28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Pengungsi Sinabung Tembus 12.950 Jiwa

Sinabung-pemukiman warga di Karo masih sepi-Triadi

MEDAN – Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah pengungsi letusan Gunung Sinabung tembus angka 12.950 jiwa. Jumlah lokasi pengungsian juga naik dua kali lipat, dari 12 menjadi 24 titik. Membengkaknya jumlah pengungsi ini disebabkan banyaknya warga yang ada di daerah aman justru ikut eksodus.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah pengungsi ini meningkat drastis dari 7.542 orangn
pada Selasa (17/9) menjadi 12.950 pada Rabu (18/9) pukul 11.00 WIB.
“Titik pengungsian juga bertambah dari 12 titik berkembang menjadi 24 titik. Jumlah pengungsi ini lebih besar daripada jumlah pengungsi saat erupsi Agustus-September 2010 yang letusannya lebih besar dibanding letusan saat ini,” kata Sutopo, Rabu (18/9).
Data yang didapat BNPB menyebutkan, belasan ribu pengungsi itu tersebar di 24 Pos Pengungsian. Di antaranya di Jambur Sempakata (2.308 jiwa), Klasis GBKP (800 jiwa), GBKP Kota/Gedung KKR (1200 jiwa), GBKP KOTA/Gedung Serbaguna (239 jiwa), Jambur Payung (1500 jiwa), KWK  Berastagi/perempuan (1300 jiwa), dan Klasis Barastagi/laki2 (381 jiwa).
Selain itu pengungsi juga ada di Masjid Istikar Barastagi (174 jiwa), Masjid Agung (182 jiwa), Zentrum (339 jiwa), GBKP Simpang VI (220 jiwa), Paroki (50 jiwa), Jambur Tuah Lopati (800 jiwa), serta di sejumlah tempat lain.
Menurut Sutopo, banyaknya jumlah pengungsi ini disebabkan desa-desa yang di luar radius 3 kilometer, yang sebenarnya aman sesuai rekomendasi PVMBG Badan Geologi, juga ikut mengungsi.
“Hanya desa Sukameriah saja yang harus dikosongkan karena posisinya berada kurang dari radius 3 km dan terletak di bawah bukaan kawah Sinabung sehingga rawan luncuran awan panas dan lava,” tuturnya.
Adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya letusan Gunung Sinabung menyebabkan masyarakat evakuasi mandiri. Bahkan yang tinggal di luar daerah bahaya pun ikut mengungsi.
“Sebelumnya masyarakat sulit diungsikan. Tapi ini perlu diatur tentang kesiapan mengelola pengungsian. Hari ini akan didata nama-nama pengungsi di tiap-tiap pos pengungsian,” pungkasnya.
Dari Jakarta, Menkokesra Agung Laksono menyatakan saat ini status Gunung Sinabung di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumut memasuki siaga tiga atau tanggap darurat.
Menurut Agung, dengan kondisi itu seharusnya Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti segera membuat pengumuman resmi dan tertulis kepada institusi daerah dan pusat sehingga semua bekerja sama mengantisipasi meletusnya gunung tersebut.
“Sebetulnya  sudah dinyatakan tanggap darurat tapi sampai kemarin belum ada keluar tertulis dari  bupati dan saya sudah tegur supaya disiapkan. Dengan demikian maka seluruh lini bisa bekerja dalam satu tempat,” kata Agung dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, kemarin (18/9).
Selain itu, Agung juga menyesalkan belum adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo. Menurutnya, Karo adalah salah satu tempat yang berada di lingkar ring of fire. Seharusnya pemerintah daerah sigap membentu BPBD yang dapat mengorganisir jika terjadi bencana. Terutama bencanaa gunung berapi.
“Saya juga sudah ingatkan Bupati segera bentuk BPBD. Sekarang ini lebih banyak dilakukan oleh komandan Kodim dan Komandan Korem dengan hiraki pada kabupaten,” kata Agung.
Agung menyatakan keberadaan BPBD penting karena saat bencana terjadi aparatur daerah harus menjadi garis terdepan untuk mengelola dan menanggulanginya dengan dibantu pemerintah pusat.
Akan halnya dampak letusan Gunung Sinabung terhadap pasokan sayur-mayur di Kota Medan, pantauan Sumut Pos di sejumlah pasar tradisional, para pedagang sayur mengaku mulai kesulitan. Pasalnya, sayur-mayur yang sebagian besar disuplai dari Tanahkaro itu mengalami kendala transportasi. Stok sayuran asal Deliserdang, Langkat, dan Marelan dipastikan tak cukup memenuhi kebutuhan konsumen di Medan.
R Nainggolan yang berjualan sayur-mayur di Pusat Pasar, Medan, mengungkapkan pasokan barang dari pengumpul terus berkurang setiap hari. Bahkan hingga mencapai 50 persen dari biasanya. “Bukan saja pasokan yang berkurang, tapi harganya jauh lebih mahal,” jelasnya.
Yang dikhawatirkan Nainggolan justru adanya pihak tertentu yang lebih mementingkan pasokan ekspor ketimbang menyalurkannya kepada pedagang tradisional. Hal serupa juga diungkapkan Nauli yang sehari-sehari berjualan di Pasar Simpang Limun Jalan Sisingamangaja, Medan. Dikatakan dia, para pedagang terpaksa memutar akal mencari pasokan sayut-mayur dari para pengumpul di seantero kota Medan. ‘’Penurunannya  mulai terasa sejak awal pekan ini,” ungkapnya.
Menurut Nauli, harga jual sayuran mengalami kenaikan dari 50-100 persen, seperti wortel yang sehari-hari harganya Rp5 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp9 ribu per kg, kentang yang tadinya dijual Rp6 ribu per kg menjadi Rp10 ribu per kg, terong naik menjadi Rp8 ribu per kg dari Rp4 ribu per kg, dan sayuran lain yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti bayam dan jipang.
Selain sayur, buah jeruk yang dihasilkan dari centra produksi tersebut juga mengalami nasib yang sama. Jeruk yang tadinya dijual Rp3 ribu hingga Rp8 ribu per kg.
Galang Bantuan
Sebagai aksi prihatin atas korban letusan Gunung Sinabung, belasan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Kabupaten Karo (IMK) menggelar aksi mengumpulkan bantuan korban bencana letusan Gunung Sinabung di Tanahkaro. Aksi ini sebagai bentuk keprihatinan para mahasiswa tersebut terhadap para pengungsi yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka di sekitar kawasan Gunung Sinabung.
Koordinator Aksi Nael Sembiring menyebutkan hasil aksi sosial yang digelar di depan kampus Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas Jalan Setia Budi Medan ini akan disalurkan ke titik-titik pengungsian di Kabanjahe dan Berastagi.
“Bantuan yang terkumpul akan dibelikan keperluan pengungsi, khususnya kebutuhan anak-anak seperti susu dan makanan bayi karena itu yang sulit diperoleh. Kami juga akan kirimkan alat-alat mandi dan mie instan,” katanya.
Secara spontanitas SMAN 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat mengumpulkan bantuan untuk diberikan kepada  masyarakat pengungsi  gunung sinabung di Kabupaten Karo, Rabu (18/9).
Aksi sosial serupa juga digelar siswa SMAN 1 Salak di Kabupaten Pakpak Bharat yang mengumpulkan bantuan secara spontanitas dari guru, komite, pegawai dan seluruh siswa.
“Bantuan yang terkumpul berupa Mie instan, telor, roti, air mineral dan beras. Ini merupakan bantuan terbesar yang pernah diberikan dari beberapa bantuan yang sudah pernah di berikan SMAN 1 Salak,” kata Kepsek SMAN 1 Salak, Seram Berutu, kemarin. (sam/mag-9/mag-2/tam)

Sinabung-pemukiman warga di Karo masih sepi-Triadi

MEDAN – Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah pengungsi letusan Gunung Sinabung tembus angka 12.950 jiwa. Jumlah lokasi pengungsian juga naik dua kali lipat, dari 12 menjadi 24 titik. Membengkaknya jumlah pengungsi ini disebabkan banyaknya warga yang ada di daerah aman justru ikut eksodus.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah pengungsi ini meningkat drastis dari 7.542 orangn
pada Selasa (17/9) menjadi 12.950 pada Rabu (18/9) pukul 11.00 WIB.
“Titik pengungsian juga bertambah dari 12 titik berkembang menjadi 24 titik. Jumlah pengungsi ini lebih besar daripada jumlah pengungsi saat erupsi Agustus-September 2010 yang letusannya lebih besar dibanding letusan saat ini,” kata Sutopo, Rabu (18/9).
Data yang didapat BNPB menyebutkan, belasan ribu pengungsi itu tersebar di 24 Pos Pengungsian. Di antaranya di Jambur Sempakata (2.308 jiwa), Klasis GBKP (800 jiwa), GBKP Kota/Gedung KKR (1200 jiwa), GBKP KOTA/Gedung Serbaguna (239 jiwa), Jambur Payung (1500 jiwa), KWK  Berastagi/perempuan (1300 jiwa), dan Klasis Barastagi/laki2 (381 jiwa).
Selain itu pengungsi juga ada di Masjid Istikar Barastagi (174 jiwa), Masjid Agung (182 jiwa), Zentrum (339 jiwa), GBKP Simpang VI (220 jiwa), Paroki (50 jiwa), Jambur Tuah Lopati (800 jiwa), serta di sejumlah tempat lain.
Menurut Sutopo, banyaknya jumlah pengungsi ini disebabkan desa-desa yang di luar radius 3 kilometer, yang sebenarnya aman sesuai rekomendasi PVMBG Badan Geologi, juga ikut mengungsi.
“Hanya desa Sukameriah saja yang harus dikosongkan karena posisinya berada kurang dari radius 3 km dan terletak di bawah bukaan kawah Sinabung sehingga rawan luncuran awan panas dan lava,” tuturnya.
Adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya letusan Gunung Sinabung menyebabkan masyarakat evakuasi mandiri. Bahkan yang tinggal di luar daerah bahaya pun ikut mengungsi.
“Sebelumnya masyarakat sulit diungsikan. Tapi ini perlu diatur tentang kesiapan mengelola pengungsian. Hari ini akan didata nama-nama pengungsi di tiap-tiap pos pengungsian,” pungkasnya.
Dari Jakarta, Menkokesra Agung Laksono menyatakan saat ini status Gunung Sinabung di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumut memasuki siaga tiga atau tanggap darurat.
Menurut Agung, dengan kondisi itu seharusnya Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti segera membuat pengumuman resmi dan tertulis kepada institusi daerah dan pusat sehingga semua bekerja sama mengantisipasi meletusnya gunung tersebut.
“Sebetulnya  sudah dinyatakan tanggap darurat tapi sampai kemarin belum ada keluar tertulis dari  bupati dan saya sudah tegur supaya disiapkan. Dengan demikian maka seluruh lini bisa bekerja dalam satu tempat,” kata Agung dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, kemarin (18/9).
Selain itu, Agung juga menyesalkan belum adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Karo. Menurutnya, Karo adalah salah satu tempat yang berada di lingkar ring of fire. Seharusnya pemerintah daerah sigap membentu BPBD yang dapat mengorganisir jika terjadi bencana. Terutama bencanaa gunung berapi.
“Saya juga sudah ingatkan Bupati segera bentuk BPBD. Sekarang ini lebih banyak dilakukan oleh komandan Kodim dan Komandan Korem dengan hiraki pada kabupaten,” kata Agung.
Agung menyatakan keberadaan BPBD penting karena saat bencana terjadi aparatur daerah harus menjadi garis terdepan untuk mengelola dan menanggulanginya dengan dibantu pemerintah pusat.
Akan halnya dampak letusan Gunung Sinabung terhadap pasokan sayur-mayur di Kota Medan, pantauan Sumut Pos di sejumlah pasar tradisional, para pedagang sayur mengaku mulai kesulitan. Pasalnya, sayur-mayur yang sebagian besar disuplai dari Tanahkaro itu mengalami kendala transportasi. Stok sayuran asal Deliserdang, Langkat, dan Marelan dipastikan tak cukup memenuhi kebutuhan konsumen di Medan.
R Nainggolan yang berjualan sayur-mayur di Pusat Pasar, Medan, mengungkapkan pasokan barang dari pengumpul terus berkurang setiap hari. Bahkan hingga mencapai 50 persen dari biasanya. “Bukan saja pasokan yang berkurang, tapi harganya jauh lebih mahal,” jelasnya.
Yang dikhawatirkan Nainggolan justru adanya pihak tertentu yang lebih mementingkan pasokan ekspor ketimbang menyalurkannya kepada pedagang tradisional. Hal serupa juga diungkapkan Nauli yang sehari-sehari berjualan di Pasar Simpang Limun Jalan Sisingamangaja, Medan. Dikatakan dia, para pedagang terpaksa memutar akal mencari pasokan sayut-mayur dari para pengumpul di seantero kota Medan. ‘’Penurunannya  mulai terasa sejak awal pekan ini,” ungkapnya.
Menurut Nauli, harga jual sayuran mengalami kenaikan dari 50-100 persen, seperti wortel yang sehari-hari harganya Rp5 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp9 ribu per kg, kentang yang tadinya dijual Rp6 ribu per kg menjadi Rp10 ribu per kg, terong naik menjadi Rp8 ribu per kg dari Rp4 ribu per kg, dan sayuran lain yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti bayam dan jipang.
Selain sayur, buah jeruk yang dihasilkan dari centra produksi tersebut juga mengalami nasib yang sama. Jeruk yang tadinya dijual Rp3 ribu hingga Rp8 ribu per kg.
Galang Bantuan
Sebagai aksi prihatin atas korban letusan Gunung Sinabung, belasan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Kabupaten Karo (IMK) menggelar aksi mengumpulkan bantuan korban bencana letusan Gunung Sinabung di Tanahkaro. Aksi ini sebagai bentuk keprihatinan para mahasiswa tersebut terhadap para pengungsi yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka di sekitar kawasan Gunung Sinabung.
Koordinator Aksi Nael Sembiring menyebutkan hasil aksi sosial yang digelar di depan kampus Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas Jalan Setia Budi Medan ini akan disalurkan ke titik-titik pengungsian di Kabanjahe dan Berastagi.
“Bantuan yang terkumpul akan dibelikan keperluan pengungsi, khususnya kebutuhan anak-anak seperti susu dan makanan bayi karena itu yang sulit diperoleh. Kami juga akan kirimkan alat-alat mandi dan mie instan,” katanya.
Secara spontanitas SMAN 1 Salak Kabupaten Pakpak Bharat mengumpulkan bantuan untuk diberikan kepada  masyarakat pengungsi  gunung sinabung di Kabupaten Karo, Rabu (18/9).
Aksi sosial serupa juga digelar siswa SMAN 1 Salak di Kabupaten Pakpak Bharat yang mengumpulkan bantuan secara spontanitas dari guru, komite, pegawai dan seluruh siswa.
“Bantuan yang terkumpul berupa Mie instan, telor, roti, air mineral dan beras. Ini merupakan bantuan terbesar yang pernah diberikan dari beberapa bantuan yang sudah pernah di berikan SMAN 1 Salak,” kata Kepsek SMAN 1 Salak, Seram Berutu, kemarin. (sam/mag-9/mag-2/tam)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/