukan diri sebagai capres, Partai Gerindra sudah mempersiapkan diri mendukung calon pilihannya itu. Menurut Fadli, dirinya optimis pada saatnya nanti Prabowo akan mendeklarasikan diri dan bakal terjun di tengah masyarakat untuk meningkatkan elektabilitas. ’’Pak Prabowo belum melakukan tatap muka, tapi surveinya menjanjikan. Kalau ke depan Pak Prabowo maju, akan ada kejutan,’’ ujar Fadli. (bay/c4/oni)