30 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Jokowi Ngadu ke OKI, KBRI Kena Bom

TOPSHOTS-YEMEN-CONFLICT-RAID
MOHAMMED HUWAIS/AFP PHOTO RUSAK: Seorang warga Yaman berjalan di antara bangunan yang rusak di Sanaa bagian selatan usai diserang Arab Saudi, kemarin.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 kemarin (20/4) dikejutkan kabar dari Yaman. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara yang hingga saat ini didera konflik bersenjata itu terkena bom. Meski tidak sampai ada korban jiwa, kondisi kantor perwakilan Indonesia di kota Sanaa tersebut rusak parah.

Insiden tersebut terjadi pukul 10.45 waktu setempat atau pukul 15.45 WIB. Ketika kabar itu sampai di tengah arena KAA, persidangan paripurna ketiga yang merupakan ujung dari rangkaian ministerial meeting baru saja dimulai.”Kami mengutuk keras serangan bom yang terjadi,” tegas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi setelah sidang di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin (20/4).

Berdasar informasi awal yang diterima Kemenlu, serangan tersebut sebenarnya ditujukan ke salah satu gudang amunisi yang kebetulan berlokasi di dekat KBRI. Selain rusaknya KBRI, banyak korban jiwa dari warga sipil di sekitar kawasan tersebut.

Protes yang melayang ke koalisi negara Teluk terkait dengan serangan paling baru tidak hanya datang dari Indonesia. Pemerintah Iran juga ikut melayangkan nota kekecewaan ke pemerintah Arab Saudi sebagai pemimpin operasi serangan tersebut. Menurut siaran Fars News Agency, pemerintah Iran memanggil utusan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Iran. Protes tersebut dilayangkan karena guncangan bom merusak gedung Kedutaan Besar Iran di Sanaa.

Retno menyatakan akan membawa insiden di Yaman itu ke agenda pertemuan Presiden Indonesia Joko Widodo dengan pemimpin negara-negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) besok (22/4). Agenda pertemuan tersebut menjadi salah satu rangkaian kegiatan KAA. “Kita lihat perkembangannya seperti apa nanti di sana,” katanya.

Konflik di Yaman belakangan membara setelah koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi terus melancarkan serangan udara ke posisi kelompok Syiah Houthi di Yaman. Ibu kota Sanaa termasuk yang luluh lantak karena serangan tersebut. PBB yang masuk menjadi penengah hingga saat ini juga masih gagal mendamaikan.

Apakah akan ada semacam peringatan atau teguran ke Arab Saudi yang terus melancarkan serangan bersenjata” Retno belum mau merespons. Dia memilih untuk menegaskan bahwa meski kerusakan cukup parah, KBRI bukan target serangan tersebut. “KBRI kita itu terkena imbas. Gitu ya. Yang lain-lain kita lihat nanti,” elak Retno.

Saat insiden terjadi, ada 17 WNI di kantor KBRI. Mereka terdiri atas 4 anggota tim evakuasi dari Jakarta, 6 orang staf KBRI, 5 buruh migran asal Indonesia, dan 2 mahasiswa Indonesia.

Karena pengeboman tersebut, tiga orang menderita luka-luka. Dua di antaranya staf KBRI dan seorang lagi adalah buruh migran asal Indonesia. “Alhamdulillah, hanya luka ringan karena terkena pecahan kaca,” imbuh Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir saat dihubungi tadi malam.

Menurut dia, kerusakan KBRI di Yaman akibat insiden tersebut mencapai 70 persen. Meski secara umum struktur bangunan utama masih berdiri, seluruh kaca pecah.

Hingga kemarin sore, menurut dia, belum ada komunikasi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi pascainsiden bom. Karena itu, Indonesia belum merasa perlu untuk melakukan langkah aktif diplomasi khusus setelah KBRI turut menjadi korban konflik bersenjata di sana. “Kita kan juga belum dapat laporan pasti, siapa yang bertanggung jawab atas pengeboman itu,” kata Arrmanatha.

Sejak diberlakukannya intensifikasi evakuasi, pemerintah berhasil mengevakuasi 1.981 WNI keluar dari Yaman. Sebanyak 1.973 di antaranya sudah tiba di Indonesia. Langkah itu berlangsung sejak Desember 2014.

Hingga saat ini, tim evakuasi dari Jakarta masih berada di beberapa wilayah di Yaman. “Kami juga terus melakukan upaya persuasi kepada WNI yang belum mau keluar dari Yaman. Insiden KBRI ini membuktikan bahwa situasi di sana yang dalam keadaan konflik bisa berubah kapan saja,” lanjut Arrmanatha.

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Lalu Muhammad Iqbal meluruskan, kerusakan yang diderita KBRI Sanaa bukan dampak ledakan langsung. Namun, karena guncangan yang ditimbulkan. “Jarak antara gudang persenjataan di Gunung Faj Attan dan KBRI sekitar 5 kilometer. Karena ini adalah ledakan terbesar sejak serangan udara, guncangannya pun merusak bangunan sipil. Termasuk KBRI,” terangnya.

Namun, dia tetap menyayangkan keputusan tersebut. Sebab, tim evakuasi yang dipimpin Susapto Broto sedang menggunakan fasilitas KBRI untuk mengumpulkan WNI. “Dua hari sebelumnya kami memang mengirim tim dari Hudaidah ke sana karena ada informasi WNI yang terjebak,” ungkapnya.

Pasca ledakan bom yang merusak KBRI kemarin, Iqbal memerintah tim evakuasi segera kembali ke Hudaidah. Untuk sementara, rombongan tim evakuasi dan beberapa WNI pindah ke Wisma Duta Besar RI yang jaraknya cukup jauh dari titik konflik. “Kami mengimbau WNI di sana segera menghubungi tim untuk dievakuasi. Dan sampai saat ini jumlah permintaannya terus bertambah. Setelah aman, tim akan langsung keluar dari Sanaa,” jelasnya. Menurut informasi terakhir, ada 35 WNI di Sanaa yang minta dievakuasi. (dyn/bil/owi/mia/c6/kim/jpnn/rbb)

TOPSHOTS-YEMEN-CONFLICT-RAID
MOHAMMED HUWAIS/AFP PHOTO RUSAK: Seorang warga Yaman berjalan di antara bangunan yang rusak di Sanaa bagian selatan usai diserang Arab Saudi, kemarin.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 kemarin (20/4) dikejutkan kabar dari Yaman. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara yang hingga saat ini didera konflik bersenjata itu terkena bom. Meski tidak sampai ada korban jiwa, kondisi kantor perwakilan Indonesia di kota Sanaa tersebut rusak parah.

Insiden tersebut terjadi pukul 10.45 waktu setempat atau pukul 15.45 WIB. Ketika kabar itu sampai di tengah arena KAA, persidangan paripurna ketiga yang merupakan ujung dari rangkaian ministerial meeting baru saja dimulai.”Kami mengutuk keras serangan bom yang terjadi,” tegas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi setelah sidang di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin (20/4).

Berdasar informasi awal yang diterima Kemenlu, serangan tersebut sebenarnya ditujukan ke salah satu gudang amunisi yang kebetulan berlokasi di dekat KBRI. Selain rusaknya KBRI, banyak korban jiwa dari warga sipil di sekitar kawasan tersebut.

Protes yang melayang ke koalisi negara Teluk terkait dengan serangan paling baru tidak hanya datang dari Indonesia. Pemerintah Iran juga ikut melayangkan nota kekecewaan ke pemerintah Arab Saudi sebagai pemimpin operasi serangan tersebut. Menurut siaran Fars News Agency, pemerintah Iran memanggil utusan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Iran. Protes tersebut dilayangkan karena guncangan bom merusak gedung Kedutaan Besar Iran di Sanaa.

Retno menyatakan akan membawa insiden di Yaman itu ke agenda pertemuan Presiden Indonesia Joko Widodo dengan pemimpin negara-negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) besok (22/4). Agenda pertemuan tersebut menjadi salah satu rangkaian kegiatan KAA. “Kita lihat perkembangannya seperti apa nanti di sana,” katanya.

Konflik di Yaman belakangan membara setelah koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi terus melancarkan serangan udara ke posisi kelompok Syiah Houthi di Yaman. Ibu kota Sanaa termasuk yang luluh lantak karena serangan tersebut. PBB yang masuk menjadi penengah hingga saat ini juga masih gagal mendamaikan.

Apakah akan ada semacam peringatan atau teguran ke Arab Saudi yang terus melancarkan serangan bersenjata” Retno belum mau merespons. Dia memilih untuk menegaskan bahwa meski kerusakan cukup parah, KBRI bukan target serangan tersebut. “KBRI kita itu terkena imbas. Gitu ya. Yang lain-lain kita lihat nanti,” elak Retno.

Saat insiden terjadi, ada 17 WNI di kantor KBRI. Mereka terdiri atas 4 anggota tim evakuasi dari Jakarta, 6 orang staf KBRI, 5 buruh migran asal Indonesia, dan 2 mahasiswa Indonesia.

Karena pengeboman tersebut, tiga orang menderita luka-luka. Dua di antaranya staf KBRI dan seorang lagi adalah buruh migran asal Indonesia. “Alhamdulillah, hanya luka ringan karena terkena pecahan kaca,” imbuh Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir saat dihubungi tadi malam.

Menurut dia, kerusakan KBRI di Yaman akibat insiden tersebut mencapai 70 persen. Meski secara umum struktur bangunan utama masih berdiri, seluruh kaca pecah.

Hingga kemarin sore, menurut dia, belum ada komunikasi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi pascainsiden bom. Karena itu, Indonesia belum merasa perlu untuk melakukan langkah aktif diplomasi khusus setelah KBRI turut menjadi korban konflik bersenjata di sana. “Kita kan juga belum dapat laporan pasti, siapa yang bertanggung jawab atas pengeboman itu,” kata Arrmanatha.

Sejak diberlakukannya intensifikasi evakuasi, pemerintah berhasil mengevakuasi 1.981 WNI keluar dari Yaman. Sebanyak 1.973 di antaranya sudah tiba di Indonesia. Langkah itu berlangsung sejak Desember 2014.

Hingga saat ini, tim evakuasi dari Jakarta masih berada di beberapa wilayah di Yaman. “Kami juga terus melakukan upaya persuasi kepada WNI yang belum mau keluar dari Yaman. Insiden KBRI ini membuktikan bahwa situasi di sana yang dalam keadaan konflik bisa berubah kapan saja,” lanjut Arrmanatha.

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Lalu Muhammad Iqbal meluruskan, kerusakan yang diderita KBRI Sanaa bukan dampak ledakan langsung. Namun, karena guncangan yang ditimbulkan. “Jarak antara gudang persenjataan di Gunung Faj Attan dan KBRI sekitar 5 kilometer. Karena ini adalah ledakan terbesar sejak serangan udara, guncangannya pun merusak bangunan sipil. Termasuk KBRI,” terangnya.

Namun, dia tetap menyayangkan keputusan tersebut. Sebab, tim evakuasi yang dipimpin Susapto Broto sedang menggunakan fasilitas KBRI untuk mengumpulkan WNI. “Dua hari sebelumnya kami memang mengirim tim dari Hudaidah ke sana karena ada informasi WNI yang terjebak,” ungkapnya.

Pasca ledakan bom yang merusak KBRI kemarin, Iqbal memerintah tim evakuasi segera kembali ke Hudaidah. Untuk sementara, rombongan tim evakuasi dan beberapa WNI pindah ke Wisma Duta Besar RI yang jaraknya cukup jauh dari titik konflik. “Kami mengimbau WNI di sana segera menghubungi tim untuk dievakuasi. Dan sampai saat ini jumlah permintaannya terus bertambah. Setelah aman, tim akan langsung keluar dari Sanaa,” jelasnya. Menurut informasi terakhir, ada 35 WNI di Sanaa yang minta dievakuasi. (dyn/bil/owi/mia/c6/kim/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/