30.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Kapolri Ungkap ISIS Ada di Belakang Kelompok Santoso

Kapolri Badrodin Haiti. Foto: dok/JPNN.com
Kapolri Badrodin Haiti. Foto: dok/JPNN.com

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Santoso masih eksis di Poso, Sulawesi Tengah.

Mereka kerap melakukan perlawanan sengit saat coba diberantas Polri. Kelompok ini menguasai hutan belantara seluas 60 kilometer, dan membuat Polri agak kesulitan memberangusnya. Selain itu, mereka juga punya logistik dan persenjataan yang mumpuni.

Kapolri Badrodin Haiti menyebut, di belakang Santoso Cs ada dukungan dari ISIS. Tak cuma itu, dari pendonor dalam negeri pun kerap memberikan sumbangan kepada gembong teroris paling dicari di Indonesia ini.

“Ya ada. Dia (Santoso Cs) punya hubungan dengan kelompok ISIS yang ada di Syria. Tetapi, juga dari dalam negeri ada,” kata Badrodin, di Mabes Polri, Jumat (21/8).

“Tentu sumbangan-sumbangan itu juga ada,” sambung mantan Kapolda Sulteng ini.

Persembunyian Santoso Cs di hutan membuat Polri agak kesulitan memutus mata rantai logistik kepada kelompok teroris ini.

Sebab, banyak jalan yang tak semuanya bisa terdeteksi untuk masuk ke dalam hutan tersebut. “Kalau (luasnya) kecil cuma 10 hektar sudah bisa dari dulu. (Tapi ini) dari ujung ke ujung itu 60 kilometer,” imbuh Haiti.

Menurut Haiti, keberadaan Santoso CS yang tinggal 30 hingga 40 orang lagi di hutan itu terdeteksi sejak 2007. Sebelumnya, mereka berada di tengah-tengah masyarakat. Sekarang mereka mengubah strategi dengan bersembunyi di hutan.

Seperti diketahui, sejak 17 Agustus 2015, terjadi lima kali baku tembak antara Polri dan kelompok Santoso di hutan Poso. Seorang teroris tewas, dan salah satu perwira pertama Polri yakni Iptu Brayen Theophani, Kasubden Gegana Poso Den B Brimob Landangan Poso, juga gugur diterjang peluru teroris, Rabu (19/8) sekitar pukul 14.30 WITA.

Haiti memastikan senjata berjenis M-60 yang digunakan teroris itu berasal dari luar. “Itu dari Filipina selatan,” tegas Haiti.

Saat ini, Polri masih terus menggelar operasi mengejar kelompok Santoso yang dikenal licin ini. “Operasi pengejaran tetap ada,” tuntasnya. (boy/jpnn)

Kapolri Badrodin Haiti. Foto: dok/JPNN.com
Kapolri Badrodin Haiti. Foto: dok/JPNN.com

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh Santoso masih eksis di Poso, Sulawesi Tengah.

Mereka kerap melakukan perlawanan sengit saat coba diberantas Polri. Kelompok ini menguasai hutan belantara seluas 60 kilometer, dan membuat Polri agak kesulitan memberangusnya. Selain itu, mereka juga punya logistik dan persenjataan yang mumpuni.

Kapolri Badrodin Haiti menyebut, di belakang Santoso Cs ada dukungan dari ISIS. Tak cuma itu, dari pendonor dalam negeri pun kerap memberikan sumbangan kepada gembong teroris paling dicari di Indonesia ini.

“Ya ada. Dia (Santoso Cs) punya hubungan dengan kelompok ISIS yang ada di Syria. Tetapi, juga dari dalam negeri ada,” kata Badrodin, di Mabes Polri, Jumat (21/8).

“Tentu sumbangan-sumbangan itu juga ada,” sambung mantan Kapolda Sulteng ini.

Persembunyian Santoso Cs di hutan membuat Polri agak kesulitan memutus mata rantai logistik kepada kelompok teroris ini.

Sebab, banyak jalan yang tak semuanya bisa terdeteksi untuk masuk ke dalam hutan tersebut. “Kalau (luasnya) kecil cuma 10 hektar sudah bisa dari dulu. (Tapi ini) dari ujung ke ujung itu 60 kilometer,” imbuh Haiti.

Menurut Haiti, keberadaan Santoso CS yang tinggal 30 hingga 40 orang lagi di hutan itu terdeteksi sejak 2007. Sebelumnya, mereka berada di tengah-tengah masyarakat. Sekarang mereka mengubah strategi dengan bersembunyi di hutan.

Seperti diketahui, sejak 17 Agustus 2015, terjadi lima kali baku tembak antara Polri dan kelompok Santoso di hutan Poso. Seorang teroris tewas, dan salah satu perwira pertama Polri yakni Iptu Brayen Theophani, Kasubden Gegana Poso Den B Brimob Landangan Poso, juga gugur diterjang peluru teroris, Rabu (19/8) sekitar pukul 14.30 WITA.

Haiti memastikan senjata berjenis M-60 yang digunakan teroris itu berasal dari luar. “Itu dari Filipina selatan,” tegas Haiti.

Saat ini, Polri masih terus menggelar operasi mengejar kelompok Santoso yang dikenal licin ini. “Operasi pengejaran tetap ada,” tuntasnya. (boy/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/