29 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

La Nina hingga Desember, BNPB: Tingkatkan Kesiapsiagaan

SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencara ( BNPB), Doni Monardo, mengatakan, yang paling penting dalam mitigasi atau pencegahan bencana akibat fenomena La Nina adalah mitigasi non struktural.

BANJIR ROB: Banjir Rob di kawasan Belawan, belum lama ini. Menyikapi fenomena El Nina saat ini, BNBP meminta masyarakat siap-siaga.istimewa/sumut pos.
BANJIR ROB: Banjir Rob di kawasan Belawan, belum lama ini. Menyikapi fenomena El Nina saat ini, BNBP meminta masyarakat siap-siaga.istimewa/sumut pos.

“Yang paling penting dari mitigasi, mitigasi non struktural artinya yang berupaya berfungsi kepada masalah kultural, masalah perilaku. Yakni dengan mengubah perilaku dalam menjaga lingkungan. Jika masyarakat sudah mempersiapkan diri dengan kemungkinan adanya bencana, maka akan bisa mengurangi jumlah korban jiwan

Mengantisipasi dengan kesiapsiagaan, bisa mengurangi risiko adanya korban jiwa,” ujar Doni dalam konferensi pers usai melakukan kunjungan kerja ke hulu Sungai Ciliwung, Selasa (20/10)..

Sebelumnya, Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari, menjelaskan bahwa saat ini La Nina sudah terjadi. La Nina merupakan anomali sistem iklim global yang terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik dan atmosfer, langit di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) serta minimal berlangsung selama dua bulan.

Pada fenomena La Nina, yang terjadi adalah pendinginan yang tidak biasa, yaitu anomali suhunya melebihi -0.5 derajat celcius pada area yang sama. La Nina akan berdampak pada peningkatan curah hujan dan bisa menyebabkan banjir dan longsor.

Menurut data yang didapat hingga 10 Oktober 2020, saat ini suhu sudah berada dibawah -0.5 derajat celcius dan sudah berlangsung lebih dari 7 dasarian (2 bulan lebih). Puncak La Nina diprediksi akan terjadi pada November-Desember 2020. “Analisis dan prediksi Dinamika Atmosfer dan Laut memperlihatkan bahwa November-Desember 2020 La Nina berada pada tingkat moderat,” jelas Indra Gustari.

Waspadai Banjir & Longsor

Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan Pulau Jawa harus berhati-hati dengan munculnya fenomena banjir dan longsor. “Jadi dasar dari informasi yang disampaikan BMKG terutama sekarang itu Pulau Jawa, sebagian besar Indonesia bagian Timur, kecuali NTT, NTB dan juga Bali,” kata Doni.

Doni mengatakan, hampir setiap tahunterdapat korban jiwa bencana tanah longsor di Pulau Jawa. Learn more Bahkan, lanjut dia, di Jawa Barat, Banten dan Jakarta pada awal tahun 2020 tercatat lebih dari 60 orang korban jiwa akibat tanah longsor.

“Angka yang besar. Kemudian di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur masih sering terjadi banjir dan longsor,” ujar dia. Selain itu, wilayah Sulawesi dan Kalimantan juga berpotensi mengalami dampak La Nina.

Sejumlah pemerintah daerah (pemda) telah berinisiatif mengantisipasi dampak bencana alam. Salah satunya, memberikan informasi kepada masyarakat di sepanjang sungai terkait curah hujan tinggi di hulu.

“Laporan itu akan diikuti dengan evakuasi. Ketika prosedur ini dilakukan masyarakat akan selamat,” tutur Doni.

Bagi Indonesia, fenomena La Nina yang terjadi pada periode awal musim hujan ini berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah, menurut keterangan resmi BMKG. Dampak fenomena La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina sendiri.

Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang MJO (Madden Julian Oscillation) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby.

Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan kluster/kumpulan awan berpotensi hujan. Aktifitas fenomena La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Kondisi La Nina ini dapat berlangsung dengan durasi selama beberapa bulan hingga dua tahun dan berulang setiap beberapa tahun (siklus 2-8 tahun). Kejadian La Nina juga dapat mempengaruhi pola cuaca/iklim global. (lp6/kps)

SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencara ( BNPB), Doni Monardo, mengatakan, yang paling penting dalam mitigasi atau pencegahan bencana akibat fenomena La Nina adalah mitigasi non struktural.

BANJIR ROB: Banjir Rob di kawasan Belawan, belum lama ini. Menyikapi fenomena El Nina saat ini, BNBP meminta masyarakat siap-siaga.istimewa/sumut pos.
BANJIR ROB: Banjir Rob di kawasan Belawan, belum lama ini. Menyikapi fenomena El Nina saat ini, BNBP meminta masyarakat siap-siaga.istimewa/sumut pos.

“Yang paling penting dari mitigasi, mitigasi non struktural artinya yang berupaya berfungsi kepada masalah kultural, masalah perilaku. Yakni dengan mengubah perilaku dalam menjaga lingkungan. Jika masyarakat sudah mempersiapkan diri dengan kemungkinan adanya bencana, maka akan bisa mengurangi jumlah korban jiwan

Mengantisipasi dengan kesiapsiagaan, bisa mengurangi risiko adanya korban jiwa,” ujar Doni dalam konferensi pers usai melakukan kunjungan kerja ke hulu Sungai Ciliwung, Selasa (20/10)..

Sebelumnya, Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari, menjelaskan bahwa saat ini La Nina sudah terjadi. La Nina merupakan anomali sistem iklim global yang terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik dan atmosfer, langit di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) serta minimal berlangsung selama dua bulan.

Pada fenomena La Nina, yang terjadi adalah pendinginan yang tidak biasa, yaitu anomali suhunya melebihi -0.5 derajat celcius pada area yang sama. La Nina akan berdampak pada peningkatan curah hujan dan bisa menyebabkan banjir dan longsor.

Menurut data yang didapat hingga 10 Oktober 2020, saat ini suhu sudah berada dibawah -0.5 derajat celcius dan sudah berlangsung lebih dari 7 dasarian (2 bulan lebih). Puncak La Nina diprediksi akan terjadi pada November-Desember 2020. “Analisis dan prediksi Dinamika Atmosfer dan Laut memperlihatkan bahwa November-Desember 2020 La Nina berada pada tingkat moderat,” jelas Indra Gustari.

Waspadai Banjir & Longsor

Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan Pulau Jawa harus berhati-hati dengan munculnya fenomena banjir dan longsor. “Jadi dasar dari informasi yang disampaikan BMKG terutama sekarang itu Pulau Jawa, sebagian besar Indonesia bagian Timur, kecuali NTT, NTB dan juga Bali,” kata Doni.

Doni mengatakan, hampir setiap tahunterdapat korban jiwa bencana tanah longsor di Pulau Jawa. Learn more Bahkan, lanjut dia, di Jawa Barat, Banten dan Jakarta pada awal tahun 2020 tercatat lebih dari 60 orang korban jiwa akibat tanah longsor.

“Angka yang besar. Kemudian di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur masih sering terjadi banjir dan longsor,” ujar dia. Selain itu, wilayah Sulawesi dan Kalimantan juga berpotensi mengalami dampak La Nina.

Sejumlah pemerintah daerah (pemda) telah berinisiatif mengantisipasi dampak bencana alam. Salah satunya, memberikan informasi kepada masyarakat di sepanjang sungai terkait curah hujan tinggi di hulu.

“Laporan itu akan diikuti dengan evakuasi. Ketika prosedur ini dilakukan masyarakat akan selamat,” tutur Doni.

Bagi Indonesia, fenomena La Nina yang terjadi pada periode awal musim hujan ini berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah, menurut keterangan resmi BMKG. Dampak fenomena La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina sendiri.

Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang MJO (Madden Julian Oscillation) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby.

Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan kluster/kumpulan awan berpotensi hujan. Aktifitas fenomena La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Kondisi La Nina ini dapat berlangsung dengan durasi selama beberapa bulan hingga dua tahun dan berulang setiap beberapa tahun (siklus 2-8 tahun). Kejadian La Nina juga dapat mempengaruhi pola cuaca/iklim global. (lp6/kps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/